Liputan6.com, Jakarta Penerapan program langit biru yang dicanangkan pemerintah, dengan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) ramah lingkungan dinilai harus terus berlanjut.
Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan menilai saat ini, memang sudah seharusnya pemerintah meniadakan penjualan jenis BBM oktan rendah di Kota Jakarta dan Bodetabek, agar udara lebih sehat.
Baca Juga
"Peniadaan BBM premium atau jenis BBM lain yang tidak ramah lingkungan, bukan saja urgen untuk mengurangi tingginya polusi di Jakarta, tetapi juga menjaga kesehatan masyarakat," kata dia di Jakarta, Jumat (17/7/2020).
Advertisement
Program langit biru sangat tepat diterapkan di Jakarta, apalagi kondisi udara yang tidak semakin baik. Sebab itu, program ini menjadi keharusan karena sesuai dengan peraturan KLHK.
"Makanya program ini harus dilakukan secara bertahap sehingga bisa semua daerah bisa dilakukan," jelas dia.
Untuk mengimplementasikan hal tersebut, aspek edukasi harus terus disampaikan terkait manfaat penggunaan BBM dengan oktan yang tinggi.
"Proses edukasi sudah sangat baik, dan perlu terus digaungkan oleh pemerintah bersama Pertamina agar masyarakat mengerti dan mau beralih ke BBM ron tinggi," tandas dia.
Â
Tonton Video Ini
Rasakan Dampak Positif
Pengamat Otomotif, Jusri Pulubuhu menambahkan, dengan edukasi bagus yang dijalankan pemerintah, secara perlahan publik akan menyadari dampak positif menggunakan BBM Ron tinggi.
Adapun untuk kendaraan angkutan, dia yakin pemerintah akan memiliki kebijakan yang tepat. Bahkan, pemerintah disarankan tak ragu untuk mulai sepenuhnya menyalurkan BBM Ron tinggi.
"Pemerintah sebenarnya hanya perlu melakukan setop produk BBM octan dan cetane rendah. Sudah saatnya masyarakat menggunakan BBM Ron tinggi karena memiliki banyak kelebihan, mesin awet, tenaga kendaraan terjaga," ujar Jusri.
Sebagai informasi, Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) dalam risetnya, menyebut, populasi kendaraan yang terus membludak turut berpengaruh terhadap kondisi udara Jakarta.
Tercatat sekitar 20 juta unit kendaraan lalu lalang di wilayah Jakarta, di mana 15 juta berupa kendaraan roda dua dan 5 juta sisanya roda empat.
Kontribusi 44,53 persen dari sepeda motor, tidak hanya dari DKI Jakarta, KPBB pernah melakukan traffic counting menghitung lalu lintas tidak hanya di Jakarta, tetapi perbatasan, masuknya potensi kendaraan commuter dari Bodetabek ke Jakarta.
Dalam catatan KPBB kendaraan yang menghasilkan jumlah polutan tertinggi per hari adalah sepeda motor yakni motor 8.500 ton (44,53 persen), disusul bus (21.43 peesen) 4.106 ton, mobil pribadi 2.712 ton (16,11 persen). Persentase tersebut mengandung zat-zat seperti PM, HC, CO, NOx, dan Sox.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement