Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad membeberkan, tingkat kemiskinan Indonesia pada 2021 diperkirakan naik seiring dengan wabah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung saat ini.
Menurut perhitungan Indef, tingkat kemiskinan akan bertambah 10,5 persen di 2021. Masyarakat miskin diproyeksi bertambah sekitar 1 juta jiwa, sehingga total masyarakat miskin diperkirakan mencapai 28,37 juta jiwa.
"Asumsinya, program Pemulihan Ekonomi Nasional tidak cukup kuat menahan laju penurunan konsumsi masyarakat miskin dan rentan miskin," jelas Tauhid dalam Tauhid dalam Webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Senin (23/11/2020).
Advertisement
Lebih lanjut, tingkat pengangguran juga akan semakin meningkat. Indef memprediksi, jumlah pengangguran akan bertambah 3,6 juta jiwa, menjadi 10,4 juta jiwa pada 2021 dengan persentase 7,8 persen dari 4,99 persen.
Rinciannya berasal dari 2,5 juta angkatan kerja baru yang tidak terserap optimal dan 1,1 juta angkatan kerja yang masih belum terserap akibat dampak Covid-19.
Adanya penambahan penganguran ini membuat angka kemiskinan naik di atas 2 digit. Tauhid mengatakan, program pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah khususnya dalam jaring perlindungan sosial harus dievaluasi kembali.
"Ini cukup kita perlu kritisi, meskipun ada beberapa program seperti Kartu PraKerja, ternyata tidak cukup mampu menahan laju pengangguran kita," jelasnya.
Oleh sebab itu, perlu upaya yang lebih masif untuk menahan laju bertambahnya penduduk miskin dan pengangguran di tengah pandemi Covid-19 ini.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bank Dunia: Siswa Miskin Makin Tertinggal Akibat Pandemi COVID-19
Sebelumnya, Bank Dunia merilis tiga laporan terbaru mengenai potensi pendidikan di Indonesia. Laporan itu membahas potensi pendidikan di Indonesia, anggaran, serta kualitas pendidikan dari Kementerian Agama.
Pandemi COVID-19 tentu juga ikut disorot karena memberikan dampak bagi siswa-siswa yang lebih miskin.
"Murid-murid dari keluarga miskin sering tertinggal dari teman-teman mereka," jelas Direktur Bank Dunia di Indonesia, Satu Kahkonen, Rabu (18/11/2020).
"Pandemi membuat disparitas ini semakin parah," imbuhnya.
Murid yang mengalami tantangan tak hanya yang miskin, namun juga yang tinggal di daerah peolosok dan memiliki disabilitas. Bank Dunia meminta pemerintah agar memastikan tak ada anak yang tertinggal.
Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Australia, Allester Cox, juga menyorot kerugian waktu belajar akibat penutupan sekolah terhadap siswa-siswa.
"Pandemi memiliki biaya signifikan," ujar Cox. "Siswa-siswa miskin semakin tertinggal jauh."
Spesialis pendidikan Bank Dunia, Noah Yarrow, menyebut sebagian besar murid puas dengan kinerja guru mereka. Murid-murid berkata para guru memotivasi mereka untuk sukses.
Masalahnya, skor murid Indonesia tertinggal di tingkat internasional seperti PISA. Noah lantas menduga murid-murid tidak sadar mengenai kualitas pendidikan di Indonesia.
"Murid-murid kemungkinan tidak sadar pada tantangan-tantangan yang ada atau sudah terbiasa dan menerima saja," ujar Yarrow.
Beberapa solusi yang Noah Yarrow sampaikan adalah agar pemerintah memastikan murid-murid bisa melampaui standar minimum. Pendidikan PAUD juga dianggap penting untuk memulai pendidikan sejak awal.
Bank Dunia juga menyarankan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, membantu lembaga-lembaga yang mendukung pendidikan, serta menunjang pengembangan profesi guru dan menyediakan insentif yang sesuai.
Advertisement