Seberapa Parah Kondisi Utang Indonesia Dibanding Negara Lain di Dunia?

Secara keseluruhan, utang Indonesia belum tembus 20 besar dari segi GDP.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Okt 2020, 15:50 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2020, 15:50 WIB
Pemerintah dan DPR Bahas Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan
Menkeu Sri Mulyani saat rapat kerja gabungan bersama BPJS dan DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (18/2/2020). Rapat membahas kenaikan iuran BPJS Kesehatan, data peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan peran pemda dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Laporan Bank Dunia berjudul International Debt Statistics 2021 menunjukkan data utang negara berpenghasilan menengah dan bawah. Dalam laporan itu, peringkat Indonesia ternyata tinggi, yakni tembus posisi 6 di kalangan negara berpenghasilan menengah dan bawah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani selalu mengukur tingkat utang Indonesia dengan GDP. Ia berkata utang Indonesia masih di kisaran 30 persen, meski diprediksi naik jadi 38 persen tahun ini. Lantas bagaimana dengan kondisi utang di negara-negara lain? 

Utang di Amerika Serikat ternyata membengkak di era pandemi. Berdasarkan data situs Kementerian Keuangan AS, utang negara itu sudah tembus US$ 27 triliun.

Analis dari Congressional Budget Office menyebut rasio utang AS akan membengkak hingga 98 persen GDP dan tahun depan tembus 100 persen.

"Proyeksi defisit anggaran akan mendorong utang federal menjadi 104 persen dari GDP di 2021, menuju 107 persen GDP (tertinggi dalam sejarah negeri) di 2023, dan 195 persen dari GDP pada 2050," tulis CBO di situs resminya. 

CNN Business melaporkan bahwa bengkaknya anggaran dan utang AS dipengaruhi pandemi COVID-19. Pada awal pandemi, AS menggelontorkan US$ 4 triliun untuk stimulus ekonomi. 

Menurut Committee for a Responsible Federal Budget (CFBG), terakhir kali utang AS lebih tinggi dari GDP adalah saat perang dunia 2. Namun, utang ternyata dinilai masih perlu.

"Satu-satunya saat ketika utang melebihi ukuran ekonomi adalah pada akhir Perang Dunia II, dan setelahnya kita menjalani tahun-tahun dengan anggaran seimbang untuk kembali menurunkan (rasio utang)," ujar presiden CFBG Maya MacGuineas.

"Kita seharusnya sekarang meminjam, tetapi ketika ekonomi pulih, utang kita tidak boleh terus tumbuh lebih cepat ketimbang ekonomi," lanjutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Daftar Negara dengan Rasio Utang Tertinggi

FOTO: Tokyo Konfirmasi Penambahan Kasus Baru COVID-19
Seorang wanita menyesuaikan masker wajahnya saat berjalan dekat patung Godzilla di Tokyo, Jepang, Jumat (16/10/2020). Ibu Kota Jepang itu mengonfirmasi lebih dari 180 kasus virus corona COVID-19 baru pada hari Jumat. (AP Photo/Hiro Komae)

Rasio utang terhadap GDP yang paling fantastis berada di Jepang, yakni mencapai 237 persen berdasarkan Trading Economics. Meski demikian, perlu diingat bahwa mayoritas utang AS dan Jepang dipegang oleh institusi dalam negeri, bukan luar negeri. 

Situs Commodity menyebut mayoritas utang Jepang memakai mata uang Yen, sehingga memudahkan kondisi utang Jepang. Di Amerika Serikat pun utangnya banyak dipegang Federal Reserve dan bank-bank AS.

Negara yang rasio utangnya tinggi seperti Jepang juga rajin meminjamkan utang ke negara lain. Contohnya, utang luar negeri AS paling banyak berasal dari Jepang yakni sejumlah US$ 1,2 triliun.

Berikut daftar 10 negara dengan rasio utang dan GDP tertinggi berdasarkan data dari Trading Economics per 2019:

1. Jepang: 237 Persen

2. Yunani: 177 persen

3. Lebanon: 151 persen

4. Italia: 151 persen

5. Singapura: 126 persen

6. Cape Verde: 124 persen (data 2018)

7. Portugal: 122 persen

8. Angola: 111 persen

9. Butan: 110 persen

10. Mozambik: 109 persen

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya