Liputan6.com, Jakarta CEO aplikasi perkencanan Bumble, Whitney Wolfe Herd masuk ke jajaran miliarder perempuan termuda AS usai mengantarkan perusahaannya melantai ke bursa saham. Kini kekayaannya sudah mencapai USD 1,5 miliar (Rp 21 triliun).
Seperti dikutip dari Forbes, Jumat (12/2/2021), kekayaan Wolfe Herd tersebut bersumber dari kepemilikannya terhadap 21,54 miliar saham di Bumble dan membuatnya mengendalikan hampir 12 persen dari sahm perusahaan.
Advertisement
Bumble membuka perdagangan saham perdananya (IPO) pada Kamis kemarin dan berhasil mengumpulkan USD 2,2 miliar. Dalam perdagangan Kamis sore, harga saham Bumble sempat menyentuh USD 76 per lembar saham dengan kapitalisasi pasarnya yang tercatat mencapai USD 8,6 miliar.
Advertisement
Dengan kekayaannya sebagai CEO Bumble, Wolfe Herd dinobatkan sebagai perempuan mandiri paling muda terkaya di AS. Perempuan berusia 31 tahun ini juga memegang gelar sebagai CEO perempuan termuda di AS yang saat ini telah berhasil membawa perusahaannya melantai di bursa saham.
Minggat dari Tinder, Wolfe Dirikan Bumble
Bumble merupakan layanan kencan online terbesar kedua yang berhasil IPO setelah pesaingnya, Match Group yang memiliki Hinge dan Tinder. Bumble didirikan Wolfe Herd pada tahun 2014 dan memiliki kantor pusat di Austin, Texas.
Sebelum merilis Bumble, Wolfe Herd sebenarnya mantan karyawan di Tinder. Ia hengkang dari perusahaan tersebut dan mengajukan sengketa atas tindakan pelecehan yang dilakukan oleh bos sekaligus pacarnya, Justin Mateen. Namun kasusnya berjalan tanpa kejelasan.
Wolfe kemudian membuat Bumble untuk melawan dominasi patriarki terutama di layanan aplikasi perkencanan.
Ia menggandeng miliarder keturunan Rusia, Andrey Andreev untuk memulai bisnisnya dan menyasar pasar Eropa dan Amerika Latin.
Bumble berusaha mendobrak tradisi kencan online yang dianggap Wolfe terlampau kolot. Terutama layanan perkencanan lebih mengutamakan dominasi laki-laki ketimbang perempuan. Karena itu, Wolfe membuat Bumble agar perempuan bisa berperan lebih aktif dalam menyeleksi calon pasangannya. Sesuatu yang jarang didapati di aplikasi lain.
Meski memulainya berdua, namun pada akhir tahun 2019, Andrey mengumumkan pengunduran dirinya dan menjual kepemilikan saham kepada Blackstone Group. Ini setelah ia diisukan melakukan tindak misoginis terhadap karyawannya di kantor London.
Â
Saksikan Video Ini
Tren Sukses Aplikasi Kencan Online di Tengah Pandemi
Dari segi kinerja, seperti tren kebanyakan layanan online selama pandemi, Bumble juga melaporkan adanya peningkatan pendapatan selama periode Januari - September 2020. Naik dari USD 363 juta pada tahun 2019 menjadi USD 417 juta di tahun lalu.
Pesaingnya, Match Group juga mencetak peningkatan pendapatan selama pandemi. Melalui layanan andalannya Tinder dan Hinge, Match Group melaporkan pendapatan USDÂ 1,7 miliar pada periode sembilan bulan pertama 2020, naik dari USD 1,5 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Dikutip dari CNBC, Bumble melaporkan layanannya dipakai oleh 12,3 juta pengguna aktif bulanan pada September tahun lalu.
Sumber pendapatan Bumble sebagian besar bersumber dari layanan berlangganan premium. Paket Bumble Boost seharga USD 12,99 perbulan dan Bumnle Premium USD 17,99 per bulan. Dengan layanan berbayar tersebut, penggunanya dapat tampil lebih menonjol dibanding pengguna layanan gratis.
Reporter: Abdul Azis Said
Advertisement