Liputan6.com, Jakarta Keberadaan buffer zone dinilai sangat diperlukan bagi Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) atau kilang karena bisa melindungi masyarakat jika terjadi kebakaran dan ledakan pada objek vital nasional (Obvitnas) itu.
Seperti pada keberadaan Depo Plumpang di Jakarta yang terbakar di bagian pipanya. Ini diungkapkan Pengamat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Juwari.
Baca Juga
"Intinya buffer zone sangat diperlukan. Karena potensi bahaya (di TBBM dan kilang) pasti ada, mulai dari bahaya ringan hingga bahaya yang tinggi risikonya. Dan jika terjadi ledakan, diharapkan efek ledakan hanya sampai buffer zone, tidak sampai ke penduduk,” ujar dia melansir Antara di Jakarta.
Advertisement
Wakil Dekan Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem (FT-IRS) ITS ini menerangkan, bahaya ringan bisa bersumber dari kebocoran BBM dalam jumlah kecil yang kemudian menyebar (terdispersi).
Namun, bahaya kecil tersebut bisa menjadi risiko sedang dan besar jika kebocoran cukup banyak sehingga menyebar ke wilayah yang cukup luas.
Juwari menjelaskan penyebaran minyak akan menjadi penyebab kebakaran jika sudah mencapai komposisi yang mudah terbakar dan ada pemantik antara lain motor yang lalu lalang.
Bahkan, jika sudah masuk wilayah perumahan, sumber pemantik akan semakin banyak, seperti kompor di dapur atau warung-warung, tambahny, di sinilah antara lain pentingnya buffer zone.
"Jika terdapat buffer zone tentu diharapkan akan memiliki waktu yang cukup sebelum mencapai perumahan. Karena biasanya terdapat warning berupa sinyal dari sensor flammable cloud yang berbunyi,” katanya.
Juwari menambahkan, kebakaran bisa menjadi penyebab ledakan jika mencapai tangki timbun. Ledakan tersebut bisa merusak pagar jika kekuatan pagar lebih rendah dari kekuatan ledakan.
Dengan adanya buffer zone inilah, menurut dia, diharapkan efek ledakan hanya sampai area penyangga dan tidak berdampak ke penduduk.
Terkait luasan buffer zone yang optimal, Juwari menyatakan saat ini sudah terdapat software yang bisa memprediksi luasan area penyangga. Piranti lunak tersebut akan mensimulasikan seberapa luas area terdampak jika berada pada kondisi terburuk (ledakan tangki).
Potret Calon Lokasi Depo Pertamina Plumpang Baru, Luasnya 23 Hektare
Pertamina siap memindahkan terminal bahan bakar minyak (TBBM) atau Depo Pertamina Plumpang di Kota, Jakarta Utara ke tanah milik Pelindo. Lahan milik Pelindo tersebut akan siap dibangun akhir 2024.
Pemindahan Terminal BBM ini menjadi jalan tengah agar tak ada lagi korban dari warga jika terjadi insiden kebakaran seperti yang terjadi pada Jumat malam 3 Maret 2023.
Dari kejadian itu, setidaknya 15 orang meninggal dunia, dan puluhan orang menderita luka bakar serius dan harus rirawat di rumah sakit.
"Kami sudah rapat bahwa TBBM (Plumpang) akan kita pindahkan ke tanah milik Pelindo,” tutur Erick.
Lantas, bagaimana kondisi lahan itu saat ini? dari hasil pemantauan , tanah ini memang belum sepenuhnya siap. Sebagian zona masih tergenang air laut.
Advertisement
Erick Thohir: Jarak Aman Pemukiman dari Depo Pertamina Plumpang Harusnya 50 Meter
Menteri BUMN Erick Thohir memastikan bahwa Depo Pertamina Plumpang akan dipindahkan ke tanah milik Pelindo. Upaya ini dilakukan demi menciptakan rasa aman bagi warga sekitar Depo Pertamina.
Tidak hanya itu, Erick Thohir juga telah berkoordinasi dengan Pertamina untuk melakukan penataan Objek Vital Nasional. Salah satunya mengenai batas aman pemukiman penduduk dengan Depo atau Kilang Pertamina.
Dia mencontohkan, zona aman perlu ada di TBB Pertamina Plumpang. Setidaknya, jarak aman yang diberikan adalah 50 meter dari pagar pembatas.
Dengan jarak tersebut, harapannya warga sekitar bisa mendapatkan berada pada posisi yang lebih aman.
"Khususnya di Plumpang kurang lebih jaraknya 50 meter dari tentu pagar, dan tentu ini menjadi solusi bersama yang kita harap dukungan pemerintah dan masyarakat. Keamanan menjadi hak yang prioritas untuk kita semua," tegas Erick, seperti ditulis, Selasa (7/3/2023).
Dipindahkan ke Tanah Pelindo
Soal pemindahan Depo, apa yang menjadi komitmen Erick Thohir ini berdasarkan hasil rapat dengan seluruh pihak, salah satunya Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
"Kami sudah merapatkan bahwa Kilang (TBBM Plumpang) akan kita pindah ke tanah Pelindo, ya," kata Erick.
Erick menyebut, waktu pembangunan Depo Pertamina baru di tanah Pelindo di lakukan pada akhir 2024. Proses pembangunan sendiri akaj memakan waktu sekitar 2 sampai 2,5 tahun.
"Artinya masih ada waktu kurang lebih 3,5 tahun," ucapnya.
Jadi Percontohan Nasional
Erick mengatakan, relokasi Depo Plumpang ini untuk mencegah insiden serupa terjadi kembali di masa mendatang. Meski demikian, tidak disebutkan lokasi persis tanah milik Pelindo yang dimaksud.
Erick menekankan bahwa tindakan yang akan dilakukan terhadap TBBM Plumpang Pertamina diharapkan akan menjadi percontohan bagi fasilitas vital nasional, termasuk TBBM lain, dan kilang-kilang Pertamina di tempat lain.
"Ini akan menjadi proyek percontohan pertama, sebelum kita terapkan di kilang-kilang lain, bahkan termasuk juga pabrik pupuk dan smelter," tutupnya.
Advertisement