Likuiditas Aman, Uang Beredar Juni 2022 Tumbuh 10,6 Persen

Pertumbuhan uang beredar pada Juni ini tetap kuat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada Mei 2022 yang tercatat sebesar 12,1 persen (yoy).

oleh Tira Santia diperbarui 22 Jul 2022, 11:15 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2022, 11:15 WIB
FOTO: Uang Beredar pada November 2020 Capai Rp 6.817,5 Triliun
Tumpukan uang terlihat di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (20/1/2021). BI mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tinggi pada November 2020 dengan didukung komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juni 2022 tetap tumbuh positif. Posisi uang beredar dalam arti luas pada Juni 2022 tercatat Rp 7.888,6 triliun. Angka ini tumbuh 10,6 persen (yoy).

Pertumbuhan uang beredar pada Juni ini tetap kuat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada Mei 2022 yang tercatat sebesar 12,1 persen (yoy).

“Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan pada seluruh komponen M2. Pada Juni 2022, M11 tumbuh 16,6 persen (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 18,4 persen (yoy), terutama giro rupiah dan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu,” kata Kepala Departemen Komunikasi Direktur Eksekutif Bank Indonesia Erwin Haryono, dalam keterangannya, Jumat (22/7/2022).

Sementara, giro rupiah tumbuh 29,6 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 32,6 persen (yoy). Dana float uang elektronik pada Juni 2022 tercatat sebesar Rp9,5 triliun dengan pangsa sebesar 0,2 persen terhadap M1, tumbuh 17,4 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (18,5 persen, yoy).

Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 48,1 persen terhadap M1, tercatat sebesar Rp2.167,4 triliun pada posisi laporan, atau tumbuh 11,2 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan Mei 2022 (13,2 persen, yoy).

Sedangkan, peredaran uang kartal pada Juni 2022 sebesar Rp815,4 triliun, atau tumbuh stabil sebesar 10,3 persen (yoy).

Kemudian, uang kuasi, dengan pangsa 42,6 persen dari M2, tercatat Rp3.356,9 triliun pada Juni 2022, atau tumbuh 3,3 persen (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya (4,6 persen, yoy).

“Perlambatan uang kuasi terutama disebabkan oleh komponen simpanan berjangka dan giro valas, masing-masing menjadi sebesar -1,0 persen (yoy) dan 21,1 persen (yoy),” ujarnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kontraksi Pertumbuhan Simpanan Berjangka

FOTO: Uang Beredar pada November 2020 Capai Rp 6.817,5 Triliun
Petugas menata tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (20/1/2021). Realisasi M2 relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,5 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Di sisi lain, kontraksi pertumbuhan simpanan berjangka sejalan dengan perkembangan suku bunga yang ditawarkan. Sementara itu, tabungan lainnya tumbuh meningkat, dari 18,6 (yoy) menjadi 20,2 persen (yoy) pada bulan laporan.

Lalu, komponen surat berharga selain saham dengan pangsa 0,3 persen terhadap M2 tumbuh 50,7 persen (yoy), meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 45,5 persen (yoy), sehubungan dengan peningkatan surat berharga jangka pendek yang dimiliki oleh lembaga keuangan non bank.

Adapun Erwin menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi uang beredar berdasarkan faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan M2 pada Juni 2022 terutama dipengaruhi oleh akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit dan perkembangan keuangan pemerintah.

“Pada Juni 2022, penyaluran kredit tumbuh 10,3 persen (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,7 persen (yoy) sejalan dengan penguatan penyaluran kredit, baik kredit produktif maupun konsumtif,” ujarnya.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kewajiban Sistem Moneter

Padahal keuangan Pemerintah tercatat mengalami kontraksi, tercermin dari pertumbuhan negatif tagihan bersih sistem moneter kepada Pemerintah Pusat sebesar 14,0 persen, dari pertumbuhan positif sebesar 3,9 persen (yoy) pada Mei 2022.

“Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kewajiban sistem moneter kepada Pempus sebesar 24,4 persen (yoy), terutama berupa simpanan Pempus. Disisi lain, kontraksi aktiva luar negeri bersih pada Juni 2022 tercatat membaik dibandingkan bulan sebelumnya, dari kontraksi 2,9 persen (yoy) pada Mei 2022, menjadi kontraksi 1,7 persen (yoy) pada bulan laporan sesuai dengan perkembangan cadangan devisa,” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya