Kampanye Jaga Lingkungan, Bibit Tanaman Jadi Tiket Masuk Nonton Konser

Komitmen menjaga lingkungan dioptimalkan dalam Festival Medhayoh dengan memanfaatkan bibit tanaman sebagai tiket masuk untuk menonton konser Budi Doremi

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2022, 22:08 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2022, 21:50 WIB
Festival Medhayoh merupakan kolaborasi Pupuk Kaltim dan Ademos Indonesia
Festival Medhayoh merupakan kolaborasi Pupuk Kaltim dan Ademos Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Komitmen menjaga lingkungan dioptimalkan dalam Festival Medhayoh dengan memanfaatkan bibit tanaman sebagai tiket masuk untuk menonton konser Budi Doremi yang digelar pada Minggu (6/11/2022).

Festival Medhayoh merupakan kolaborasi Pupuk Kaltim dan Ademos Indonesia yang digelar di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro pada 5-6 November 2022.

Pengunjung dapat mengakses donasi pohon di Dolok Cozy Space (The Dozs) di area panggung 4 Festival Medhayoh. Panitia Festival Medhayoh Agisna mengatakan bahwa terdapat dua jenis pohon yang dapat dipilih pengunjung untuk berdonasi sebagai syarat menonton konser Budi Doremi.

“Pohon Gayam donasinya Rp75.000 per bibit dan mendapatkan akses ke Tribun. Sementara Pohon Beringin donasinya Rp125.000 per bibit dan mendapatkan akses menonton ke VIP. Nantinya, donasi pohon ini akan disebar pada 42 titik sumber mata air di Kabupaten Bojonegoro,” ujar dia dalam keterangannya, Senin (7/11/2022).

Sebelumnya, saat pembukaan Festival Medhayoh pada Sabtu (5/11), telah dilakukan penanaman pohon beringin di Sumur Kijing. Hadir dalam kegiatan tersebut Komisaris Pupuk Kaltim Sigit Hardwinarto, Komisaris Pupuk Kaltim Gustaaf AC Patty, Direktur Keuangan dan Umum Pupuk Kaltim Qomaruzzaman, SVP Transformasi Bisnis Pupuk Kaltim Wisnu Ramadhani, Kepala Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Bojonegoro Dwijo Saputro, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro Hanafi.

Selain untuk lingkungan, Festival Medhayoh menarik kunjungan masyarakat di sekitar Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro. Seperti pada acara hari kedua yang dimulai dengan kegiatan flashmob di sepanjang jalanan Dolokgede. Dengan iringan musik tradisional Jawa, ratusan warga dari beragam usia ikut menari bersama.

“Semua pelajar yang berada di Dolokgede kami ajak menari secara bersama-sama di sepanjang jalan lokasi Festival Medhayoh," ungkapnya.

 

Festival Musik

Ilustrasi konser, musik
Ilustrasi konser, musik. (Photo by anna-m. w.: https://www.pexels.com/photo/people-enjoying-the-concert-1047442/)

Seperti halnya pada hari sebelumnya, berbagai tampilan tersuguh yakni musik dari Jazz, Akustik, yang dipersembahkan kalangan pelajar SMA dan Mahasiswa.

Bahkan musik aliran Rock yang ditampilkan oleh anak-anak sekolah SD. "Ada juga musik karawitan yang ditampilkan anak-anak SD bersma Guru di Pendapa Mannah," terangnya.

Festival ini juga dikampanyekan untuk mengingat kembali kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dari perubahan iklim, sehingga wujud untuk mengkombinasikan nilai tersebut adalah dengan melakukan kegiatan yang nantinya akan diikuti oleh para pejabat, artis, musisi, seniman, dan masyarakat umum, salah satunya dengan menanam pohon dan memuliakan sumber mata air sehingga tidak lagi dianggap sebagai hal mistis, tetapi juga bagian dari ekosistem yang harus dijaga keberlangsungannya untuk sumber penghidupan berkelanjutan.

Pabrik Hampir Rampung, Pupuk Kaltim Bakal Tekan Impor Amonium Nitrat

Pupuk Kaltim. (istimewa)
Pupuk Kaltim. (istimewa)

PT Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim tengah membangun pabrik amonium nitrat di kawasan industri Bontang, Kalimantan Timur. Adanya pabrik ini disebut akan menekan jumlah impor amonium nitrat Indonesia.

Pabrik ini ditarget rampung di awal 2023 dan akan mulai beroperasi di kuartal II di tahun yang sama. Besaran produksinya mencapai 75.000 metrik ton per tahun. Pabrik ini akan dikelola oleh PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN), perusahaan patungan Pupuk Kaltim dan PT Dahana.

SVP Pengembangan Pupuk Kaltim Indardi mengatakan Indonesia masih melakukan impor produk turunan amoniak tersebut. Meski, dalam 7 tahun terakhir trennya mengalami penurunan.

"Jadi kalau kita lihat impor amonium nitrat, tahun 2015-2021 memang ada trennya menurun, tapi intinya Indonesia masih impor," kata dia dalam Media Briefing, Selasa (25/10/2022).

Mengacu data yang ditampilkannya, Indonesia masih impor sebanyak 119 ribu ton per tahun di 2015. Kemudian, turun menjadi 71 ribu ton di 2017, kembali naik menjadi 82 ribu ton di 2019. Sementara, ada penurunan menjadi 24 ribu ton di 2021 karena adanya pandemi covid-19.

Sementara itu, Indardi melihat adanya peluang dalam penyerapan amonium nitrat hingga 2034 mendatang. Ini didorong dengan semakin berkembangnya pembangunan infrastruktur dan pertambangan.

Mengacu catatannya, di 2022 peluang pasae aminium nitrat di dalam negeri mencapai lebih dsri 75 ribu ton per tahun. Kemudian, akan meningkat hingga menyentuh 150 ribu ton per tahun di 2030. Hingga mencapai kebutuhan paling tinggi di 2034 sebanyak 200 ribu ton.

"Kalau lihat trennya 2022-2034 ini trennya akan cenderung naik, jadi kebutuhan amonium nitrat ini akan tumbuh sejalan dengan bertumbuhnya industri pertambangan dan infrasteuktur," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya