Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia jatuh pada perdagangan Senin. Padahal pada perdagangan sebelumnya, harga minyak dunia mampu melonjak tinggi karena ada pelonggaran aturan Covid-19 di China.
Kejatuhan harga minyak dunia pada perdagangan senin ini karena penguatan dolar AS dan juga rekor kasus covid-19 yang tinggi di kota-kota besar China. Hal ini memupuskan harapan normalisasi kebijakan Covid-19 di negara importir minyak mentah terbesar di dunia.
Mengutip CNBC, Selasa (15/11/2022), kontrak untuk minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate AS naik tipis hampir 1 persen di awal sesi perdagangan hari senin, tetapi kemudian berbalik arah dan menuju level yang lebih rendah.
Advertisement
Harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 3,44 atau 3,58 persen menjadi USD 92,55 per barel setelah naik 1,1 persen pada perdagangan Jumat kemarin. Sementara harga minyak mentah WTI berjangka turun USD 3,78 atau 4,25 persen menjadi USD 85,18 per barel, setelah menutup sesi Jumat dengan naik 2,9 persen.
"Penguatan nilai tukar dolar AS tampaknya membebani harga minyak dan sejumlah komoditas lain pada perdagangan sore ini (Senin sore)," kata kepala analis komoditas ING, Warren Patterson.
"Mungkin ada juga elemen di mana pasar bereaksi terlalu cepat pada hari Jumat menyusul pelonggaran tindakan karantina terkait Covid-19 di China." tambahnya.
Pelonggaran di China
Sejumlah harga komoditas naik pada hari Jumat setelah Komisi Kesehatan Nasional China menyesuaikan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian Covid untuk mempersingkat waktu karantina bagi kontak dekat kasus dan pelancong yang masuk serta menghilangkan penalti pada maskapai penerbangan karena membawa penumpang yang terinfeksi.
Tetapi kasus Covid meningkat di China selama akhir pekan, dengan Beijing dan kota-kota besar lainnya melaporkan rekor infeksi pada Senin.
Permintaan China untuk minyak dari eksportir utama dunia yaitu Arab Saudi, juga tetap lemah karena beberapa kilang terlihat menurunkan produksi minyak mentah pada Desember.
Advertisement
Sentiman AS
Secara terpisah, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada hari Jumat bahwa India dapat terus membeli minyak Rusia sebanyak yang diinginkannya, termasuk dengan harga di atas mekanisme batas harga yang diberlakukan G7. Hal itu jika memang India ingin tidak mendapat layanan asuransi, keuangan, dan maritim dar negara Barat.
Dolar AS yang kuat setelah komentar dari Gubernur Federal Reserve AS Christopher Waller juga membebani minyak. Waller mengatakan pada hari Minggu bahwa Federal Reserve dapat mempertimbangkan untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya, tetapi itu tidak boleh dilihat sebagai "pelunakan" dalam komitmennya untuk menurunkan inflasi.
“Ini condong ke arah inflasi atau narasi resesi yang negatif untuk minyak dan pasar berisiko lainnya,” kata direktur pelaksana SPI Asset Management Stephen Innes.