Liputan6.com, Jakarta Musim panen awal tahun justru memberikan kerugian bagi petani di Lampung. Pasalnya, harga tomat 1 kg hanya dibanderol Rp 600 per kg. Namun, itu tidak berlaku di Jakarta, dimana harga tomat di pasaran masih dibanderol lebih dari Rp 10.000 per kg.
Melansir data Informasi Pangan Jakarta, Selasa (24/1/2023), harga tomat di pasaran ibu kota secara rata-rata masih Rp 13.564 per kg.
Bahkan, harga tertingginya mencapai Rp 20.000 per kg di Pasar Jembatan Merah, Jakarta Pusat. Sementara harga terrendahnya sekitar Rp 8.000 per kg di Pasar Kalideres, Jakarta Barat.
Advertisement
Padahal sebelumnya, petani tomat di Lampung mengeluhkan harga tomat yang anjlok parah. Biasanya harga tomat di tingkat petani dihargai Rp 4.000 per kilogram (kg). Namun di awal tahun ini bertepatan saat panen, 1 kg tomat cuma dihargai Rp 600.
Pudin, petani tomat di Desa Hanakau, Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, mengatakan bahwa petani sangat kesal sebab saat ini harga tomat anjlok, hanya berkisar Rp 600 sampai Rp 800 per kg.
"Pasarannya lagi sepi, peminatnya kurang, sedangkan yang panen banyak, sekarang harga hanya Rp 800, enggak ketutupan sama modal," kata dia dikutip dari Antara.
Penurunan harga tomat ini tidak terkira. Pasalnya, harga standar tomat bulan lalu berkisar Rp 4.000 per kg. Dengan saat ini di harga Rp 600 per kg, maka tak heran jika para petani tersebut sangat marah. Padahal ongkos produksi sangat jauh di atas harga saat ini.
Produksi Tomat
Menurut Pudin, dalam sekali panen petani bisa menghasilkan 400 hingga 500 kotak tergantung luas lahan tanam. Dalam satu kotak saat akan menjual, bisa mencapai 50 kg dan dengan masa tanam selama 80 hari.
Dia mengatakan, bahwa tomat yang telah dipanen biasanya dijual keluar daerah seperti ke Padang.
"Tahun-tahun yang lalu kami menjual tomat keluar daerah, namun sekarang dengan harga anjlok ini enggak bisa, enggak kebayaran ongkosnya," katanya.
Advertisement
Mendag Minta Bantuan Pemda Jaga Harga Pangan Jelang Ramadan
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meminta bantuan para kepala daerah untuk menjaga kenaikan harga bahan pangan menjelang bulan Ramadan. Mengingat selama musim libur natal dan tahun baru harga pangan bisa dikendalikan.
"Kalau nataru kemarin berhasil kita lewati dengan aman dan damai, tidak ada gejolak, maka untuk menghadapi puasa dan lebaran tentu peran Bapak-Ibu (harus) lebih baik lagi," kata Zulkifli dalam acara Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda 2023 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, dikutip Rabu, (18/1/2023).
Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan Pemda untuk mencegah kenaikan harga bahan pangan selama bulan puasa hingga lebaran. Pertama Zulkifli Hasan meminta Pemda mengoptimalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pengendalian inflasi.
"(Misalnya) pasar murah, operasi pasar, subsidi ongkos angkut dan pemantauan harga dan stok bahan pokok," kata Zulkifli.
Kedua, mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pangan dalam menjaga stok dan pasokan barang kebutuhan pokok. Ketiga mengintegrasikan pemantauan harga dan stok barang kebutuhan pokok di seluruh provinsi, kabupaten dan kota.
"Ini sebagai early warning system di daerah melalui SP2KP Kemendag," katanya.
Optimalkan Gerai Maritim
Pemda juga diminta mengoptimalkan gerai maritim yang bersinergi dengan tol laut, jembatan udara, dan subsidi angkutan barang di jalan untuk meningkatkan muatan baik berupa produk unggulan daerah. Berperan aktif dalam pembinaan dan pengembangan sistem resi gudang (SRG) dan pasar lelang komoditas (PLK)
Selain itu, Zulkifli meminta Pemda melakukan media birefing secara berkala kepada masyarakat untuk memberikan informasi bahwa pemerintah berkomitmen menjamin ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan.
"Mudah-mudahan bulan suci Ramadan dan lebaran bisa kita lalui dengan baik," pungkasnya.
Advertisement