Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa pekan harga minyak goreng subsidi Minyakita langka di pasaran. Selain itu juga ada harganya telah melambung dari yang ditentukan. Tentu saja hal ini membuat banyak pihak bertanya-tanya.
Ekonom Senior Faisal Basri menduga, penyebab langkahnya minyak goreng terutama Minyakita di pasar karena program Mandatori Biodiesel. Program yang menggunakan bahan baku kelapa sawit ini menyedot pasokan Crude Palm Oil (CPO) yang seharusnya untuk minyak goreng.
"Sekarang penyedot terbesar CPO itu adalah biodiesel, karena dikasih insentif dan mandatori. Sementara minyak goreng nggak mandatori. Ya ribet," kata Faisal Basri dalam Webinar Problematika Minyak Goreng, Jakarta, Sabtu (4/2/2023).
Advertisement
Pemerintah telah menerapkan 2 harga CPO untuk industri pangan dan biodiesel. Ironisnya harga jual untuk biodiesel ditetapkan lebih tinggi daripada untuk industri pangan, termasuk minyak goreng.
"Ini lah biang keladinya, pengusaha kalau ada kesempatan dua harga. Dia akan jual dengan harga tertinggi," ucap Faisal Basri.
Selain itu, pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) juga memebrikan insentif untuk penjualan CPO ke biodiesel. Sebaliknya, penjualan CPO untuk industri pangan maupun minyak goreng tidak memperoleh insentif meski harganya jauh lebih rendah.
Dengan situasi ini, pengusaha sawit lebih memilih untuk menjual CPO ke program mandatori biodiesel ketimbang industri pangan maupun minyak goreng. Menyusul, adanya penawaran harga yang lebih baik serta insentif dari BPDPKS.
"Kalau saya punya CPO saya dapat lebih baik ke biodiesel saya akan lari ke biodiesel. Otomatis hak setiap orang untuk menjual dengan harga lebih baik," terangnya.
Â
Program B35 Jadi Penyebab Minyakita Langka di Pasar
Hal yang sama juga sebelumnya diungkapkan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.Â
"MinyaKita ada dua sebab, harga tidak naik, tapi di pasar-pasar rakyat berkurang kiriminannya, karena MinyaKita ini sekarang menjadi merek yang digemari oleh setiap konsumen," kata dia dikutip dari Antara, Senin (30/1/2023).
"Dia (MinyaKita) tidak hanya di pasar tradisional tetapi MinyaKita ini sudah masuk ke pasar-pasar modern, ritel modern, semua orang sekarang sudah membeli MinyaKita, karena kualitas MinyaKita sama dengan merek premium," tambah dia.
Alasan lain adalah suplai minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) Indonesia digunakan untuk biodiesel B35.
"Kedua, kita kemarin menambah, B20 menjadi B35, B20 itu menyedot 2 juta CPO, untuk mengubah dari menjadi B20 itu (butuh) 9 juta, diubah menjadi B35 itu menjadi 3 juta, jadi perlunya 12 juta, menyedot lagi itu. Jadi ada dua sebab itu," kata Mendag.
Mendag menyebut pemerintah mengundang para produsen minyak untuk menaikkan suplai.
"Hampir 30 (pengusaha) yang datang yang tadinya suplai untuk MinyaKita itu 300 ribu ton per bulan, kita naikkan 50 persen tadi, semua sudah sepakat, tanda tangan dari hampir 30 (pengusaha) itu yang suplainya MinyaKita 300 ribu ton ditambah 50 persen menjadi 450 ribu ton per bulan," jelas Mendag.
Dengan cara itu Mendag berharap pasokan MinyaKita dapat kembali ke pasaran.
"Mudah-mudahan dengan itu kita bisa membanjir kembali pasar-pasar tradisional atau pasar modern dengan curah atau minyak goreng merek MinyaKita," ujar Mendag Zulkifli.
Â
Advertisement
B35 Biang Kerok Minyak Goreng Curah Langka? Airlangga Bongkar Faktanya
Harga minyak goreng curah dan kemasan sederhana naik. Salah satu faktornya dipengaruhi oleh suplai minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) Indonesia digunakan untuk biodiesel B35.
Menanggapi hal itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, meyakinkan bahwa supply daripada minyak di dalam negeri tidak terganggu.
Menko Airlangga menegaskan, implementasi B35 ini sebagai upaya untuk menangani lemahnya permintaan ekspor di beberapa negara terutama di Eropa yang melakukan kampanye negatif terhadap kelapa sawit, diharapkan bisa meningkatkan permintaan B35 di dalam negeri.
"Saya sudah jelaskan ini menangani daripada lemahnya demand  dan tentu berkurangnya demand akibat gerakan-gerakan di Eropa maka kita tentu mengantisipasi dengan peningkatan demand di dalam negeri tidak terganggu," tegas Airlangga.
Kendari demikian, Airlangga memastikan bahwa seluruh produsen CPOÂ berkomitmen akan menyuplai Domestic Market Obligation (DMO) di dalam negeri sebesar 450 ribu ton per bulan.
"Per bulan, (misal) Januari dipersiapkan pada Januari ini sekitar 450 ribu ton meningkat dari kebutuhan 300 ribu ton dan diharapkan bisa mendorong seluruh petani sawit dan stakeholder yang bekerja di kebun sawit yang jumlahnya sekitar 16 juta," ujarnya.
Sebagai informasi, Pemerintah siap mengimplementasikan B35 mulai besok 1 Februari 2023.Â
Implementasi B35 ini bukan hanya energi mixs saja, melainkan mendukung penciptaan tenaga kerja baru, menciptakan penurunan emisi gas rumah kaca, melakukan save terhadap devisa negara mengenai pembelian energi fosil dari luar.