Liputan6.com, Jakarta Harga emas turun di bawah USD 1.850 per ons sepanjang Februari ini disebabkan penjualan ritel AS yang diluar prediksi pada Januari 2023. Pasar emas bereaksi terhadap data ekonomi yang kuat, yang menunjukkan lebih banyak pengetatan oleh Federal Reserve.
Rilis makro yang sangat dinantikan dari minggu ini menunjukkan bahwa inflasi mendingin lebih lambat dari yang diperkirakan, sementara ekonomi AS tetap cukup kuat dan itu bisa membenarkan lebih banyak kenaikan suku bunga The Fed.
Baca Juga
"Logam mulia diperdagangkan di bawah USD 1850 berkat angka inflasi AS yang kaku dan pandangan yang bertentangan dari pejabat Fed. Mengingat bagaimana dolar kemungkinan akan mendapatkan kekuatan dari ekspektasi seputar Fed yang tetap hawkish lebih lama, ini bisa diterjemahkan menjadi lebih menyakitkan bagi nol- menghasilkan emas di jalan," kata analis riset senior di FXTM Lukman Otunuga, dikutip dari laman Kitco News, Senin (20/2/2023).
Advertisement
Otunuga menjelaskan, penjualan ritel dari Januari melambung tajam, naik 3 persen dibandingkan yang diharapkan 1,8 persen. Selain itu, aktivitas pabrik negara bagian New York mengalami kontraksi pada bulan Februari selama tiga bulan berturut-turut, tetapi dengan kecepatan yang jauh lebih lambat.
Ini terjadi setelah data inflasi AS menunjukkan IHK tahunan sebesar 6,4 persen pada bulan Januari dibandingkan perkiraan perlambatan menjadi 6,2 persen
"Sementara inflasi di ekonomi terbesar dunia terus melambat, itu tidak jatuh secepat yang diantisipasi investor, pada akhirnya menghidupkan kembali taruhan kenaikan suku bunga Fed. Mengingat bagaimana angka inflasi terbaru ini menambah laporan ledakan pekerjaan bulan Januari, dolar bisa naik lebih tinggi dalam jangka pendek," tambah Otunuga.
Sejumlah pembicara The Fed juga cenderung hawkish minggu ini, meningkatkan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut. Presiden Fed Dallas Lorie Logan mengatakan The Fed harus tetap siap untuk melanjutkan kenaikan suku bunga untuk periode yang lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya" karena pasar tenaga kerja yang "sangat kuat".
Â
Suku Bunga
Sementara itu, Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan pembuat kebijakan mungkin perlu menaikkan suku bunga di atas 5 persen.
"Berapa banyak di atas level itu akan sangat bergantung pada apa yang kami lihat, kami memiliki laporan inflasi yang bagus karena bergerak turun, tetapi tidak cepat," ujar Harker.
Disisi lain analis pasar di Kinesis Money Rupert Rowling, menilai penetapan kenaikan suku bunga yang harus dilakukan Fed dapat mempengaruhi penentuan harga emas di pasaran.
"Prospek kenaikan suku bunga mengurangi daya tarik logam mulia, karena tidak menghasilkan imbal hasil bagi pemegangnya, dengan aset berbunga lainnya lebih disukai," kata Rowling.
Selain itu, data ekonomi yang kuat juga meminimalkan kemungkinan hard landing, yang merupakan salah satu pendorong utama emas memasuki tahun baru.
"Banyak investor mengantisipasi bahwa skenario hard landing dapat terbukti mengganggu aset berisiko dan mendorong beberapa aliran menuju bullion. Sekarang sepertinya skenario hard landing tidak akan terjadi," kata Analis pasar senior di OANDA Edward Moya.
Â
Advertisement
Turki Setop Impor Emas
Pada saat yang sama, ahli strategi komoditas senior TD Securities Daniel Ghali, mengatakan pelemahan emas mencerminkan kurangnya pembeli.
"Aktivitas pembelian raksasa China, yang mendukung reli emas selama beberapa bulan terakhir, telah terhenti. Turki telah menghentikan impor emas setelah gempa dahsyat," kata Ghali.
Prospek teknis adalah bearish untuk emas kecuali investor masuk untuk membeli penurunan. Emas berada di bawah tekanan pada grafik harian. Penutupan harian yang solid di bawah USD 1.850 dapat membuka pintu menuju USD 1.815 dan USD 1.800 per ons.
Dalam jangka pendek, emas bisa turun di bawah USD 1.800 per ons dari perspektif teknis. Australia and New Zealand Banking Group (ANZ) mencatat sebuah aksi jual lebih lanjut bisa mengkonfirmasi harga jatuh di bawah USD1,800 per ons.
Emas year-to-date hanya naik 0,8 persen setelah reli lebih dari 6 persen di bulan Januari, setelah memuncak pada USD 1.960 per ons pada akhir Januari, emas berjangka Comex April terakhir diperdagangkan pada USD 1.844,60 per ons, turun 1,12 persen.