Liputan6.com, Jakarta Harga emas mencapai rekor tertinggi pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta). Harga emas bergerak lebih jauh di atas USD 2.100 per ounce dalam reli perdagangan yang dipicu oleh meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada bulan Juni dan permintaan safe-haven akibat konflik di Timur Tengah.
Dikutip dari CNBC, Rabu (6/3/2024), harga emas dunia di pasar spot naik 0,8% menjadi USD 2.132 per ounce, setelah mencapai rekor di level USD 2,141.59 sebelumnya.
Baca Juga
Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup melonjak 0,7% ke level USD 2.141,9. Harga emas terakhir kali mencapai rekor tertinggi pada bulan Desember di USD 2.135,40.
Advertisement
“Alasan utamanya adalah kita melihat pasar semakin percaya bahwa penurunan suku bunga The Fed akan segera terjadi,” kata Kepala Strategi Komoditas TD Securities, Bart Melek.
“Pasar harus sedikit lebih yakin agar emas bisa bergerak lebih tinggi, namun pada kuartal kedua, kami memperkirakan harga emas bisa mencapai lebih dari USD 2.300," lanjut dia.
Emas, yang sering digunakan sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa ketidakpastian politik dan keuangan, telah naik lebih dari USD 300 sejak dimulainya perang Israel-Hamas.
“Risiko geopolitik yang muncul dari Laut Merah dan tahun dengan kalender pemilu yang padat secara global kemungkinan akan menunjukkan berlanjutnya penguatan permintaan ritel terhadap emas,” kata Ahli Strategi Komoditas WisdomTree, Nitesh Shah.
“Kami tidak akan terkejut jika emas mengembalikan sebagian keuntungannya karena Federal Reserve AS sedang membicarakan penurunan suku bunga dalam waktu dekat, namun ketika penurunan suku bunga terlihat pasti, kami memperkirakan emas akan diperdagangkan lebih tinggi secara signifikan," ungkapnya.
Suku Bunga AS
Kesaksian Ketua Fed Jerome Powell di hadapan Kongres pada hari Rabu dan Kamis akan diawasi dengan ketat untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai jalur suku bunga AS. Rilis ekonomi utama AS berikutnya adalah laporan ketenagakerjaan bulan Februari yang akan dirilis pada hari Jumat.
Pedagang saat ini melihat peluang 70% bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan Juni, menurut alat CME FedWatch.
Harga emas tertekan ketika suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi meningkatkan imbal hasil aset pesaing seperti obligasi dan meningkatkan nilai dolar, sehingga membuat logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
Berbeda dengan harga emas, harga perak di pasar spot turun 0,8% menjadi USD 23,70 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 28 Desember di awal sesi. Sedangkan logam mulia lainnya turun, di mana harga platinum tergelincir 1,8% menjadi USD 881,23 per ounce, dan harga paladium turun 1,1% menjadi USD 949,68.
Harga Emas Dunia Cetak Rekor Tertinggi sepanjang Masa, Tembus USD 2.126
Sebelumnya, harga emas dunia menetap di level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan hari Senin karena pelaku pasar bertaruh bahwa Bank Sentral AS atau Fed akan memangkas suku bunga acuan di paruh kedua tahun ini.
Mengutip CNBC, Selasa (5/3/2024), harga emas dunia untuk kontrak April naik USD 30 atau 1,46% Menjadi USD 2.126,30 per ounce, level tertinggi sejak pembuatan kontrak pada 1974.
Ini adalah sesi perdagangan kedua berturut-turut di mana harga emas mencetak rekor tertingginya. Sebelumnya atau pada Jumat kemarin, harga emas untuk kontrak April ditutup pada level tertinggi sepanjang masa di USD 2.095,70.
The VanEck Gold Miners ETF ditutup naik 4,3% dan mencetak kenaikan hari ketiga berturut-turut. Ini juga diperdagangkan di atas rata-rata pergerakan 50 hari di USD 28.295 untuk pertama kalinya sejak 12 Januari.
Kepala investasi Bleakley Financial Group Peter Boockvar mengatakan, jika disesuaikan dengan inflasi, harga emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa sekitar USD 3.200 pada 1980.
Ia melanjutkan, jika harga saat ini juga disesuaikan dengan inflasi maka juga akan menguji rekor. “Memang saat ini masih jauh, tetapi kemungkinan juga menunjukkan potensi kenaikan,” kata Boockvar.
Emas berkinerja baik meskipun suku bunga tinggi dan dolar kuat. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh bank sentral dunia yang membeli emas dalam jumlah besar setelah AS dan Uni Eropa menyita USD 300 miliar cadangan devisa Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina.
“Anda dapat membayangkan mentalitas Tiongkok, Arab Saudi, dan negara-negara lain yang mengatakan, 'Apakah kita benar-benar ingin semua aset kita ada di Departemen Keuangan AS?" kata Boockvar.
Advertisement
Hambatan Ekonomi
Harga emas pada tren positif di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya tahun ini seiring dengan turunnya inflasi. Ketika suku bunga turun, harga emas biasanya naik karena investor mencari tempat berlindung yang aman karena aset seperti obligasi menjadi kurang menarik karena tidak lagi memberikan imbal hasil yang menarik.
kepala analis komoditas global TD Securities Bart Melek mengatakan, emas naik setelah data ekonomi, khususnya di sektor manufaktur, lebih lemah dari perkiraan pada pekan lalu.
“Ekspektasinya adalah inflasi kemungkinan akan melambat seiring dengan melemahnya perekonomian, dan hal ini akan memberikan keleluasaan bagi The Fed untuk serius dalam menurunkan suku bunganya,” katanya. Pedagang bertaruh The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan Juni, menurut CME Fed Watch Tool.
Namun harga emas bisa menghadapi hambatan jika data ekonomi, khususnya ketenagakerjaan, dirilis dalam kondisi panas.
“Katakan saja jumlah gaji yang masuk lebih besar dari perkiraan orang – semua pertaruhan dibatalkan dan saya pikir kita kehilangan banyak keuntungan yang kita peroleh. Itu hal besar bagi saya,” kata Melek.
Seperti diketahui, harga emas naik 2,63% pada tahun ini.