Yen Jepang Anjlok ke Level Terendah Sejak 1990

Yen Jepang melemah pada hari Senin (15/4), ke level terendah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sejak Juni 1990,

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Apr 2024, 09:22 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2024, 09:21 WIB
yen-jepang-130917b.jpg
Yen Jepang melemah pada hari Senin (15/4), ke level terendah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sejak Juni 1990,-130917b.jpg

Liputan6.com, Jakarta Yen Jepang melemah pada hari Senin (15/4), ke level terendah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sejak Juni 1990, dengan pasar waspada terhadap tanda-tanda intervensi dari otoritas Jepang untuk menopang mata uang tersebut.

Melansir Channel News Asia, Selasa (16/4/2024) pelemahan Yen terjadi di tengah penguatan USD yang didukung oleh data ekonomi AS yang menunda perkiraan waktu penurunan suku bunga pertama The Fed ke bulan September dari bulan Juni, dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

USD terakhir naik 0,66 persen menjadi 154,28 yen, yang terkuat sejak tahun 1990.

USD memperpanjang kenaikan pada hari Senin (15/4) setelah data penjualan ritel bulan Maret lebih kuat dari perkiraan. Penurunan Yen terhadap USD telah menghidupkan kembali antisipasi intervensi mata uang.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan dia mengamati pergerakan mata uang dengan cermat, dan Tokyo sepenuhnya siap untuk mengambil tindakan.

Diwartakan sebelumnya, pelemahan juga terjadi pada nikai tukar Rupiah hingga menembus level Rp 16.000 per USD.

Ekonom sekaligus Mantan Menteri Riset dan Teknologi RI periode 2019-2021, Bambang Brodjonegoro mengatakan, The Fed belum menurunkan suku bunga dan adanya konflik Iran dan Israel membuat Dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang lainnya. 

Bambang, mengingatkan, Bank Indonesia (BI) harus bisa menahan agar fluktuasi nilai tukar USD bisa lebih stabil.

Sebagai langkah antisipasi dampak suku bunga The Fed, BI diperkirakan akan tetap melakukan intervensi terhadap nilai tukar rupiah, ungkapmya.

Menurutnya, keputusan untuk menaikan suku bunga BI bukan merupakan langkah yang tepat mengingat USD yang semakin menguat terhadap hampir semua mata uang negara lainnya. 

"Intinya secara eksternal memang kita akan menghadapi tantangan yang serius, dan ini yang bisa membuat rupiah menjadi tertekan. Tapi juga BI tidak mungkin menggunakan cadangan dolar begitu saja untuk melakukan intervensi karena akibatnya akan fatal," jelasnya. 

Rupiah Melemah terhadap Dolar AS, Ini Kata Ekonom

Ilustrasi uang rupiah
Ilustrasi uang rupiah. (Gambar oleh iqbal nuril anwar dari Pixabay)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Jumat, 12 April 2024. Selama libur Lebaran 2024, rupiah cenderung lesu terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Google Finance, dikutip Sabtu, (13/4/2023),nilai tukar rupiah sudah tembus level 16.000 per dolar AS. Tepatnya pada pukul 21.55 WIB, rupiah berada di posisi 16.135 per dolar AS pada Jumat, 12 April 2024. Terakhir, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.117,80.

Berdasarkan data tradingeconomics.com pada Sabtu, 13 April 2024, rupiah menguat terhadap dolar AS sebesar 0,49 persen ke posisi 16.110. Selama libur Lebaran 2024, berdasarkan data tradingeconomics, rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menuturkan, rupiah melemah seiring harapan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) masih akan menahan suku bunga acuan lebih lama dari perkiraan pada Juni 2024. “Kemungkinan (penurunan-red) bergeser ke kuartal IV 2024 karena ekonomi AS yang masih solid,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu pekan ini.

David menilai, pelemahan rupiah masih wajar. Hal ini seiring mata uang negara berkembang lainnya melemah. “Masih wajar. Hitungan saya memang fundamental rupiah harusnya sudah di atas 16 ribu. Negara-negara berkembang lain banyak yang melemah di atas 5 persen, rupiah hanya 2,5 persen year to date (ytd). Yen Jepang saja sudah melemah 15 persen ytd,” tutur dia.

Selain itu, Bank Indonesia (BI), menurut David aktif melakukan stabilisasi rupiah sejak bulan lalu. Hal ini juga berdampak terhadap cadangan devisa pada Maret 2024 sekitar USD 4 miliar. Pada 28 Maret 2024, cadangan devisa tercatat USD 140,39 miliar.

"(Cadangan devisa-red) April kemungkinan juga masih turun karena pembayaran dividen, pembayaran utang dan upaya stabilitasi rupiah oleh BI,” kata dia.

Prediksi Rupiah

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

David prediksi, ke depan dalam jangka pendek, rupiah masih akan dinamis dengan kecenderungan melemah sesuai dengan perkembangan data ekonomi AS.

Mengenai dampak pelemahan rupiah terhadap ekonomi, David menilai, ekonomi Indonesia masih solid asalkan rupiah tidak terlalu volatile. Selain itu, indeks kepercayaan bisnis dan konsumen masih akan menguat.

Ia mengusulkan sejumlah langkah-langkah untuk stabilkan rupiah terutama ke arah stabilisasi sehingga tidak terlalu volatile di pasar non deliverable forward (NDF), SBN dan spot. “Kebijakan devisa hasil ekspor juga perlu dioptimalisasi,” kata dia.

David prediksi rupiah akan bergerak di kisaran 15.800-16.200 terhadap dolar AS pekan depan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya