Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan, dengan adanya penambahan pengaturan mengenai tambahan besaran Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) diyakini mampu mendorong pertumbuhan kredit pada 2024 agar mencapai target, yakni 12 persen.
"Kami masih perkirakan dengan adanya tambahan KLM ini pertumbuhan kredit akan dibatas atas, kan target kita 10-12 persen, dikeseluruhan tahun akan mencapai batas atas 12 persen," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung, dalam Taklimat Media Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial, Senin (3/6/2024).
Juda mengatakan, melalui implementasi kebijakan KLM, akan ada tambahan likuiditas sebesar Rp81 triliun dari Rp 165 triliun menjadi Rp 246 triliun dan pada akhir 2024. BI perkirakan meningkat menjadi Rp 280 triliun, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat
Advertisement
Ia menuturkan,penguatan KLM mencakup, pertama, perluasan sektor tertentu yakni perluasan sektor baru yang memiliki daya ungkit tinggi terhadap perekonomian atau yang merupakan sektor pendukung program Pemerintah. Kedua, penyesuaian kriteria KLM.
Penyesuaian kriteria bagi bank untuk dapat memperoleh KLM atas penyaluran kredit/pembiayaan inklusif berdasarkan pencapaian RPIM. Ketiga, penyesuaian threshold dan besaran KLM. Keempat, pengaturan mengenai tambahan KLM, yakni tambahan Insentif bagi bank dengan kontribusi pertumbuhan kredit yang tergolong tinggi.
Adapun dalam kesempatan yang sama, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Solikin M. Juhro, mengatakan penambahan pengaturan mengenai tambahan besaran KLM akan menambah pertumbuhan kredit perbankan dikisaran 0,6-0,7 persen.
"End of the year sekitar angka 0,6 persen masih masuk ke range BI, jadi angka-angka itu akan menambah kredit sekitar 0,6-0,7 persen. Makannya pada awal tahun itu target kredit 10-12 persen dan itu harus menjaga itu sehingga bisa masuk batas atasnya kredit growthnya," pungkas Solikin.
Pertumbuhan Kredit April 2024 Tertinggi dalam 5 Tahun
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat pada April 2024, kredit tumbuh tinggi sebesar 13,09% (yoy) didorong oleh pertumbuhan kredit di banyak sektor, seperti sektor industri, jasa dunia usaha, dan perdagangan, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2024 di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Rabu (22/5/2024).
Perry mengatakan, tingginya permintaan kredit dipengaruhi oleh sisi penawaran, sejalan dengan terjaganya appetite perbankan yang didukung oleh tingginya permodalan, berlanjutnya strategi realokasi aset ke kredit oleh perbankan, dan diterapkannya Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang menjaga kecukupan likuiditas perbankan.
"Pertumbuhan kredit tersebut juga ditopang oleh pertumbuhan DPK yang terus meningkat, yang mencapai 8,21% (yoy) pada April 2024," kata Perry.
Sementara dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja korporasi dan rumah tangga yang tetap terjaga baik. Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi yang masing-masing tumbuh sebesar 15,69% (yoy), 13,25% (yoy), dan 10,34% (yoy).
Advertisement
Pembiayaan Syariah
Di sisi lain, pembiayaan syariah juga tumbuh tinggi sebesar 14,88% (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 7,30% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit 2024 akan terus meningkat menuju batas atas kisaran prakiraan 10-12%.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung, menilai pertumbuhan kredit pada April 2024 merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
"Pertumbuhan kredit 13,09 persen di April kemarin adalah pertumbuhan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir ini dan good newsnya adalah pertumbuhannya broad based, baik dari sisi sektornya, sektor manufaktur, pertambangan, perdagangan, jasa dunia usaha, pengangkutan, semua mengalami peningkatan," ujar Juda.
Melihat pertumbuhan kredit yang positif tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat efektivitas implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif dan mempererat sinergi dengan Pemerintah, KSSK, perbankan, serta pelaku usaha untuk mendukung peningkatan kredit/pembiayaan bagi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Pertumbuhan Kredit April 2024 Tertinggi dalam 5 Tahun
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa kebutuhan pembiayaan korporasi pada Maret 2024 terindikasi meningkat. Hal tersebut tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 25,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan SBT 11,1% pada Februari 2024.
Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, peningkatan kebutuhan pembiayaan tersebut didorong oleh kebutuhan Lapangan Usaha (LU) Perdagangan, Industri Pengolahan, serta Konstruksi.
"Sumber pembiayaan korporasi terutama berasal dari dana sendiri, diikuti pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik dan pembiayaan dari perbankan dalam negeri," jelas dia dalam keterangan tertulis, Senin (29/4/2024).
Pada kelompok rumah tangga, sebanyak 10,9% responden menyatakan terdapat kebutuhan pembiayaan baru pada Maret 2024. Mayoritas pembiayaan rumah tangga berasal dari bank umum dengan pangsa sebesar 41,2%, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 39,8%. Selain perbankan, sumber pembiayaan utama yang menjadi preferensi rumah tangga antara lain leasing dan koperasi.
Advertisement
Penyaluran Kredit Baru
Sementara itu, penyaluran kredit baru oleh perbankan pada Maret 2024 juga terindikasi meningkat dengan SBT sebesar 80,9%, lebih tinggi dibandingkan SBT Februari 2024 yang sebesar 54,1%.
Faktor utama yang memengaruhi prakiraan penyaluran kredit baru pada Maret 2024 adalah permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain.
Secara keseluruhan kuartal I-2024, penawaran penyaluran kredit baru dari perbankan diprakirakan tetap tumbuh.