Pengadaan Barang Jasa Rp 400 Triliun untuk Beli Produk Lokal, 2 Juta Pekerja Bisa Terserap

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jika Rp 400 triliun digunakan dengan benar dalam proses pengadaan barang/jasa, digunakan untuk membeli produk dalam negeri, maka akan ada dua juta tenaga kerja yang terlibat, dan akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi 1,5 hingga 1,8 %.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Jun 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2024, 19:00 WIB
Kepala LKPP Hendrar Prihadi
Kepala LKPP Hendrar Prihadi. (Dok. LKPP)

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka memperkuat peran generasi muda dalam upaya pencegahan korupsi dan mengawal pengadaan barang/jasa di Indonesia, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerja sama dengan Kemitraan dan Transparency International Indonesia (TII) menyelenggarakan Youth Integrity Bootcamp 2024.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan kawan muda dalam memantau transparansi pengadaan barang/jasa pemerintah.

Kepala LKPP Hendrar Prihadi, yang akrab disapa Hendi, menegaskan pentingnya generasi muda untuk selalu berada di pihak yang benar dan membantu memperbaiki kondisi di negeri ini. Hendi menekankan bahwa pertempuran antara kebaikan dan keburukan harus dimenangkan oleh kebaikan.

"Kawan-kawan harus jadi garda terdepan, mari kita kawal masyarakat yang ada di Usaha Mikro Kecil dan Koperasi (UMKK) supaya mereka bisa terlibat dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, dan nantinya bisa naik kelas," ajak Hendi.

Youth Integrity Bootcamp 2024 ini melibatkan 28 aktivis muda dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur. Para peserta akan mendapatkan pelatihan intensif mengenai isu antikorupsi, gerakan sosial, dan pengadaan barang/jasa.

Bootcamp tahun ini memasuki tahun keempat, dengan cakupan wilayah yang semakin luas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hendi pun berharap melalui forum ini dapat terjadi transfer pengetahuan yang efektif.

"Jika masing-masing daerah memiliki sesuatu yang lebih baik yang sudah diterapkan, maka bisa sharing ke teman yang lain. Amati, tiru, modifikasi, bawa ke daerah masing-masing dan diterapkan, pasti akan ada percepatan dan perbaikan," jelas Hendi. 

Ia juga memaparkan data dari Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menunjukkan total kerugian negara dari tahun 2013-2022 akibat korupsi sebesar 209,3 triliun.

Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jika Rp 400 triliun digunakan dengan benar dalam proses pengadaan barang/jasa, digunakan untuk membeli produk dalam negeri, maka akan ada dua juta tenaga kerja yang terlibat, dan akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi 1,5 hingga 1,8 %. 

Katalog Elektronik

Hendrar Prihadi
Hendrar Prihadi (Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, Hendi menjelaskan tentang katalog elektronik sebagai salah satu upaya memperkuat ekonomi berkelanjutan. Dengan pengembangan katalog elektronik versi 6, diharapkan proses transaksi akan lebih cepat dan produk yang ditampilkan memiliki informasi lengkap terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan UMKK, serta pembekuan produk impor jika sudah memiliki Produk Dalam Negeri (PDN) sebagai substitusi. Fitur lain yang dikembangkan adalah e-audit untuk memastikan proses transaksi bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Pencegahan korupsi diharapkan dapat memberikan dampak signifikan dalam mewujudkan pengadaan yang lebih transparan dan akuntabel di seluruh Indonesia. Melalui program ini, pengadaan publik di Indonesia diharapkan dapat mengalami revolusi positif yang berdampak luas bagi kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

 

 

 

BPK Berhasil Selamatkan Aset dan Uang Negara Rp136,88 Triliun

20151229-Gedung BPK RI-YR
Gedung BPK RI. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada hari ini, Selasa (4/6/2024), telah menyampaikan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) BPK II Tahun 2023 di sidang Paripurna DPR di Jakarta.

Ketua BPK Isma Yatun mengungkapkan, dalam laporan tersebut telah menyelamatkan uang dan aset negara senilai Rp136,88 triliun selama periode 2005 hingga 2023.

Angka tersebut disampaikan saat Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2023 kepada lembaga perwakilan DPR RI.

BPK juga melaporkan bahwa hasil pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi BPK dari 2005 hingga 2023 telah sesuai rekomendasi sebesar 78,2 persen.

"Dari tindak lanjut tersebut, BPK telah melakukan penyelamatan uang dan aset negara berupa penyerahan aset dan atau penyetoran uang ke kas negara/daerah/perusahaan atas hasil pemeriksaan tahun 2005 hingga 2023 senilai Rp136,88 triliun,” kata Isma dikutip dari Antara, Selasa (4/6/2024).

651 Laporan

IHPS II Tahun 2023 memuat ringkasan dari 651 laporan hasil pemeriksaan BPK (LHP) yang terdiri atas 1 LHP Keuangan, 288 LHP Kinerja, dan 362 LHP Dengan Tujuan Tertentu (DTT).

IHPS juga memuat hasil pemeriksaan tematik atas dua prioritas nasional (PN), yaitu pengembangan wilayah serta revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.

 

Permasalahan Lain

Ketua BPK, Isma Yatun
Ketua BPK, Isma Yatun, saat menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas LKPP tahun 2022 dan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II tahun 2022 kepada Presiden RI, Joko Widodo, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (26/6). Foto: BPK

Selain itu, IHSP II juga memuat hasil pemeriksaan yang menunjukkan permasalahan antara lain pada pemeriksaan kinerja efektivitas perlindungan WNI dan kerja sama dalam upaya pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Juga ditemukan ketidakselarasan regulasi pengelolaan pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) perdagangan karbon, dan kewajiban pemegang perizinan berusaha pemanfaatan hutan yang belum terpenuhi.

Selanjutnya, pada pemeriksaan pengelolaan pendapatan dan belanja kementerian dan lembaga, ditemukan bantuan keluarga penerima manfaat yang tidak bertransaksi senilai Rp208,52 miliar belum dikembalikan ke kas kas negara.

Analisa BPK juga menemukan potensi kelebihan pembayaran senilai Rp166,27 miliar dan 153,22 ribu dolar AS yang disebabkan pelaksanaan Belanja Modal Tahun 2022 dan Semester I TA 2023 tidak sesuai ketentuan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya