Liputan6.com, Jakarta Mantan presiden AS Donald Trump ditembak ketika sedang melakukan kampanye di Pennsylvania, Amerika Serikat.
Adanya insiden tersebut, membuat para pedagang bergegas mencari aset-aset yang aman dan mengevaluasi kembali perdagangan yang paling terkait dengan pencalonan mantan Presiden Donald Trump setelah ia tertembak.
Baca Juga
“Tidak diragukan lagi akan ada arus proteksionisme atau safe haven di Asia. Saya menduga emas bisa mencapai titik tertinggi sepanjang masa, kita akan melihat yen dibeli dan dolar, dan mengalir ke Treasury juga," kata Kepala analis pasar di ATFX Global Markets Nick Twidale, dikutip dari Bloomberg, Minggu (14/7/2024).
Advertisement
Namun, komentar awal pasar menunjukkan bahwa penembakan tersebut akan meningkatkan peluang Trump untuk memenangkan pemilu, yang akan mengalihkan fokus ke sekuritas yang paling terkena dampak kebijakannya dan pada akhirnya mungkin berdampak negatif bagi Departemen Keuangan.
Twidale menjelaskan, aset yang terkait dengan perdagangan Trump berkisar dari dolar, Treasury, hingga saham di penjara swasta, perusahaan kartu kredit, dan perusahaan asuransi kesehatan.
Investor melihat kebijakan Partai Republik mengenai tarif, imigrasi, dan defisit akan menghasilkan dolar yang lebih kuat, imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, dan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi sektor ekuitas tersebut.
Para pedagang juga akan mencermati ukuran-ukuran pasar mengenai perkiraan volatilitas pada hari Senin (15/7) seperti yang terjadi pada yuan Tiongkok yang sensitif terhadap tarif, yang mulai memperhitungkan keputusan AS.
Trump mengatakan dia ditembak di telinga kanannya setelah tembakan terjadi di rapat umum politiknya di Butler, Pennsylvania. Tim kampanyenya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia “baik-baik saja” setelah insiden yang membuatnya bergegas turun dari panggung. Salah satu peserta kampanye tersebut ditembak dan meninggal, dan penembaknya dibunuh oleh Dinas Rahasia AS.
Terjadi Gejolak
Para ahli strategi telah memperkirakan akan terjadi gejolak dalam pemilu bulan November ini, salah satunya karena Partai Demokrat masih khawatir mengenai pencalonan Presiden Joe Biden setelah pidato debatnya bulan lalu.
"Investor juga bergulat dengan kemungkinan bahwa pemilu tersebut akan berakhir dengan perselisihan yang berkepanjangan atau kekerasan politik," ujarnya.
Namun hanya ada sedikit preseden untuk peristiwa seperti di Pennsylvania. Ketika Presiden Ronald Reagan ditembak empat dekade lalu, pasar saham merosot sebelum ditutup lebih awal.
Keesokan harinya, 31 Maret 1981, S&P 500 naik lebih dari 1% dan benchmark imbal hasil Treasury 10-tahun turun 9 basis poin menjadi 13,13%, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Advertisement
Investor Obligasi
Selain itu, Kepala strategi BCA Research Inc Marko Papic, mengatakan investor obligasi harus memberi perhatian khusus, karena serangan ini kemungkinan akan meningkatkan peluang Trump terpilih.
“Saya pikir pasar obligasi pada suatu saat harus menyadari peluang Presiden Trump yang lebih besar untuk memenangkan Gedung Putih dibandingkan para pesaingnya. Dan saya terus percaya bahwa ketika peluangnya meningkat, kemungkinan terjadinya kerusuhan di pasar obligasi juga akan meningkat," ujar Papic.
Selanjutya, Analis pasar keuangan senior di Capital.com Kyle Rodda, mengatakan ia melihat klien mengalir ke Bitcoin dan emas setelah penembakan tersebut. Mata uang kripto ini meningkat setelah berita tersebut tersiar.
“Berita ini menandai titik perubahan dalam norma-norma politik Amerika dan daruratnya kekerasan politik yang lebih besar. Bagi pasar, ini berarti perdagangan di tempat yang aman, namun lebih condong ke tempat yang non-tradisional," pungkasnya.