Pencurian Minyak di Sumsel Makin Terang-terangan dan Terorganisir

Pencurian minyak mentah di jalur Tempino-Jambi ke Plaju Sumsel makin 'kreatif' dan bahkan berani melawan aparat keamanan setempat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 28 Jul 2013, 15:45 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2013, 15:45 WIB
pencurian-minyak-130728b.jpg
PT Pertamina (Persero) mengaku kebingungan dengan aksi pencurian minyak mentah yang lebih terbuka di pipa minyak jalur Tempino-Jambi ke Plaju, Sumatera Selatan (Sumsel). Modus penjarah makin 'kreatif' dan bahkan berani melawan aparat keamanan setempat.

Vice President Corporate Communication, Ali Mundakir, mengatakan, modus pencurian minyak di Sumsel saat ini bukan lagi melubangi pipa, tapi sudah lebih berani.

"Orang itu (pencuri) sudah gali sumur atau gua jadi bisa langsung menyedot minyak dan membawa kabur dengan tangki minyak. Ini jelas-jelas sangat terorganisir dan sistematis," ungkap dia usai Sahur on The Road di Jakarta, Minggu (28/7/2013).

Penjarahan minyak ini, lanjut Ali, sudah dilakukan secara terang-terangan hingga tak segan-segan melawan aparat keamanan setempat. "Pencuriannya sudah sangat kasat mata. Padahal kami sudah membenamkan pipa dengan kedalaman 1,5 meter-2 meter, namun tidak juga berhasil," terangnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, pipa merupakan cara paling efektif untuk mengalirkan minyak mentah dari sumur yang tersebar di Lapangan Bentayan dan Tempino, Jambi menuju kilang pengolahan minyak atau Pertamina Refinery Unit III Plaju, Sumsel.

"Kalau produksi minyak 10 ribu barel per hari, perlu mobil tangki ribuan unit untuk mengangkut sepanjang 260 km ke kilang. Pakai kapal pun baru bisa sampai 3 hari dan sampai ke Plaju menghabiskan waktu 36 jam. Jadi paling ekonomis pakai pipa," tukasnya.

Oleh sebab itu, Ali bilang, perseroan menghentikan pemompaan minyak mentah ke kilang Plaju melalui pipa tersebut. Namun tidak dengan stok BBM ke wilayah Sumsel.

"Pemompaan minyak mentah ke pipa Tempino sudah dihentikan sejak Rabu atau Kamis malam lalu. Kalau tetap diproduksi, lalu diambil orang kan percuma," ucap dia.   

Penghentian ini, dia menyebut, terpaksa dilakukan Pertamina karena pada saat terungkap aksi penjarahan. Kerugian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mencapai 5.000 barel per hari. Dan dalam kurun waktu sepekan ini, nilai kerugian tersebut sebesar Rp 20 miliar. "Kalau produksi di stop, lifting nasional juga turun sekitar 10 ribu-12 ribu barel per hari," tuturnya.

Pertamina, sambung Ali, telah melayangkan surat dan memberi laporan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait penjarahan di Sumsel tersebut.

"Paling penting, negara tidak boleh kalah terhadap orang yang tidak bertanggung jawab ini. Karena mafia penjarahan minyak sudah marak," tegas dia. (Fik/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya