Lembaga pemeringkat internasional, Moody's Corporation memperkirakan Indonesia akan menjadi negara tujuan investasi utama kedua di Asia Pasifik pilihan investor asing dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini merujuk pada pertumbuhan jumlah kalangan menengah.
Presiden dan CEO Moody's Corporation Raymond McDaniel, Jr mengungkapkan, fokus para Chief Executive Officer (CEO) dari perusahaan-perusahaan besar di Asia Pasifik kini berubah pada pengembangan serta penciptaan produk dan layanan baru untuk menyasar segmen kalangan menengah.
"Beberapa tahun ke depan, tujuan investasi utama dari investor asing adalah Cina, Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Untuk itu, CEO telah merencanakan strategi khusus dalam bisnis mereka," kata dia saat acara CEO Summit 2013 di Bali International Convention Center (BICC) di Nusa Dua, Bali, Minggu (6/10/2013).
Lebih jauh dia menyatakan, permintaan kelas menengah saat ini antara lain produk dan layanan baru, sehingga sebanyak 25% CEO berencana melakukan perubahan signifikan terhadap produk mereka untuk mencapai peluang ini.
"Jika fokus perusahaan besar pada tahun 2006 adalah masalah tenaga kerja, efisiensi, manufaktur, sekarang cara pandang mereka berubah karena ingin memanfaatkan pasar," ujar Raymond.
Dalam memutuskan berinvestasi, CEO kerap mempersoalkan masalah konsistensi peraturan, kepemilikan properti, fasilitas pertumbuhan dan infrastruktur.
"Dari survei, sebanyak 69% dari CEO akan mengejar peluang tambahan dari perdagangan multilateral demi menggapai strategi pertumbuhan mereka," ujar dia.
Raymond menyebut, kondisi tersebut mendorong peningkatan perjanjian soal perdagangan bebas dari hanya 5 perjanjian di 2011 menjadi 71 perjanjian dengan 84 negosiasi tambahan guna mendorong pertumbuhan ekonomi negara APEC saat ini.
"Jadi, kita bersama berlu mengatasi kompleksitas perjanjian dagang multilateral melalui pendekatan yang lebih seragam dan konsisten," kata dia.
Dalam hasil survei Moody's, Raymond juga menyebut sebanyak 60% CEO di kawasan Asia Pasifik telah meningkatkan ekonomi APEC dalam kurun waktu 20 bulan terakhir ini. Dan sebanyak 17% CEO yang berencana memangkas pekerja mereka sehingga menimbulkan pandangan positif bagi lapangan pekerjaan.
"Alasannya, karena melihat peluang baru muncul dari tingkat urbanisasi 21 negara APEC yang melonjak, pembangunan infrastruktur dan sebagainya," tutur Raymond. (Fik/Amh)
Presiden dan CEO Moody's Corporation Raymond McDaniel, Jr mengungkapkan, fokus para Chief Executive Officer (CEO) dari perusahaan-perusahaan besar di Asia Pasifik kini berubah pada pengembangan serta penciptaan produk dan layanan baru untuk menyasar segmen kalangan menengah.
"Beberapa tahun ke depan, tujuan investasi utama dari investor asing adalah Cina, Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Untuk itu, CEO telah merencanakan strategi khusus dalam bisnis mereka," kata dia saat acara CEO Summit 2013 di Bali International Convention Center (BICC) di Nusa Dua, Bali, Minggu (6/10/2013).
Lebih jauh dia menyatakan, permintaan kelas menengah saat ini antara lain produk dan layanan baru, sehingga sebanyak 25% CEO berencana melakukan perubahan signifikan terhadap produk mereka untuk mencapai peluang ini.
"Jika fokus perusahaan besar pada tahun 2006 adalah masalah tenaga kerja, efisiensi, manufaktur, sekarang cara pandang mereka berubah karena ingin memanfaatkan pasar," ujar Raymond.
Dalam memutuskan berinvestasi, CEO kerap mempersoalkan masalah konsistensi peraturan, kepemilikan properti, fasilitas pertumbuhan dan infrastruktur.
"Dari survei, sebanyak 69% dari CEO akan mengejar peluang tambahan dari perdagangan multilateral demi menggapai strategi pertumbuhan mereka," ujar dia.
Raymond menyebut, kondisi tersebut mendorong peningkatan perjanjian soal perdagangan bebas dari hanya 5 perjanjian di 2011 menjadi 71 perjanjian dengan 84 negosiasi tambahan guna mendorong pertumbuhan ekonomi negara APEC saat ini.
"Jadi, kita bersama berlu mengatasi kompleksitas perjanjian dagang multilateral melalui pendekatan yang lebih seragam dan konsisten," kata dia.
Dalam hasil survei Moody's, Raymond juga menyebut sebanyak 60% CEO di kawasan Asia Pasifik telah meningkatkan ekonomi APEC dalam kurun waktu 20 bulan terakhir ini. Dan sebanyak 17% CEO yang berencana memangkas pekerja mereka sehingga menimbulkan pandangan positif bagi lapangan pekerjaan.
"Alasannya, karena melihat peluang baru muncul dari tingkat urbanisasi 21 negara APEC yang melonjak, pembangunan infrastruktur dan sebagainya," tutur Raymond. (Fik/Amh)