Kopi Luwak Dituding Hasil Kekejaman, Apa Reaksi Wamendag?

PETA menuding mulai banyak kopi luwak yang berasal dari hewan yang dikandangkan secara tak layak, sempit, dan kotor.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 22 Okt 2013, 15:20 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2013, 15:20 WIB
wamendag-bayukrisnamurthi130201b.jpg
Pernah mendengar kopi luwak? Kopi termahal di seluruh dunia ini berasal dari kotoran binatang Luwak yang banyak hidup di Indonesia. Ternyata dibalik eksklusifitas dan harganya yang selangit, ketenaran kopi luwak mulai menjadi incaran kampanye hitam dari sejumlah negara di dunia.

People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) Asia sebelumnya melaporkan kopi luwak diklaim tidak diproduksi dari pengumpulan biji kopi dari kotoran luwak di alam liar. Saat ini mulai banyak hasil olahan kopi yang berasal dari luwak yang dikandangkan.

Temuaan ini diperoleh dari hasil investigasi PETA selama tiga bulan di delapan lokasi di Indonesia. Dari hasil penelusurannya, lembaga ini menemukan kondisi luwak yang hidup dalam kandang tidak layak, sempit, dan kotor. Luwak juga diklaim dipaksa mengonsumsi buah kopi berlebihan sehingga menjadi stres dan kekurangan vitamin serta nutrisi.

Ketika dikonfirmasi mengenai kebenaran kabar tersebut, Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Khrisnamurti belum bersedia berkomentar banyak.

"Nanti saya lihat, saya tidak tahu soal itu, saya bukan ahli luwak. Nanti saya tanyakan ke ahlinya," terang dia saat ditemui usai acara 4th Uni Eropa-Indonesia Business Dialogue di Jakarta, Selasa (22/10/2013).

Berdasarkan data Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), rata-rata nilai ekspor kopi pada tahun 2012 telah mencapai di atas US$ 1,5 juta atau, menyumbang sebesar 1,18% devisa negara dari non migas.

Sedangkan luas areal produktif perkebunan kopi Indonesia telah mencapai 950 ribu hektare (ha) dari luas areal perkebunan kopi sebesar 1,3 juta ha. Dari luas tersebut, produksi kopi rata-rata 750 ribu ton per tahun. (Fik/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya