Perdagangan Bebas ASEAN, `Siap Mati atau Siap Hidup?`

Pelaku industri kaca nasional mengaku tak memiliki persiapan khusus menghadapi era persaingan bebas Asia Tenggara.

oleh Septian Deny diperbarui 19 Nov 2013, 15:59 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2013, 15:59 WIB
asean-trading130609b.jpg
Pelaku industri kaca nasional pesimistis menghadapi era perdagangan bebas ASEAN (Masyarat Ekonomi ASEAN/MEA) pada 2015. Bahkan para pelaku usaha mengaku tidak memiliki persiapan khusus menghadapi perdagangan bebas antar negara di kawasan Asia Tenggara tersebut.

Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus H Gunawan mengatakan para pelaku industri kaca dalam negeri siap terjun bebas saat berlangsungnya perdagangan bebas tersebut.

"Nggak ada persiapan khusus, memang sudah terjun bebas kalau kita. Transparan saja, siap mati atau siap hidup," ujarnya di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2013).

Pengusaha industri kaca mengaku masih menghadapi sejumlah kendala besar jelang pemberlakukan MEA 2015. Ketersediaan energi berupa gas sebagai penggerak utama industri tersebut masih menjadi masalah besar yang belum terselesaikan.

"Yang kita takutkan salah satunya gas, harganya naik terus, listrik juga naik. Kalau harganya naik terus, kita takut nggak bisa bersaing," lanjutnya.

Yustinus menjelaskan, pesaing terbesar produk kaca selama ini berasal dari Malaysia. Negara Jiran tersebut diuntungkan dengan kebijakan pemerintah yang masih memberikan subsidi pasokan gas. Kondisi ini membuat pelaku industri kaca nasional mengaku sulit menghadapi meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

"Indonesia memang menang di SDA, tapi masalah pada energi. Kami sendiri tidak mengharapkan subsidi, asalkan nggak naik saja. Kalau naik 5% saya kira wajar tapi kalau sekian puluh persen, waduh. Sekarang saja bisa hidup, tetapi (seperti) bonsai," katanya.

Kalangan pelaku usaha mengaku sudah mencoba berbagai cara untuk mengatasi masalah pasokan gas dengan membangun pabrik yang berdekatan dengan sumber gas. Sayangnya upaya ini justru memicu masalah baru pada pengangkutan hasil produksinya ke pasaran.

Yustinus kini hanya bisa berharap pemerintah dapat menekan harga gas untuk konsumsi industri sehingga mampu membangkitkan kembali industri kaca nasional untuk menghadapi MEA mendatang.(Dny/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya