Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku terkejut dengan produksi pisang dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII yang dalam waktu singkat telah bisa menembus pasar ekspor.
Dahlan mengatakan pencapaiam ini luar biasa mengingat sejak awal dikeluarkan ide sampai ekspor, pisang berjenis Mas Kirana ini hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 tahun.
"Saya sendiri kaget karena idenya muncul Januari kemarin, kemudian penanaman Mei, eh Desember sudah ekspor. Ini inti kerja, kerja kerja. Jadi bukan hanya ngomong, ngomong tapi tidak ada hasilnya," ujarnya saat berbicara pada acara pelepasan pisang ekspor milik PTPN VIII di Subang, Jawa Barat, Jumat (6/12/2013).
Menurut dia, langkah PTPN VIII ini perlu terus didorong agar Indonesia yang memiliki lahan luas dan subur dan sumber daya alam melimpah tidak harus bergantung pada impor sehingga mampu memperbaiki kondisi perekonomian.
"Kalau tidak begini, kita bisa mengimbangi impor? Kalau selama ini kita dibanjiri impor, sekarang kita yang akan membanjiri mereka," katanya.
Dahlan menjelaskan, Indonesia memiliki keunggulan pada buah tropis, maka hal tersebut sudah seharusnya ditekuni dan dikembangkan. "Keunggulan kita buahan tropis, ini contohnya ada pisang dari tanah vulkanik yang tidak dimiliki negara lain. Kalau dalam ilmu marketing, ini marketing kelas tinggi, istilah ini di luar negeri bisa nendang," tuturnya.
Keunggulan ini, lanjut Dahlan, bisa dimanfaatkan untuk melakukan ekspor ke negara-negara yang tidak memiliki jenis buah tropis seperti pisang ini, maka itu akan menjadi sumber pendapatan yang meyakinkan.
"Seperti di Tiongkok, di sana pisang tidak bisa tumbuh, makanya mereka tidak bisa ekspor. Jadi biar saja kita yang ekspor, mereka tinggal makan saja. Ekspor pisang ini bisa juga ditargetkan terbesar ke sana yang jumlah manusia 1,3 miliar. Mereka butuh buahan seperti ini," jelas Dahlan.
Dia juga berharap kehadiran buah-buahan tropik hasil produksi di dalam negeri diharapkan bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap buah impor. Dengan begitu, gejolak pelemahan rupiah yang sering terjadi belakangan ini ada teratasi. Pasalnyua, meski pertumbuhan ekonomi mencapai 6% per tahun, namun selalu saja terjadi krisis akibat pelemahan rupiah yang salah satunya disebabkan oleh banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia.
"Mau pakai teori apa pun, ahli siapa pun pasti seperti itu. Tiap ekonomi kita naik, pasti terjadi pelemahan, tiap 5 tahun terjadi seperti itu, nanti limat tahun lagi pasti seperti itu, makanya biar enggak kumat terus, kita harus kurangi impor," tandasnya. (Dny/Ndw)
Dahlan mengatakan pencapaiam ini luar biasa mengingat sejak awal dikeluarkan ide sampai ekspor, pisang berjenis Mas Kirana ini hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 tahun.
"Saya sendiri kaget karena idenya muncul Januari kemarin, kemudian penanaman Mei, eh Desember sudah ekspor. Ini inti kerja, kerja kerja. Jadi bukan hanya ngomong, ngomong tapi tidak ada hasilnya," ujarnya saat berbicara pada acara pelepasan pisang ekspor milik PTPN VIII di Subang, Jawa Barat, Jumat (6/12/2013).
Menurut dia, langkah PTPN VIII ini perlu terus didorong agar Indonesia yang memiliki lahan luas dan subur dan sumber daya alam melimpah tidak harus bergantung pada impor sehingga mampu memperbaiki kondisi perekonomian.
"Kalau tidak begini, kita bisa mengimbangi impor? Kalau selama ini kita dibanjiri impor, sekarang kita yang akan membanjiri mereka," katanya.
Dahlan menjelaskan, Indonesia memiliki keunggulan pada buah tropis, maka hal tersebut sudah seharusnya ditekuni dan dikembangkan. "Keunggulan kita buahan tropis, ini contohnya ada pisang dari tanah vulkanik yang tidak dimiliki negara lain. Kalau dalam ilmu marketing, ini marketing kelas tinggi, istilah ini di luar negeri bisa nendang," tuturnya.
Keunggulan ini, lanjut Dahlan, bisa dimanfaatkan untuk melakukan ekspor ke negara-negara yang tidak memiliki jenis buah tropis seperti pisang ini, maka itu akan menjadi sumber pendapatan yang meyakinkan.
"Seperti di Tiongkok, di sana pisang tidak bisa tumbuh, makanya mereka tidak bisa ekspor. Jadi biar saja kita yang ekspor, mereka tinggal makan saja. Ekspor pisang ini bisa juga ditargetkan terbesar ke sana yang jumlah manusia 1,3 miliar. Mereka butuh buahan seperti ini," jelas Dahlan.
Dia juga berharap kehadiran buah-buahan tropik hasil produksi di dalam negeri diharapkan bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap buah impor. Dengan begitu, gejolak pelemahan rupiah yang sering terjadi belakangan ini ada teratasi. Pasalnyua, meski pertumbuhan ekonomi mencapai 6% per tahun, namun selalu saja terjadi krisis akibat pelemahan rupiah yang salah satunya disebabkan oleh banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia.
"Mau pakai teori apa pun, ahli siapa pun pasti seperti itu. Tiap ekonomi kita naik, pasti terjadi pelemahan, tiap 5 tahun terjadi seperti itu, nanti limat tahun lagi pasti seperti itu, makanya biar enggak kumat terus, kita harus kurangi impor," tandasnya. (Dny/Ndw)