Liputan6.com, Jakarta - Sir Alex Ferguson adalah manajer tersukses di Manchester United. Namun begitu, pelatih asal Skotlandia tersebut pernah melakukan sejumlah kesalahan yang merugikan Setan Merah.
Ferguson membesut MU dari 6 November 1986 hingga 19 Mei 2013. Selama 26 musim menukangi The Red Devils, Fergie sukses mempersembahkan 38 gelar juara termasuk 13 trofi Liga Primer Inggris, dua Liga Champions, dan satu titel juara Piala Dunia Antarklub.
Selain itu, banyak pemain bintang yang lahir berkat tangan dinginnya sebut saja David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, Nicky Butt, Eric Cantona, Ole Gunnar Solskjaer, Dwight Yorke, Andy Cole, Roy Keane, Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, Phil Jones dan lain-lain.
Tak hanya itu, mantan anak asuh Ferguson di Manchester United kini juga menjadi beberapa pelatih yang diperhitungkan seperti Bryan Robson, Mark Hughes, serta Steve Bruce.
Akan tetapi, dari sekian banyak prestasi gemilang yang ditorehkan, Sir Alex juga melakukan kesalahan yang berdampak besar terhadap MU. Apakah saja itu?
Simak ulasannya di halaman berikut --->
1.
Menjual Jaap Stam ke Lazio
Mantan penggawa timnas Belanda ini adalah salah satu bek tangguh yang pernah dimiliki The Red Devils. Membela Manchester United di musim 1998 hingga 2001, Stam turut mempersembahkan tiga gelar juara Liga Primer Inggris, satu Piala FA, satu Piala Intercontinental, dan satu trofi Liga Champions.
Tapi di awal musim 2001/02, Ferguson bersama manajemen klub memutuskan menjual Stam ke Lazio dengan bandrol 16,5 juta pundsterling. Keputusan Setan Merah melego Stam tak lepas dari otobiografi si pemain yang berjudul Jaap Stam: Head to Head.
Dalam bukunya tersebut, pria berkepala plontos itu dituding telah membuka aib para pemain Manchester United termasuk Sir Alex Ferguson. Di buku tersebut Stam menulis jika Ferguson merayunya agar mau pindah ke MU di musim 1998/99 tanpa sepengatahuan PSV Eindhoven (klub lama Stam).
Menjual Stam ke Lazio rupanya berdampak pada rapuhnya lini pertahanan The Red Devils. Di musim 2001/02, MU kebobolan 45 gol dari 38 pertandingan. Mereka pun akhirnya menyudahi musim di urutan ketiga.
Ferguson sendiri pada akhirnya menyesali keputusan menjual Jaap Stam. Dia menyebut, Stam tetap tampil oke meski sudah berkepala tiga saat membela Ajax Amsterdam di musim 2006 hingga 2007.
Advertisement
2.
Enggan Mempermanenkan Carlos Tevez
Berseragam MU di musim 2007 dengan status pinjaman selama dua musim, Tevez adalah salah satu sosok penting di lini depan. Meski lebih sering turun sebagai pemain pengganti, namun penyerang asal Argentina ini kerap mencetak gol penentu kemenangan buat Setan Merah.
Sayang, performa ciamik Tevez tak menggugah hati Ferguson agar mau mempermanenkan statusnya. Alhasil, Tevez yang dipinjam dari West Ham United merasa kecewa dengan manajemen klub serta Fergie. Kendati pada akhirnya MU menawarkan kontrak berdurasi lima musim plus gaji 25,5 juta poundsterling per tahun, tapi Tevez menolaknya.
Dia akhirnya angkat kaki dari Old Trafford dan hijrah ke Manchester City pada bursa transfer musim panas 2009. Bersama The Citizens, penampilan Tevez terus meningkat tajam. Di musim perdana berseragam City, dia sukses mencetak 29 gol dari 42 penampilan.
Kepergian Carlos Tevez sedikit banyak memengaruhi performa MU. Apalagi, di musim yang sama mereka juga menjual Cristiano Ronaldo ke Real Madrid. Akibatnya, Manchester United tidak memiliki pemain pelapis sepadan untuk menggantikan peran Wayne Rooney yang beberapa kali harus menjalani perawatan akibat cedera engkel dan ligamen.
3.
Mengabaikan Paul Pogba
Gelandang timnas Prancis ini pernah menimba ilmu di akademi sepak bola Manchester United pada 2009 lalu. Memiliki skill yang mumpuni, Pogba akhirnya dipromosikan ke tim senior MU pada musim 2011.
Sayang, Sir Alex mengabaikan kemampuan mengolah bola Pogba yang di atas rata-rata. Ferguson lebih memilih memainkan gelandang gaek seperti Paul Scholes, Michael Carrick serta Darren Fletcher di lini tengah. Membela MU di musim 2011/12, Pogba hanya tampil tujuh kali di seluruh ajang kompetisi.
Merasa sakit hati, Pogba menolak tawaran kontrak baru dari manajemen The Red Devils. Dia akhirnya memilih bergabung ke Juventus pada musim 2012 dengan status bebas transfer. Bersama Juve, Pogba menjadi kunci permainan di lini tengah. Kontribusi gelandang 21 tahun tersebut sukses mengantarkan I Bianconeri menjuarai Liga Italia Serie A dalam dua musim terakhir.
Performa gemilang Paul Pogba bersama Juventus membuat United tertarik untuk memulangkannya ke Old Trafford pada musim panas tahun ini. Akan tetapi, bukan hanya MU yang kepincut dengan kemampuan Pogba. Dua raksasa La Liga Spanyol, Barcelona dan Real Madrid juga siap menebus salah satu gelandang muda terbaik di dunia itu dari Juve.
Advertisement
4.
Menunjuk David Moyes Sebagai Suksesor
Sebelum memutuskan pensiun di akhir musim 2012/13, Ferguson memiliki beberapa calon yang dinilai layak untuk menggantikan posisinya sebagai manajer Manchester United. Dua kandidat terkuat saat itu adalah David Moyes dan Jose Mourinho. Tapi pada akhirnya, Fergie yang kini telah berusia 73 tahun mengajukan nama Moyes dan mendapat restu dari petinggi MU.
Keputusan tersebut rupanya adalah blunder besar dalam karier Sir Alex. Di bawah asuhan Moyes, performa The Red Devils di musim 2013/14 jauh dari yang diharapkan. MU dipermalukan Everton dan Newcastle United di Old Trafford. Bagi MU, itu adalah dua kekalahan kandang beruntun yang perdana sejak musim 2001/02.
Tak hanya itu, Setan Merah gagal mempertahankan gelar juara Liga Primer Inggris, tersingkir di putaran ketiga Piala FA, kandas di semifinal Piala Liga Inggris serta harus terhenti di babak perempatfinal Liga Champions. Bahkan di akhir musim 2013/14, MU hanya mampu finis di posisi tujuh klasemen Liga Primer Inggris.
Torehan tersebut membuat Manchester United gagal meraih tiket berlaga di Liga Champions untuk yang pertama kalinya sejak 1995, serta menyudahi musim di luar posisi tiga besar untuk yang pertama pada era Liga Primer Inggris. Setelah duduk di kursi manajer MU selama 10 bulan, David Moyes ditendang keluar dari Old Trafford pada 22 April 2014.
Baca Juga:
Mourinho Anggap MU Masih Jadi Ancaman dalam Perburuan Gelar