Liputan6.com, Tangerang - Mantan kapten Timnas Indonesia Firman Utina membeberkan pengalamannya dilatih Alfred Riedl pada Piala AFF 2010 silam. Dia merasa Luis Milla mendapati kesulitan yang sama seperti Riedl kala menangani Timnas U-23.
Luis Milla dikontrak dua tahun oleh PSSI untuk melatih skuat Garuda hingga Asian Games 2018. Dia diberi kewenangan untuk menyeleksi pemain-pemain muda yang tersebar di seluruh klub Indonesia untuk dibawa tampil ke beberapa ajang.
Advertisement
Baca Juga
Di tangan pelatih asal Spanyol ini, Timnas Indonesia telah gagal di Kualifikasi Piala Asia U-23. Hansamu Yama dan kawan-kawan juga membawa pulang medali perunggu di SEA Games 2017.
Kondisi ini dianggap wajar oleh Firman Utina lantaran Milla punya kesulitan menggabungkan kemampuan para pemain yang diseleksinya. Belum lagi masing-masing pemain punya pengalaman yang berbeda-beda saat di akademi.
"Maaf kata, di timnas dulu pun kita masih diajari untuk melakukan long-ball dengan baik. Padahal sudah bukan waktunya dia. Kasihan kan?," kata Firman kepada wartawan pada Sabtu (25/11/2017) di sela-sela turnamen usia dini di Tangerang.
Tangan Dingin Pelatih
Firman merasakan tangan dingin pelatih asing di Timnas Indonesia saat Alfred Riedl direkrut PSSI pada Mei 2010, beberapa bulan sebelum Piala AFF digelar di bulan Desember. Riedl tak hanya mengajarkan filosofi dan taktik baru kepada skuat Merah Putih, namun juga teknik bermain bola.
"Saya juga merasa diajari. Masalahnya apa? Karena di usia dini kita sekadar main. Bayangkan ada 30 pemain dengan satu bola, bagaimana kita bisa belajar teknik dasar dengan baik," ucap Firman.
"Awalnya pelatih luar datang hanya ingin ambil pemain dari klub-klub dan mengatur sistem. Tapi ternyata dia harus ngelatih lagi cara passing yang bagus, posisi diri seperti apa. Ini aneh dan memalukan. Kita seperti diludahin," ucap Pemain Terbaik Piala AFF 2010 itu.
Advertisement
Dukung Luis Milla
Firman Utina meminta masyarakat Indonesia tak berekspektasi berlebih atas pencapaian Timnas U-23. Sebab Luis Milla sedang bekerja keras membentuk karakter bermain sesuai filosofinya agar timnas membawa gelar juara di masa depan.
"Saya dukung Milla. Saya juga bersabar, saya juga bantu di sepak bola usia dini dengan banyak diskusi dengan Mas Bima (asisten pelatih Timnas, Bima Sakti), Om Danur (Direktur Teknik PSSI Danurwindo), dan terutama orangtua pemain," ucap Firman.
"Menangani tim usia dini ini menantang karena pemain bingung mau patuh sama pelatih atau orang tua," katanya.