Liputan6.com, Jakarta - Bersatunya Jorge Lorenzo dan Honda untuk MotoGP 2019 dan 2020 merupakan kejutan besar. Pasalnya, pengumuman kerja sama mereka diumumkan tidak lama pasca kemenangan perdana Lorenzo bersama Ducati.
Saat mulai menemukan konsistensinya, Jorge Lorenzo justru harus mengakhiri petualangan bersama Ducati di pengujung MotoGP 2018. Padahal, ia mulai mampu menepis semua keraguan yang mengarah kepadanya menyusul performa buruknya sejak musim 2017.
Advertisement
Baca Juga
Hebatnya, Lorenzo memperlihatkan bahwa dirinya tak kenal kata menyerah. Penampilannya dalam empat balapan terakhir menunjukkan perbaikan. Selain finis di urutan keenam pada MotoGP Prancis dan ketujuh di Belanda, ia tampil sebagai juara di Italia dan Catalunya.
Itu artinya, pembalap berusia 31 tahun itu sudah memahami karakter serta kelebihan motor Ducati di MotoGP 2018. Sayang, saat ia sudah menemukan ritmenya, ia memutuskan untuk berganti tim dengan memperkuat ke Honda pada musim 2019-2020.
Soal itu, Ducati mengakui bahwa setelah di Mugello, mereka ingin membicarakan mengenai perpanjangan kontrak dengan X-Fuera. Sayangnya, mereka terlambat karena Lorenzo lebih dulu menyegel kesepakatan dengan Honda.
"Setelah Mugello, saya menghubungi manajernya, Albert Valera, dan mengatakan bahwa sekarang kita bisa bicara. Tapi ia menjawab bahwa sekarang sudah terlambat. Jadi ia memutuskan untuk pergi ke tempat lain," ujar Paolo Ciabatti, dikutip paddock-gp.com.
Keinginan Lorenzo
Sejatinya, kepindahan Lorenzo ke Honda juga karena kesalahan Ducati sendiri. Saat pembalap asal Spanyol itu belum bisa bangkit di lima balapan awal musim 2018, mereka berulang kali bicara soal masa depan dan nasib Lorenzo.
Indikasi bahwa Ducati tak akan memperpanjang kontrak pengoleksi tiga gelar juara dunia itu juga terlihat jelas. Hal itu yang menyebabkan Lorenzo sakit hati kepada Ducati hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari petualangan baru di musim depan.
"Jorge tidak akan tinggal di tim jika ia tak bisa menang. Itu tak menarik untuk kedua pihak. Itu mengapa kami tak melakukan diskusi soal gaji, masa depan, dan lainnya setelah tiga balapan pertama di Eropa. Tapi setelah di Mugello, kami sadar bahwa kami sudah terlambat," Ciabatti menjelaskan.
Advertisement
Statistik Lorenzo di Setiap Musim MotoGP
2008: 17 balapan, 1 menang, 6 podium, 4 pole, 1 fastest lap, 190 poin
2009: 17 balapan, 4 menang, 12 podium, 5 pole, 4 fastest lap, 261 poin
2010: 18 balapan, 9 menang, 16 podium, 7 pole, 4 fastest lap, 383 poin
2011: 15 balapan, 3 menang, 10 podium, 2 pole, 2 fastest lap, 260 poin
2012: 18 balapan, 6 menang, 16 podium, 7 pole, 5 fastest lap, 350 poin
2013: 17 balapan, 8 menang, 14 podium, 4 pole, 2 fastest lap, 330 poin
2014: 18 balapan, 2 menang, 11 podium, 1 pole, 2 fastest lap, 263 poin
2015: 18 balapan, 7 menang, 12 podium, 5 pole, 6 fastest lap, 330 poin
2016: 18 balapan, 4 menang, 10 podium, 4 pole, 2 fastest lap, 233 poin
2017: 18 balapan, 0 menang, 3 podium, 0 pole, 0 fastest lap, 137 poin
2018: 9 balapan, 2 menang, 2 podium, 1 pole, 1 fastest lap, 85 poin