Liputan6.com, Jakarta - Akun Instagram zona.ilmu membagikan kolase yang terdiri atas dua foto. Keduanya menunjukkan sosok perempuan dengan bulu-bulu lembut di atas bibirnya alias kumis.
"Princess Qajar adalah simbol kecantikan di Persia sampai 13 pria muda bunuh diri karena ditolak cintanya," demikian tulisan yang tertera di foto.
Akun zona.ilmu juga menambahkan narasi dalam unggahannya. Berikut isinya:
Advertisement
Pada zaman Persia kuno, kumis dan badan gemuk adalah simbol kecantikan sejati. Salah satu contohnya, Putri Qajar (Esmat) di era Persia menjadi rebutan para pria. ..Putri Fatemeh Khanum “Esmat al-Dowleh” (1855/6–1905) adalah seorang putri dari Dinasti Qajar, salah satu anak perempuan dari raja Persia yang bertahta dari tahun 1848–1896. ..Putri Qajar sudah berkali-kali dilamar oleh banyak pria di negaranya, namun kebanyakan berakhir penolakan. Sebanyak 13 orang dari pelamar tersebut dikabarkan meninggal dunia karena bunuh diri lantaran ditolak putri tersebut. .
Sejak kali pertama diunggah pada 22 Desember 2019, unggahan tersebut telah disukai setidaknya sebanyak 42.371 kali.
Apakah sosok dalam foto tersebut adalah Princess Qajar? Benarkah ia membuat 13 pria muda patah hati lalu bunuh diri? Mari kita cek faktanya!
Penelusuran Fakta
Berdasarkan penelusuran dengan kata kunci 'Princess Qajar', kisah sang putri dan 13 pria yang konon patah hati dan bunuh diri juga tersebar dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Inggris dan Bahasa Spanyol.
Foto yang diunggah akun Instagram zona.ilmu ternyata adalah dua sosok yang berbeda.
Yang pertama, sosok yang mengenakan kerudung, adalah Putri Fatemeh Khanum "Esmat al-Dowleh" (1855/1856-1905), anak perempuan Nasir al-Din Shah Qajar (1831-1896), Raja Persia yang memerintah pada 1848 hingga 1896.
Gambar sang putri juga pernah dimuat situs DW dalam galeri foto berjudul, Foto Langka Putri Harem Persia.
Esmat al-Dowleh atau Esmat al Dwala disebut sebagai pemain piano pertama di Iran.
"Raja Nasir al-Din Shah Qajar tidak hanya memiliki banyak istri, tapi juga punya banyak anak. Esmat al-Dowleh atau Esmat al Dwala merupakan salah satu putri Raja Nasir Shah. Ibunya, Taj al-Dawla atau Taj el Dowleh merupakan selir Raja Nasir Shah. Esmat lahir pada tahun 1855. Sang ayah mengimpor piano ke Iran dan Esmat el-Dowleh kemudian menjadi perempuan pertama di Iran yang bisa main piano," tulis DW dalam keterangan foto.
Penampilan Esmat al-Dowleh atau Esmat al Dwala yang tak biasa, dengan kumis di wajahnya juga disebut dalam galeri DW.
"Pada masa itu, sangat lumrah jika perempuan berkumis. Berbagai laporan menyebutkan , begitu banyak pria mengagumi kecantikan putri raja berkumis itu dan ingin meminangnya. Esmat sering menolak lamaran-lamaran itu," demikian keterangan foto DW. Sama sekali tak disebut ada 13 pria yang bunuh diri karenanya.
Sementara, sosok kedua adalah Taj al-Saltanah, juga putri raja, yang digambarkan sebagai 'Putri yang Progresif'.
"Taj al-Saltanah dilahirkan tahun 1883 dari salah satu istri Raja Nasir yang bernama Turan al-Saltaneh. Putri kesayangan raja ini sangat terkenal sebagai feminis dan anggota The Society of Women’s Freedom," demikian keterangan foto yang dimuat oleh DW.
Ia bahkan melawan saudara laki-lakinya sendiri yang mewarisi takhta sang ayah. "Putri Taj al-Saltanah merupakan salah satu pendorong Revolusi Konstitusional di Iran melawan abangnya sendiri, Mozaafar al-Dhin Shah, yang hidup mewah dari pinjaman Rusia dan Inggris. Revolusi tahun 1905-1907 ini memperjuangkan sistem konstitusional dan menentang kekuasaan absolut kerajaan serta intervensi asing di Iran."
Meski dibenci kakaknya sendiri, ia adalah anak kesayangan Sang Raja."Taj al-Saltanah juga aktiv menulis buku. Salah satu karyanya berjudul: Crowning Anguish: Memoirs of a Persian Princess from the Harem to Modernity 1884-1914."
Victoria Marinez, penulis sekaligus peneliti sejarah juga membantah informasi viral tersebut.
Dalam artikel berjudul “Princess Qajar” and the Problem with Junk History Memes, yang dipublikasikan di situs abitofhistoryblog.com, Martinez menyebut bahwa klaim yang viral tersebut tak akurat bahkan 'sampah', yang tujuannya diduga untuk memburu klik (clickbait). Pembuat kabar bohong itu memanfaatkan perbedaan standar kecantikan pada masa itu yang berbeda dengan sekarang.
"Satu-satunya bagian dari meme yang memiliki kebenaran adalah bahwa memang ada suatu periode dalam sejarah Persia ketika penampilan Esmat, dengan kumisnya, dianggap cantik," kata Martinez.
Martinez mengutip pendapat dosen Harvard University, Dr. Afsaneh Najmabadi, yang menyebut bahwa sejumlah sumber berbahasa Persia, juga bukti-bukti foto dari Abad ke-19 mengonfirmasi bahwa para perempuan Qajar yang memiliki kumis atau bulu-bulu halus di wajahnya, juga alis lebat, dianggap cantik.
"Seperti yang diungkapkan Dr. Najmabadi, konsep kecantikan seperti itu mencapai puncaknya pada Abad ke-19. Dengan kata lain, tahun 1800-an, bukan tahun 1900-an, seperti klaim yang beredar dalam meme." Apalagi, Esmat meninggal pada tahun 1905.
Dan, sama sekali tak ada bukti yang mendukung klaim bahwa 13 pria patah hati dan bunuh diri gara-gara ditolak cintanya oleh Esmat.
Advertisement
Kesimpulan Klaim
Dua foto yang diunggah akun Instagram zona.ilmu adalah dua sosok berbeda. Tak ada bukti yang mendukung klaim bahwa 13 pria patah hati dan bunuh diri gara-gara ditolak cintanya oleh sang putri.
Reporter: Eka M
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement