Kominfo Jaring 3 Hoaks Seputar Vaksin Covid-19

Berikut hoaks seputar vaksin yang beredar

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Mei 2021, 09:09 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi Hoaks Hoax
Ilustrasi Hoaks. (Freepik)

Liputan6.com, Jakarta- Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menjaring peredaran hoaks seputar vaksin Covid-19, yang beredar di tengah masyarakat dari 27 Mei hingga 28 Mei 2021.

Hoaks vaksin tersebut dari orang yang divaksin akan mati dalam dua tahun hingga kiat mencegah efek samping vaksin Covid-19.

Berikut hoaks seputar vaksin Covid-19 yang beredar:

1. [HOAKS] Orang yang Sudah Divaksin Covid-19Akan Mati Dalam 2 Tahun

Penjelasan :Telah beredar informasi melalui pesanberantai di WhatsApp yang mengklaimbahwa orang akan meninggal 2 tahunsetelah disuntik vaksin Covid-19. Pesan inidiklaim disampaikan oleh Mike Yeadon,mantan Ketua Saintis Vaksin Pfizer.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, Ketua SatuanTugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan DokterIndonesia (PB IDI), Zubairi Djoerbanmenegaskan, bahwa informasi ini adalahhoaks. Selain itu dikutip dari snopes.com,dijelaskan bahwa banyak klaim yang dibuatYeadon tidak berdasar dan tidak memilikibukti ilmiah atau empiris. Michael Yeadonjuga bukanlah Ketua Saintis Pfizer melainkanWakil Presiden dan Kepala Ilmuwan di unitpenelitian penemuan obat di Pfizer.

 

2. [HOAKS] Vaksin Covid-19 Mengandung Magnet

Penjelasan :Beredar sebuah video di media sosial WhatsApp yang memperlihatkan sebuah uang koin pecahanseribu rupiah tertempel di lengan seseorang. Uang tersebut diklaim menempel setelah diletakkanpersis di area bekas suntikan vaksin Covid-19. Pembuat video lantas mempersoalkan vaksin Covid-19dan menyebut vaksin tersebut mengandung magnet.

Faktanya, informasi adanya daya magnet dari zat vaksin adalah tidak benar. Menurut Juru Bicara Vaksin Covid-19 dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dan Direktur Pencegahan dan Pengendalian PenyakitMenular Kementerian Kesehatan RI, vaksin Covid-19 mengandung bahan aktif dan non aktif. Bahanaktif berisi antigen dan bahan non aktif berisi zat untuk menstabilkan dan menjaga kualitas vaksinagar saat disuntikkan masih baik. Adapun jumlah cairan yang disuntik hanya 0,5 cc dan akan segeramenyebar ke seluruh jaringan sekitar, sehingga tidak ada carian yang akan tersisa di tempat bekassuntikan. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa logam dapat menempel di permukaan kulit yanglembab, biasanya disebabkan oleh keringat. Pecahan uang logam seribu rupiah terbuat dari bahannikel dan nikel bukan logam yang bisa menempel karena daya magnet. Selain itu, menurut dr. SitiNadia Tarmizi, partikel logam yang mengandung magnet tidak dapat melewati suntikan. Dengandemikian klaim adanya daya magnet dari zat vaksin adalah tidak benar.

 

3. [DISINFORMASI] Kiat-kiat Mencegah EfekSamping Vaksinasi Covid-19

Beredar sebuah unggahan berbahasa Thailand yang memuat informasi seputar kiat-kiatyang diklaim untuk mencegah efek samping vaksinasi Covid-19. Diantaranya, tidak bolehminum kopi sebelum divaksinasi Sinovac, mengonsumsi minyak ikan selama 1-2 minggusebelum vaksinasi AstraZeneca serta makan satu cangkir natto (kacang Jepang)sebelum vaksinasi karena memiliki kandungan Nattokinase untuk melarutkan gumpalandarah.

Faktanya, informasi tersebut tidak berdasar. Dilansir dari AFP, Dr Thiravat Hemachudha,spesialis penyakit menular di Universitas Chulalongkorn Thailand, mengatakan tidak adaalasan orang tidak bisa minum kopi sebelum menerima vaksin Covid-19. Sementara itu,Dr. Thira Woratanarat, profesor di Departemen Pencegahan dan Pengobatan Sosial diUniversitas Chulalongkorn mengatakan tidak ada bukti akademis bahwa minyak ikandapat meminimalkan efek samping dari vaksin Covid-19. Selanjutnya, terkait denganmengonsumsi natto, meskipun ada penelitian yang menunjukkan manfaat Nattokinasedalam melarutkan gumpalan darah, para ilmuwan belum merekomendasikannya untukorang yang menerima vaksin Covid-19.

Simak Video Berikut

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya