Penggunaan Internet yang Masif Harus Diimbangi Literasi Digital

Internet dapat menimbulkan dampak negatif pada ruang digital dengan berbagai kejahatan dunia maya.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Feb 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi Literasi Digital
Ilustrasi Literasi Digital (Liputan6.com/Trie Yasni)

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan internet yang makin masif di kalangan masyarakat Indonesia saat ini, ternyata belum seimbang dengan literasi digital untuk anak dan orang tua. Hal itu diungkap Rizki Ameliah, Koordinator Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam rangka memperingati Hari Internet Aman (Safer Internet Day) yang jatuh pada bulan ini.

Menurut Rizki, dalam sebuah webinar yang digelar Minggu (20/2), peningkatan pemakai internet khususnya anak-anak malah terpengaruh teknologi digital sejak dini (digital negative).

"Kita tidak memungkiri bahwa internet telah menghadirkan peluang dan solusi terutama di tengah pembatasan edukasi dan pembelajaran karena pandemi," ujarnya.

Akan tetapi, internet dapat menimbulkan dampak negatif pada ruang digital dengan berbagai kejahatan dunia maya.

"Internet memungkinkan informasi yang luas dan gratis, namun juga seperti pisau bermata dua, ruang digital juga ada dampak negatif seperti adanya cyberbullying, cybercrime, hingga eksploitasi seksual online. Sehingga, proporsi internet yang meningkat ini juga perlu diimbangi dengan literasi dan talenta digital," dia menambahkan.

Rizki menyebut, Kemenkominfo bersama Siberkreasi secara khusus memberikan pelatihan digital melalui Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi Kementerian Kominfo (GNLD) Siberkreasi dengan 12,5 juta peserta kecakapan digital dasar.

Rizki menjelaskan ada mpat pilar literasi yang perlu dikuasai, yaitu kecakapan digital (digital skill), budaya digital (digital culture), etika digital (digital ethics), dan keamanan digital (digital safety).

Digital skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras serta perangkat lunak pada sistem operasi digital.

Pilar kedua, digital culture adalah bentuk aktivitas masyarakat di ruang digital pada wawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila dan Kebhinekaan.

Lanjut pada pilar ketiga, digital ethics merupakan kemampuan menyadari mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette). Terakhir, digital safety merupakan kemampuan masyarakat untuk mengenali , menerapkan, meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital.

Diharapkan pada tahun 2024 GNLD Siberkreasi mencapai 50 juta peserta. Program ini juga terkait dengan arahan Presiden Joko Widodo pada persiapan 9 juta SDM di bidang digital 15 tahun ke depan.

Efani Angreini/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sumber :https://m.antaranews.com/berita/2715161/hari-internet-aman-bagi-anak-perlu-diimbangi-dengan-literasi-digital

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya