[Arti Pemilu] Siapa Orang Kaya Selanjutnya?

"Pesta Demokrasi sudah dimulai, bermacam cara dilakukan oleh Calon Legisltif (Caleg) untuk memikat hati rakyat, Indonesia

oleh Karmin Winarta diperbarui 04 Apr 2014, 10:53 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2014, 10:53 WIB
[Arti Pemilu] Siapa Orang Kaya Selanjutnya?
"Pesta Demokrasi sudah dimulai, bermacam cara dilakukan oleh Calon Legisltif (Caleg) untuk memikat hati rakyat, Indonesia

Liputan6.com, Jakarta "Pesta Demokrasi sudah dimulai, bermacam cara dilakukan oleh Calon Legisltif (Caleg) untuk memikat hati rakyat, Indonesia mencari  pemimpin baru, Rakyat mencari wakil yang merakyat"

                                                                                           **
 
Melewati jalanan kota di seluruh Indonesia kita pasti akan menyaksikan berbagai macam gaya foto yang tertempel pada pohon, bergantung di jalanan terikat dengan tali yang sesekali digoyangkan angin, terkadang juga menjadi warna-warni bendera di jembatan dan persimpangan jalan. Itulah sekilas pemandangan di Indonesia saat ini, hanya ada lima tahun sekali, dimana foto-foto calon pemimpin bangsa dengan berbagai macam misinya dipamerkan, entah itu visi-misinya dilaksanakan atau hanya sebatas pameran foto jalanan dan jual diri.

Tidak hanya itu, demi sebuah kursi dan tahta jabatan, sebagian mereka bahkan rela untuk saling berkelahi. Tidak sedikit juga pelanggaran pemilu yang dilakukan oleh calon-calon wakil rakyat, mulai dari caleg yang tertangkap karena membawa barang terlarang, hingga kampanye yang membawa massa dari anak-anak yang masih di bawah umur.

Suatu hari di pagi yang begitu indah dengan matahari yang sangat cerah, penulis duduk di sebuah warung nasi untuk minum secangkir kopi dan sarapan pagi. Disamping penulis terlihat seorang kakek yang juga sedang menyantap sarapan paginya, usianya sekitar 75 tahun, namun dia terlihat masih sangat kuat. Tanpa ada satu kata pun yang keluar hingga kegiatan pagi kami (sarapan) selesai.

Sambil santai dan menikmati pagi yang begitu cerah, rupanya sang kakek memulai percakapannya dengan penulis. "Dari mana kamu nak? Dimana rumahmu?," tanya si kakek. Penulis pun menjawab "Biasa kek jogging pagi, rumahku di seberang sungai penyebrangan kek." Jawabku. Rupanya percakapan kami tidak hanya sampai disitu, namun terus berlanjut dengan pembahasan-pembahasan lain tentang Indonesia hingga pemilu, seolah kami begitu dekat layaknya cucu dan kakek, bahkan pembahasan dan ngobrol-ngobrol kecil kami nyaris satu jam.

Penulis pun mulai menggali ilmu-ilmu baru si kakek, karena ia terlihat begitu bersemangat ketika bercerita tentang Indonesia. Namun ada satu pertanyaan kecil namun bermakna begitu besar di tahun 2014 ini, dalam sela-sela percakapan kami tentang sejarah Indonesia saat zaman penjajahan, sontak pertanyaan itu membuat penulis agak sedikit ragu untuk menjawabnya. Si kakek bertanya tentang tahun demokrasi 2014. "Siapa orang kaya selanjutnya?", tanya sang kakek.
 
Lantas pertanyaan tadi membuat penulis berpikir keras untuk menjawabnya, dengan sedikit wajah tersenyum sambil meneguk secangkir kopi si kakek pun menunggu jawabannya dari penulis. Sedikit rasa heran dengan pandangan kakek tentang pemilu, penulis pun mulai menjawab pertanyaannya hingga tuntas, dan di akhir kebersamaan kami sebelum berpindah kakek pun tertawa kecil saat mendengar jawaban penulis atas pertanyaan dia.

Usai sarapan pagi hari itu, di perjalanan pulang penulis terbayang dengan fenomena caleg saat ini, terlintas dipikiran penulis sepertinya memang benar apa yang disampaikan oleh sang kakek, usai pemilu kebanyakan dari caleg-caleg yang lupa pada rakyatnya, padahal mereka dipilih oleh rakyat, ibarat kacang yang lupa pada kulitnya. Banyak sekali disekitar kita mungkin secara sengaja atau tidak kita bisa menyaksikan betapa hebatnya orang-orang yang duduk di kursi-kursi pemerintahan, dengan mobil mewah membawa anak istri dan sanak saudara berkeliling kota bahkan hingga ke luar negeri, dan betapa sedihnya ketika kita melihat saudara-saudara kita yang masih hidup dibawah garis kemiskinan bahkan terkadang untuk keliling desa pun mereka tak mampu.

Tercatat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh yang ingin menekan angka kemiskinan pada tahun 2013 sebesar 2 persen dari angka kemiskinan tahun 2012 sebesar 19,34 persen menjadi 17,34 persen pada tahun 2013 dipastikan gagal. Menurut data di Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh dalam setahun terakhir angka kemiskinan hanya turun tidak lebih dari 0,86 persen. Persentase penduduk miskin di perkotaan menurun sebesar 0,92 persen dari 12,47 persen menjadi 11,55 persen, tetapi di pedesaan justru meningkat 0,83 persen dari 20,97 persen menjadi 20,14 persen. Selama periode September 2012 sampai September 2013 garis kemiskinan naik 8,16 persen, yaitu dari Rp. 321.893 perbulan menjadi Rp.348,172.

Perbandingan di atas adalah perbandingan dalam kurun waktu satu tahun, dan tentu akan sangat berbanding terbalik dengan orang-orang yang duduk di kursi empuk walau sesekali tertidur. Berdasarkan Surat Edaran Setjen DPRRI No.KU.00/9414/DPR RI/XII/2010 tentang Gaji Pokok dan Tunjangan Anggota DPR RI misalnya, total penghasilan (take home pay), yang dibawa pulang seorang Anggota DPR-RI, yang merangkap sebagai Ketua Alat Kelengkapan adalah Rp 54,9 juta. Sedangkan penghasilan untuk seorang Anggota DPR-RI, yang merangkap sebagai Anggota Alat Kelengkapan adalah Rp 51,5 juta.

Sebagai bahan perbandingan, seorang Anggota DPR-RI periode 2004-2009 menerima gaji bulanan sebesar Rp 46,10 juta. Namun, masih ditambah dengan biaya tunjangan, biaya reses, gaji ke-13, dan gaji-gaji lainnya. Sehingga, setiap anggota DPR RI diperkirakan dapat membawa pulang penghasilan mencapai Rp 1 miliar pertahun. Tentu sudah barang pasti itulah kehebatan seorang anggota DPR RI dengan segala usahanya. Namun yang sangat disayangkan adalah para pemilihnya yang tetap biasa-biasa saja atau bahkan terkadang karena memilih orang-orang tersebut menjadikan pemilihnya bertambah miskin dengan penghasilan yang semakin berkurang.

Patut ditunggu dalam pemilihan umum di Indonesia yang akan berlangsung pada tanggal 9 April mendatang dengan agenda pemilihan anggota Legislatif yaitu DPR, DPRD, dan DPD. Dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden akan diselenggarakan pada tanggal 9 Juli 2014. Tentu dua hari tersebut akan menjadi hari bersejarah buat bangsa Indonesia secara keseluruhan, sedikitnya untuk lima tahun ke depan, jika salah memilih maka petaka akan kembali menghampiri rakyat Indonesia, rakyat akan terus menderita dan wakil rakyat dan pemimpinnya yang akan menjadi kaya. Siapa orang kaya selanjutnya? Rakyat kah? Pemimpin kah? Atau kita semua yang akan kaya bersama?

Penulis:

Ariful Azmi Usman
Twitter: @ariful76

Baca Juga:

Cinema Rif: Titik Pertemuan & Pertukaran Budaya di Maroko

`Masjidku Merdu`, YMN Bagi-bagi Sound System

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com. 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya