Mengingat Marsinah, Pejuang Buruh yang Pemberani

Marsinah, perempuan yang menjadi buruh di salah satu pabrik di Jawa Timur ini meninggal karena menyuarakan kebenaran

oleh Rina Nurjanah diperbarui 01 Mei 2015, 12:05 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2015, 12:05 WIB
Puluhan Buruh Wanita Kibarkan bendera Marsinah di Bundaran HI

Citizen6, Jakarta Marsinah, tentu kita tidak lupa nama perempuan satu ini yang menjadi korban dari kesewenang-wenangan penguasa dan pengusaha. Perempuan yang lahir pada 10 April 1969 ini meninggal pada 8 Mei 1993 setelah tiga hari sebelumnya hilang. Kasus Marsinah menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM yang tak kunjung diselesaikan.

Sosok Marsinah menjadi salah satu contoh yang patut diteladani. Ketidakmampuan ekonomi tidak menyurutkan dirinya untuk terus belajar dan menimba ilmu. Meski terpaksa mengubur cita-citanya untuk berkuliah di IKIP (sekarang UPI) dan terjun menjadi buruh pabrik, Marsinah rajin membaca.

Selain kecintaannya dalam membaca buku, Marsinah membekali dirinya dengan mengikuti kursus komputer dan Bahasa Inggris. Dirinya percaya bahwa pengetahuan dapat merubah kehidupan seseorang. Marsinah juga rajin mengkliping koran yang menjadi koleksinya tersendiri. Keberanian dirinya ditunjukan dengan selalu membantu karyawan lain yang menerima ketidakadilan.

Pada awal tahun 1993, Pemerintah Jawa Timur mengeluarkan Surat Edaran No. 50 tahun 1992 yang berisi Himbauan kepada pengusaha untuk meningkatkan kesejahteraan buruh dan menaikan gaji sebesar 20% dari gaji pokok. Tuntutan tersebut tak kunjung diamini oleh pabrik tempat dimana Marsinah bekerja, PT. Catur Putera Surya. Tuntutan kenaikan dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250 per hari tak juga kunjung dipenuhi.

Pada tanggal 3 Mei 1993 akhirnya seluruh buruh PT CPS mogok massal demi terpenuhinya tuntutan tersebut, berlanjut pada 4 Mei 1993 seluruh karyawan berunjuk rasa dimana Marsinah menjadi salah satu pemimpinnya. Unjuk rasa yang terjadi dimana-mana (tercatat 155 unjuk rasa) ketika itu ditangani semua oleh tentara. Pada 5 Mei 1993, 13 buruh dipanggil Kodim Sidoarjo dan diminta untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Marsinah geram dengan peristiwa tersebut, dirinya menolak keras dan mengancam melaporkannya pada pengadilan. Pasca itu Marsinah menghilang selama 3 hari. Kemudian pada 8 Mei 1993 mayatnya ditemukan di Hutan Wilangan, Nganjuk Jawa Timur dengan penuh bekas luka penyiksaan berat dengan benda tumpul.

Sejumlah aktivis melakukan orasi politik, teaterikal dan menuntut pemerintah menjadikan Marsinah sebagai Pahlawan Buruh khususnya kaum buruh wanita, Rabu (30/4/14). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Hingga kini kita belum mengetahui siapa yang membunuh Marsinah, siapa yang telah mengambil hak hidup orang lain dengan sewenang-wenang. Semoga perjuangannya tidak pernah sia-sia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya