Alasan Simpang Susun Semanggi Dianggap Simbol Kecerdasan Ahok

Presiden Joko Widodo memuji Ahok dan jajarannya berkaitan dengan Simpang Susun Semanggi.

oleh Azwar Anas diperbarui 28 Apr 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2017, 11:00 WIB
Simpang Susun Semanggi-Jakarta-Angga Yuniar-20170426
Pemandangan Simpang Susun Semanggi pada malam hari, Jakarta, Rabu (26/4). Selain bisa mengurai kemacetan, Simpang Susun Semanggi akan menjadi daya tarik baru bagi Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kehebohan dimulai ketika akun @GunRomli, tim sukses yang getol menyuarakan Ahok-Djarot, menulis cuitan di Twitter. Bunyinya begini, "Jalan simpang susun Semanggi sudah tersambung tadi malam, kalau namanya jd Bunderan Tjahja Purnama bagus kayaknya hahahaha."

Bukan tanpa alasan, GunRomli mengusulkan nama Simpang Susun Semanggi dengan nama Ahok. Simpang Susun Semanggi dianggap sebagai bukti kecerdasan Ahok. Mengapa?

Jauh hari sebelum GunRomli menyampaikan gagasannya, Presiden Joko Widodo memuji Ahok dan jajarannya. Pujian itu diberikan Jokowi karena Ahok dan jajarannya dinilai cerdas mencari sumber pendanaan pembangunan Simpang Susun Semanggi alias Semanggi Interchange.

Proyek Simpang Susun Semanggi senilai Rp 360 miliar ini diharapkan dapat mengurai kepadatan dan mengurangi kemacetan di kawasan Semanggi. (Liputan 6 SCTV)Proyek yang dikerjakan untuk mengurai kemacetan di Jembatan Semanggi – yang merupakan pertemuan banyak kendaraan – tidak dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI.

Artinya, infrastruktur yang dibangun untuk kepentingan rakyat, sedikit pun tidak menggunakan uang rakyat. Ahok menggunakan Peraturan Gubernur DKI Jakarta, yang memberi syarat kepada sebuah perusahaan swasta untuk membiayai proyek itu sebagai kompensasi kenaikan koefisien luas bangunan (KLB) atas pembangunan konstruksi mereka di Ibu Kota.

“Pembiayaan yang dikeluarkan untuk proyek ini sangat efisien, murah juga. Saya dengar dari Pak Gubernur DKI, nilainya Rp 360 miliar. Saya juga mengacungkan jempol pada cara-cara kerja cepat PT Wika yang menyelesaikan proyek,” ujar Jokowi.

Semakin banyak proyek yang digarap dengan biaya dari dompet swasta tentu makin baik. APBD bisa akumulasikan untuk kebutuhan yang lain. Yang pasti, proyek-proyek yang melibatkan swasta akan menutup akses bagi oknum-oknum yang gemar korupsi uang rakyat.

Meski banyak yang tidak setuju dengan gagasan akun @GunRomli, tak sedikit pula netizen yang mengangguk. Akun @Prastow misalnya. Ahli perpajakan dengan nama lengkap Yustinus Prastowo mengapresiasi langkah tersebut.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Basuki pergi meninggalkan Simpang Susun Semanggi,” tulisnya.

Simpang Susun Semanggi dianggap sebagai bukti kecerdasan Ahok dalam mematahkan budaya korupsi. Selain itu, Ahok telah mengajarkan kepada pemerintah di negeri ini bahwa membangun tanpa menghabiskan dana APBD itu bisa diwujudkan.

Tidak hanya sekali, Ahok telah melakukan hal serupa dalam pembangunan ruang hijau Kalijodo dan taman-taman kota di seluruh Jakarta.

Anda setuju, jika Simpang Susun Semanggi diembel-embeli nama Basuki Tjahaja Purnama?

(war)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya