Liputan6.com, Jakarta Sebuah proyek eksperimen konservasi lahan di Kosta Rika ini menghasilkan hutan tandus menjadi kembali subur. Keberhasilan proyek ini memakan waktu dua dekade dengan menggunakan hampir 12 ribu ton kulit jeruk.
Baca Juga
Advertisement
Rencana awal proyek ini dicetuskan oleh peneliti ekologi Daniel Janzen dan Winnie Hallwachs pada tahun 1997 yang melihat hutan dan sebagian lahan tandus di Kosta Rika. Mereka menemukan pabrik jus jeruk yang masih berada di kawasan Kosta Rika.
Janzen dan Hallwachs mendapatkan izin untuk tanah Kawasan Konservasi Guanacaste sebagai taman nasional dan perusahaan jus jeruk itu untuk membuang kulit jeruknya ke lahan tandus tersebut tanpa biaya apapun.
Janzen dan Hallwachs meminta perusahaan jus jeruk agar membuang kulitnya di tanah tandus tersebut
Perusahaan jus jeruk menyetujui dan ada sekitar 12 ribu ton kulit jeruk yang diangkut dengan hampir 1000 truk secara konvoi membuang kulit jeruk ke lahan tandus tersebut.
"Hanya sekitar enam bulan kulit jeruk telah dikonversi dari kulit jeruk menjadi tanah liat hitam tebal ini," kata Treuer, seorang ahli ekologi dari Princeton University seperti dilansir Liputan6.com dari Scientific American, Minggu (27/1/2019).
Walaupun pada awalnya nampak menjijikkan dan muncul kontroversi karena dianggap sebagai pencemaran taman nasional, banyak situs-situs wesite yang mengunjungi dan mengundang banyak peneliti untuk datang ke kawasan hutan kecil Kosta Rika ini.
Advertisement
Kulit jeruk tersebut ternyata menghasilkan tanah yang lebih kaya
Treuer mengungkapkan bahwa eksperimen ini sangat luar biasa karena hasil dari kulit jeruk tersebut telah menghasilkan tanah yang lebih kaya, lebih banyak biomassa pohon dan keanekaragaman spesies pohon yang lebih luas.
Termasuk pohon Ara yang sangat besar sehingga membutuhkan tiga orang untuk melingkarinya. Ia menambahkan, bahwa ini bukan soal keuntungan perusahaan dengan taman nasional, tapi ini untuk kemenangan semua manusia.
Keberhasilan eksperimen tersebut memicu eksperimen konservasi lainnya
Kemunculan proyek eksperimen ini memicu eksperimen-eksperimen konservasi serupa di kawasan lain. Selain menekan angka limbah, proyek ini merevitalisasi bentangan lahan tandus menjadi hutan yang lebih kaya menyerap karbon dengan jumlah besar.
"Sangat memalukan di mana kita hidup di dunia dengan ekosistem terdegradasi yang terbatas nutrisi dan juga aliran limbah yang sebenarnya kaya nutrisi. Kami ingin melihat hal-hal itu (limbah dan alam) untuk bersatu," kata Treuer.
Advertisement