Liputan6.com, Jakarta Di tengah jadwal kerja yang padat, tentu saja kamu membutuhkan sebuah keseimbangan hidup. Kamu pasti akan merelakan sedikit waktu untuk relaksasi dari rutinitas harian.
Berbagai cara untuk merelaksasikan tubuh setiap orang pun berbeda. Ada yang melakukannya dengan menonton sebuah drama atau film, bersenang-senang bersama teman atau pun melakukan aktivitas sesuai dengan hobi kamu atau ‘me time’.
Advertisement
Baca Juga
Meskipun begitu, ada juga loh yang tidak mendapatkan hak istimewa untuk bersenang-senang menghilangkan jenuh.
Salah satunya ialah mereka yang bekerja di bidang medis. Dilansir Liputan6.com dari World of buzz, pada Rabu (13/2/2019), Dr.Yumiko Kadota merupakan seorang ahli bedah plastik di Sydney, Australia. Wanita berusia 31 tahun ini memulai karier di Rumah Sakit Bankstwon-Lidcombe pada Februari 2018.
Tak bisa tidur nyenyak selama 10 malam
Baru-baru ini ia pun mambagikan pengalaman kerja mengenai jam-jam mengerikan yang harus ia habiskan di rumah sakit. Selama tiga bulan dia bekerja di rumah sakit, Kadota hampir tidak memiliki waktu untuk makan dan tidur apalagi untuk bersosialisasi dengan teman-teman.
"Setiap dua minggu aku hanya akan menjadi dijamin 4 malam tidur tanpa gangguan. 10 malam lainnya tidak dapat diprediksi. Mungkin aku akan bangun, mungkin aku tidak akan bangun. Keresahan mental ini selama 10 hari dua minggu telah membebani saya.” Kata Kadota yang dikutip dari worldofbuzz.
Bukan hanya menangani pasien bedah plastik. Akan tetapi Kadota pun sering menerima panggilan untuk dokter gawat darurat pada jam-jam yang tak tentu.
Ia pun sering kali mengeluh akan panggilan darurat yang mengganggu jam tidur meski sedang tidak bertugas. Namun ia justru terkena emosi sang dokter lain yang menelfonnya.
Advertisement
Alami Insomnia dan Trauma kecelakaan
Dengan jadwal yang padat di rumah sakit, Kadota pun terpaksa harus memakan makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Meski disediakan makanan oleh pihak rumah sakit, akan tetapi ia tidak bisa makan dengan tenang.
Jadwal makan tak beraturan selama dua bulan, Kadota didiagnosis mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Tentu saja obesitas yang ia alami membuat Kadota kebingungan. Kadota mulai menjalani program kesehatan dengan dokter keluarganya.
Namun ia mengundurkan diri menjadi seorang dokter akibat stress yang diderita. Meski secara fisik ia tetap sehat, akan tetapi secara rohani ia hancur.
“Tanggal 1 Juni adalah hari kerja saya yang ke 24 secara berturut-turut, 19 di antaranya adalah 24 jam pada hari panggilan. Saya tahu apa artinya mengundurkan diri - saya akan masuk daftar hitam dan saya tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan di Bedah Plastik lagi di Sydney,” tambahnya.
Namun nyatanya bukan karena harus menjalani program pengurangan berat badan ia harus mengundurkan diri. Akan tetapi ia pun mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang dari tugas jaga di rumah sakit.
Ia juga menderita insomnia parah karena trauma yang dihadapi. Setiap malam Kadota selalu terbangun setiap 2 jam, hal ini karena otaknya masih berpikir bahwa ada panggilan darurat dari rumah sakit.
Perjuangkan hak dokter junior
Meskipun saat ini Kadota sedang menjalani pemulihan pasca trauma dan juga insomnia, namun ia masih memiliki keinginan untuk kembali praktik.
Terlepas dari kejadian yang dialami oleh Kadota, ia merasa bahwa melakukan sebuah operasi bedah plastik mampu membuatnya lebih baik. Ia juga mulai memperjuangkan hak dokter junior untuk tidak diekspoitasi, terutama di Australia.
Advertisement