Citizen6, Semarang: Apakah angkutan umum menjadi salah satu pilihan Anda untuk beraktivitas? Jika iya, apa Anda akan berpikir dua kali ketika kondisi angkutan umum tersebut tidak layak dari segi armada maupun kenyamanannya?
Melihat kenyataan ini, pemerintah Kota Semarang menjawab keresahan yang timbul di masyarakat guna menangani masalah angkutan umum yang terlanjur berkembang di masyarakat.
Pengadaan Bus Rapit Transit (BRT) merupakan salah satu jawaban akan kehausan masyarakat terhadap kebutuhan angkutan massal yang nyaman. Sekaligus upaya dalam mengurangi kemacetan dan usaha memperbaiki kualitas lingkungan. Bus Rapid Transit merupakan sarana transportasi yang diperuntukkan bagi masyarakat. BRT ini dikelola pemerintah Kota Semarang beserta pemilik modal yang juga turut andil dalam upaya pemberian fasilitas bagi masyarakat.
Alih-alih menerima kecaman, kehadiran armada BRT ini justru mendapat sinyal positif dari masyarakat sebab telah lama masyarakat merindukan transportasi yang memadai.
Advertisement
BRT ini mempunyai dua trayek atau biasa disebut koridor. Koridor satu melayani penumpang dari terminal Mangkang yang berada di ujung barat Kota Semarang hingga Penggaron. Sedangkan koridor dua mencakup wilayah terminal Terboyo sampai Sisemut Ungaran.
Masyarakat Semarang dan sekitarnya sekarang ini tak perlu risau mengenai stigma bahwa naik angkutan umum identik dengan bau-bau tak sedap. Karena di dalam BRT tidak akan lagi tercium aroma yang seperti itu sebab telah terpasang Air Conditioner (AC) dan pengharum yang menggantung di sisi kanan dan kiri bus.
Selain itu BRT juga menawarkan nuansa kekeluargaan di dalamnya. Ini karena sopir, petugas penarik karcis, dan petugas pembuka pintu sangatlah ramah kepada penumpang yang akan menggunakan bus ini. Keramahan juga terlihat ketika ada anak kecil yang ingin memasuki ruangan bus namun kesulitan mencapai pintu jembatan dari shelter ke dalam bus. Melihat hal ini, petugas tersebut tidak segan menawarkan bantuan untuk menggendong anak tersebut.
Petugas juga tidak ragu-ragu untuk menegur secara halus apabila ada penumpang yang kedapatan menyalakan rokok di dalam bus. Apabila ada penumpang yang dalam keadaan hamil tua, petugas pun tidak keberatan untuk mempersilakan penumpang tersebut duduk. Selain itu petugas juga tidak lupa untuk menyerukan sudah tiba di shelter mana bus yang mereka tumpangi dengan alasan mengantisipasi penumpang agar tidak tersesat dan kebablasan.
Halte yang biasa dipakai sebagai tempat pemberhentian sementara untuk naik turunkan penumpang merupakan fasilitas lain yang terdapat di BRT. Fasilitas ini dinamakan shelter. Shelter ini berada di kanan maupun kiri ruas jalan. Masing-masing shelter berjarak antara 100 meter hingga 500 meter. Dengan radius yang demikian tentunya memudahkan penumpang menuju tempat yang dituju. Pada setiap shelter di jaga oleh petugas karcis yang akan dengan sangat ramah menanyakan bus koridor mana yang kita tunggu sembari memberikan karcis masuk.
Hal lain yang membedakan dari BRT dengan model transportasi lain, yakni kursi penumpang yang saling berhadap-hadapan seperti angkutan yang terdapat di luar negeri. Hal ini agar menciptakan kesan lapang dan tidak terasa sesak jika bus dalam keadaan penuh.
Bagi penumpang yang berdiri juga tak perlu takut jatuh sebab terdapat pegangan yang menggantung di sepanjang langit-langit bus. Pengguna jalan lain ataupun penumpang BRT sendiri juga dapat melakukan pengaduan apabila merasa tidak nyaman dengan laju BRT maupun atas perlakuan petugas dan fasilitas yang ada. Dengan cara menghubungi nomor yang tertera di tempelan BRT.
Tarif yang di tarik bagi penumpang BRT juga tidak memberatkan kantong. Acuan yang dipakai bukanlah jarak yang dituju. Untuk jarak jauh dekat, bagi pelajar cukup mengeluarkan Rp 2.000 ribu rupiah sedangkan untuk umum dikenai biaya sebesar Rp 3.500 rupiah. Menariknya lagi adalah bagi penumpang yang akan berpindah koridor tidak dikenai biaya lagi sebab tarif yang berlaku sudah sekali jalan.
Dari kenyamanan serta fasilitias yang diberikan diatas semoga keberhasilan BRT diikuti juga oleh upaya merawat apa yang telah baik menjadi lebih baik. Penerapan BRT juga selayaknya patut ditiru oleh kota lain agar dikemudian hari masyarakat berbondong-bondong beralih ke angkutan massal yang tentu saja berimbas pada peningkatan kualitas lingkungan. Salam. (Shela Kusumaningtyas/Mar)