Eks Dirut WHO Sebut Covid XBB Bergejala Ringan seperti Omicron pada Umumnya

Beredar informasi hoax terkait Covid Omicron XBB, 5 kali lebih berbahaya dan angka kematian yang tinggi daripada varian delta. Seperti apa faktanya?

oleh Benedikta Ave Martevalenia diperbarui 04 Nov 2022, 13:30 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2022, 13:30 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama
Prof. Tjandra Yoga Aditama

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini Jumat, 4 November 2022 beredar di WhatsApp Group informasi terkait varian baru Covid-19, Omicron XBB atau yang biasa disebut Covid XBB 5x lipat berbahaya dan mematikan daripada varian sebelumnya, begini informasinya:

Semua orang disarankan memakai masker karena virus corona varian baru COVID-Omicron XBB berbeda, mematikan dan tidak mudah terdeteksi dengan baik:-

Gejala virus novel COVID-Omicron XBB adalah sebagai berikut :

1. Tidak batuk.

2. Tidak ada demam.

Hanya akan ada banyak :

1. Nyeri sendi.

2. Sakit kepala.

3. Sakit leher.

4. Sakit punggung bagian atas.

5. Pneumonia.

6. Umumnya tidak nafsu makan.

Tentu saja, COVID Omicron XBB 5 kali lebih beracun daripada varian Delta dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada Delta. 

Pernyatan tersebut dibantah oleh mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit, Profesor Tjandra Yoga Aditama. Eks direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara ini mengatakan bahwa informasi tersebut adalah hoaks.

"Tentu saja hoax," tegas Profesor Tjandra Yoga Aditama, kepada Citizen Liputan6.com saat dihubungi melalui pesan singkat, Jumat (4/11/2022).

Mantan Kabalitbangkes Kemenkes RI ini juga mengatakan gejala yang ditimbulkan Covid XBB sama seperti Omicron pada umumnya. 

"Gejala pada umumnya ringan seperti Omicron pada umumnya," kata Profesor Tjandra Yoga Aditama.

Berikut penjelasan lebih lanjut tentang Covid-19 Omicron XBB oleh Profesor Tjandra Yoga Aditama:

Omicron XBB Bermutasi Cukup Cepat

Gejala yang Dialami 4 Pasien COVID-19 Varian XBB Di Indonesia
Gejala yang dialami oleh keempat pasien positif XBB di Indonesia merupakan gejala ringan, seperti batuk dan pilek.Credits: pexels.com byEdward Jenner

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengatakan sub varian baru omicron bermutasi cukup cepat berdampak pada sistem imun yang disebut immune-evasive.

"Sub varian baru dari Omicron yang disebut XBB. Varian baru ini disebutkan bermutasi cukup cepat dan mungkin punya dampak pada sistem imun, yang disebut immune-evasive," katanya.

Sub varian Omicron juga dikenal dengan BA.2.10 yang sudah terdeteksi  di beberapa negara, seperti Australia, Bangladesh, Denmark, India, Jepang, Amerika Serikat dan Singapura. 

"Strain XBB yang dikenal juga dengan nama BA.2.10 adalah subvariant dari Omicron yang sudah dideteksi di beberapa negara, seperti Australia, Bangladesh, Denmark, India, Jepang, Amerika Serikat dan Singapura," kata Profesor Tjandra Yoga Aditama, memberikan penjelasan. 

"Ini istilah sementara di mana X merupakan bentuk rekombinan dan BB menunjukkan urutan penampilan genomiknya. Ada juga pendapat yang menduga XBB terbentuk dari semacam kombinasi antara BA.2.10 dan BA.2.75," tambahnya. 

 

Isi laporan mingguan “Weekly epidemiological update on COVID-19” WHO

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) (AP Photo)
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) (AP Photo)

Prof Tjandra Yoga Aditama juga menuturkan laporan mingguan dari WHO, begini isinya:

 

Dalam laporan mingguan “Weekly epidemiological update on COVID-19” pada 19 Oktober 2022 WHO mengumumkan bahwa subvarian XBB adalah rekombinan dari BA.2.10.1 dan BA.2.75 dengan 14 mutasi tambahan di BA.2 spike protein.

Data ilmiah awal yang ada menunjukkan bahwa XBB adalah subvariant yang paling dapat menghindar dari antibodi, “the most antibody-evasive SARS-CoV-2 variant”.

Sampai 17 Oktober 2022 ke GISAID sudah dilaporkan 233 sekuen XBB dan 609 sekuen XBB.1, yaitu XBB yang ada tambahan substitusi spike di lokus G252V.

Sejauh ini memang belum ada laporan bahwa XBB menimbulkan gejala lebih berat. Eropa dan Amerika juga kini memberi perhatian penuh pada XBB ini.

Center of Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyebutkan bahwa 5,7% kasus di negara itu adalah varian BQ.1 dan ada setidaknya 47 sekuens XBB.

 

Pencegahan dan Pengobatan Omicron XBB sama dengan Varian Sebelumnya

Gejala yang Dialami 4 Pasien COVID-19 Varian XBB Di Indonesia
Apabila mengacu pada teori, peningkatan harian kasus COVID-19 biasanya terjadi setelah varian baru muncul. Credits: pexels.com by Anna Shvets

Lebih lanjut, Profesor Tjandra Yoga Aditama pun mengatakan pencegahan terhadap varian Omicron XBB sama seperti varian sebelumnya.

Pencegahan Omicron XBB dilakukan dengan 5M, yaitu:

1. Mencuci Tangan

2. Memakai Masker

3. Menjaga Jarak

4. Menjauhi Kerumunan

5. Mengurangi Mobilitas

Profesor Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pengobatan untuk pasien Omicron XBB juga sama seperti sebelumnya yakni dengan menggunakan antivirus.

"Memang COVID-19 varian apapun tidak diobati dengan antibiotika, tetapi dengan antivirus, termasuk XBB ini," ujar Profesor Tjandra Yoga Aditama. 

Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M!
Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M! (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya