Liputan6.com, Jakarta - Sosok Kharisma Jati mendapatkan perhatian dari warganet setelah dirinya mengunggah cuitan di Twitter yang dianggap menghina Ibu Negara, istri Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Iriana.
Usai unggahan foto dan tulisannya viral, Kharisma Jati menghapusnya. Namun tak lama, ia mngunggah sebuah surat terbuka berisi permintaan maaf kepada keluarga Presiden Jokowi mengenai unggahannya.
Baca Juga
Melalui surat terbuka tersebut, Kharisma Jati menuliskan permintaan maaf kepada keluarga besar kepresidenan, khususnya Ibu Negara Iriana Jokowi atas unggahan miliknya yang menyinggung perasaan.
Advertisement
"Permintaan maaf ini saya nyatakan dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam, tanpa unsur keterpaksaan maupun kepura-puraan," lanjut Kharisma Jati dalam surat yang diunggah pada Jumat, 18 November 2022 lalu.
Meskipun Kharisma Jati mengakui permintaan maafnya dibuat tanpa paksaan, hal ini berbeda dengan apa yang dilihat oleh warganet. Warganet menganggap apa yang disampaikannya melalui surat terbuka tersebut tidak tulus.
Permasalahan ini pun juga ditanggapi oleh Ahli Forensik Bahasa Wahyu Wibowo.
"Ungkapan bahasa maupun bahasa itu sendiri mengandung niat, mengandung wujud niat dalam hal ini menayangkan foto itu tadi kemudian menanggung respons masyarakatnya, kan itu bentuk niatnya Kharisma," ujar Wahyu dalam sebuah wawancara dikutip Minggu (20/11/2022).
"Nah kalau ada yang disebut dengan permintaan maaf, jangan dikaitkan bahwa semata-mata bangsa kita pemaaf gitu," sambung dia.
Kemudian menurut Wahyu, sosok Kharisma ini menganggap jika tulisannya tersebut hanya sekedar bahasa saja dan tidak akan berdampak apapu.
"Maksud saya gini, ah bahasa aja gak ada hukumnya gitu, bahasa aja jadi bisa sembarangan aja gitu, tidak. Bahasa itu sangat logic, logis. Jadi kalau memang kenyataannya tidak seperti itu, ya ga usah ngomong begitu," kata Wahyu.
Â
Memang Ada Niat, Tak Tulus Minta Maaf
Wahyu menyebut, seharusnya setiap orang itu berbicara dengan menggunakan etika. Misalnya apakah yang kita lakukan mengganggu orang lain atau tidak.
"Kita berbicara harus berdasarkan etika, etika adalah bagaimana kebebasan kita berbenturan dengan kebebasan orang lain, mengganggu gak.Jadi dalam hal ini saya tidak menganggap orang tersebut, memosting tersebut, apalah namanya, minta maaf dengan tulus karena memang niatnya pertama dia sudah pengen ngatain tuh lihat aja, pengen menghina," ucap dia.
"Kan dia bisa mengatakan gak usah deh, saya gak usah seperti ini deh, bisa kan? Tapi dilakukan juga karena itu tadi seolah-olah bahasa gak ada rem, padahal bahasa sangat ada remnya, adanya di otak," jelas Wahyu.
Sebelumnya, masalah ini berkaitan dengan momen yang terjadi saat Indonesia tengah mengadakan pertemuan negara-negara KTT G20 Bali pada minggu lalu.
Melalui akun Twitternya, @KoprofilJati, Kharisma Jati mengunggah sebuah postingan foto Ibu Negara Iriana Jokowi yang berdiri di samping Istri Presiden Korea Selatan, Kim Keon Hee.
"Bi, tolong buatkan tamu kita minum."
"Baik, Nyonya," tulis Kharisma Jati dalam caption foto tersebut.
Postingan ini pun langsung mendapat respons kecaman dari masyarakat. Mereka menganggap Kharisma telah melakukan tindakan body shaming terhadap penampilan sang Ibu Negara.
Advertisement
Isi Surat Terbuka yang Diunggah Kharisma Jati
Setelah menghapus postingan dan berusaha menjelaskan maksud dari candaannya tersebut, Kharisma Jati pun berakhir mengunggah sebuah surat terbuka berisi permintaan maaf kepada keluarga besar Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Joko Widodo.
Melalui surat yang diunggah pada Jumat, 18 November di platform Facebook, Kharisma Jati menuliskan sebagai berikut.
Surat Terbuka Permintaan Maaf
Kepada Bapak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo berserta seluruh Keluarga Besar Kepresidenan.
Dengan ini saya, Kharisma Jati, meminta maaf kepada Keluarga Besar Presiden RI atas unggahan saya di media sosial yang menyinggung perasaan anggota keluarga Bapak Presiden Joko Widodo, termasuk kerabat; staf; dan pejabat di lingkungan kepresidenan. Permintaan maaf ini saya nyatakan dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam, tanpa unsur keterpaksaan maupun kepura-puraan.
Dan jika dari pihak terkait bermaksud mengadakan tuntutan hukum maka saya akan menerima dengan lapang dada atas segala hukuman yang adil dan setimpal.
Namun tidak ada sedikitpun permintaan maaf saya terhadap para pendukung fanatik rezim ini, yang merasa bisa berbuat sesukanya sendiri tanpa mengindahkan moral dan etika, karena saya bukan penjilat; pembeo; maupun perundung, dan tidak sedikitpun saya membenarkan perbuatan semacam itu. Framing, fitnah, dan ujaran kebencian yang mereka buat hanya mencerminkan arogansi dan kemunafikan mereka.
Demikian surat terbuka ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan dari pihak manapun.
Gibran Rakabuming Ogah Tuntut Kharisma Jati
Setelah cuitan tersebut ramai di media sosial, nama Ibu Negara Iriana Jokowi pun viral. Menanggapi hal ini, Gibran Rakabuming buka suara setelah Kharisma Jati menulis surat terbuka minta maaf kepada Presiden Jokowi dan Ibu Negara.
Kepada jurnalis Gibran Rakabuming mengaku tak akan menuntut Kharisma Jati. Dirinya juga mengatakan bahwa ia tak ingin memperkeruh suasan dan memilih fokus pada tugas sebagai Wali Kota Solo.
Namun, jika polisi akan memproses masalah ini, ia menghormati proses hukum yang berlaku.
Advertisement