Liputan6.com, Jakarta Pasar furnitur yang terus berkembang dan isu keberlanjutan membuat makin banyak konsumen yang peduli terhadap perlindungan lingkungan dan tanggung jawab sosial. Hal itu menjadi salah satu fokus dari IKEA dalam menawarkan variasi produk beragam dan harga yang terjangkau, namun tetap memperhatikan isu keberlanjutan.
Untuk diketahui, pada triwulan I tahun 2024, sektor industri furnitur memberikan kontribusi signifikan sebesar 1,16% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Pengolahan Nonmigas. Hal ini yang membuat IKEA tetap optimis meski pada tahun 2025 diberlakukan PPN 12%.
Advertisement
"Ini adalah pasar yang besar dengan populasi yang pada dasarnya masih muda dan terus berkembang. Jika dibandingkan dengan Jepang, Korea, atau Cina, populasi Indonesia justru menjadi impian para perusahaan furnitur," ungkap Managing Director IKEA Indonesia Adrian Worth saat ditemui di acara Media Briefing di IKEA Jakarta Garden City, Kamis (9/1/2025).
Advertisement
Tak sampai di sana, Adrian menambahkan bahwa pasar perabot rumah tangga masih belum matang. Jika dibandingkan, minat orang Indonesia dengan konsumen Eropa atau Amerika Utara pada umumnya, sangat berbeda. Namun justru itu yang membuat pasar furnitur di Indonesia masih akan berkembang.
"Jadi, saya sangat optimis, terlepas dari tantangan apapun yang mungkin ada dalam perekonomian di Indonesia," tambah dia lagi.
Hal-hal yang dilakukan IKEA menghadapi kenaikan PPn
Meski optimis, Adrian mengaku IKEA tetap melakukan berbagai cara agar konsumen tetap ramai berbelanja. Salah satu hal yang dilakukan menurutnya adalah mengurangi basis biaya.
"Para pekerja kami telah melakukan pekerjaan yang fantastis dalam mengurangi biaya dibandingkan dengan tahun lalu. Tak hanya itu, kami juga telah meninjau pengaturan rantai pasokan kami," tutur Adrian.
Peninjauan lini biaya menurutnya adalah cara yang cukup baik untuk menghadapi situasi seperti kenaikan PPn. Dengan demikian, IKEA dapat meminimalkan dampaknya terhadap konsumen.
"Karena para konsumen, mereka sangat sensitif terhadap harga. Jadi kami mencoba menjaga harga tetap rendah semampu kami."
Kolaborasi dengan produsen lokal
Adrian menambahkan, saat ini IKEA telah aktif berkolaborasi dengan produsen lokal untuk memperkaya variasi produk yang tersedia. Kolaborasi ini bertujuan untuk mendukung pengembangan produsen lokal, memperkuat perekonomian Indonesia, dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
Meski demikian, ia mengakui bahwa saat ini produk mereka masih mayoritas diimpor, bahkan hingga 93%.
"Ini angka yang sangat tinggi. Jadi, salah satu fokus utama saya adalah bagaimana meningkatkan jumlah produk yang kami beli dari produsen Indonesia secara besar-besaran. Kami ingin lebih banyak terlibat dengan pemasok Indonesia."
Â
Advertisement
Kendala-kendala yang IKEA hadapi
Aspek lainnya yang membuat pemasok IKEA masih banyak dari produk impor adalah kurangnya kesadaran lingkungan dari konsumen Indonesia. Menurut Adrian, pengiriman barang ke seluruh dunia mau tidak mau berkaitan dengan isu lingkungan. Salah satunya Indonesia.
Menindaklanjuti hal tersebut, ia mengaku akan lebih memfokuskan untuk meningkatkan jumlah produk yang diproduksi secara lokal ke depannya.
Terkait hal tersebut, Diky Risbianto, Head of Communications and Corporate Affairs PT DFI Retail Nusantara Tbk, selaku pemegang unit bisnis IKEA Indonesia mengakui trend belanja konsumen mengalami perubahan. Terlebih, dengan adanya kenaikan PPn.
"Kebutuhan rumah tangga memang mungkin sedikit shifting. Mungkin kebutuhan mereka untuk perabotan sedikit menurun, lebih banyak yang mau jalan-jalan buat kebutuhan," ujar Diky.
Tak cuma trend yang sedikit menurun, dari sisi regulasi menurutnya juga ada beberapa faktor yang menjadi penghambat SNI TKD.
"Tapi itu sedikit dan kita juga sudah mengupayakan," tegasnya.