Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkomdigi), Meutya Hafid, menekankan pentingnya moderasi dalam penggunaan teknologi digital untuk masa depan generasi muda Indonesia.
Dalam kunjungannya ke Universitas Gadjah Mada (UGM), ia mengingatkan masyarakat, terutama anak muda, untuk lebih bijak dalam mengonsumsi konten digital dan menjaga keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Meutya, fenomena "brainrot" yang terjadi akibat konsumsi konten digital berkualitas rendah telah menurunkan kualitas mental banyak orang. Oleh karena itu, dia menyerukan pentingnya literasi digital yang baik dan kebiasaan sehat dalam menggunakan teknologi.
Advertisement
“Kita harus bijak dalam menggunakan teknologi. Ketergantungan berlebihan terhadap gadget dan derasnya arus informasi dapat berdampak negatif pada kualitas mental. Oleh karena itu, saya mengajak generasi muda untuk memoderasi konsumsi digital dengan aktivitas produktif seperti membaca dan bersosialisasi,” ujar Meutya Hafid usai menghadiri Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, di Fakultas Filsafat, UGM, Yogyakarta.
Menkomdigi Meutya Hafid menegaskan bahwa pendidikan dan literasi digital yang kuat menjadi kunci untuk mengatasi dampak negatif era digital. Ia mendorong peran aktif institusi pendidikan dalam membentuk kebiasaan sehat dalam berinteraksi dengan teknologi.
“Dengan literasi digital yang baik, kita bisa menghindari dampak buruk dari informasi yang berlebihan dan tak terkendali. Saya mengajak seluruh sivitas akademika UGM dan generasi muda lainnya untuk berkontribusi dalam menciptakan ruang digital yang sehat, aman dan produktif,” tambahnya.
Peran AI dalam Pendidikan
Selain itu, ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam membangun ekosistem digital yang mendukung terwujudnya Generasi Emas Indonesia yang cerdas, sehat dan unggul.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, menyoroti perkembangan filsafat pendidikan di era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence– AI).
Dalam pidatonya bertajuk “Mendidik Manusia Bersama Mesin: Filsafat dan Pendidikan di Era Kecerdasan Buatan," ia mengajak masyarakat untuk reflektif terhadap peran AI dalam dunia pendidikan abad ke-21.
“Pendidikan sejati bertujuan membentuk kualitas diri yang unggul melalui pemahaman dan pengetahuan. Meskipun AI dapat menyimpan dan menyajikan informasi, harapan serta nilai-nilai luhur tetap menjadi ranah manusia,” tutur Prof. Dr. Siti Murtiningsih.
Advertisement
Membangun Kolaborasi antara Manusia dan Mesin
Ia menekankan pentingnya menempatkan teknologi sebagai alat bantu yang mendukung proses belajar, bukan menggantikan peran pendidik dalam membentuk karakter dan pemahaman siswa.
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, Menkomdigi Meutya Hafid dan Prof. Dr. Siti Murtiningsih sepakat bahwa kolaborasi antara manusia dan mesin harus diarahkan untuk meningkatkan kreativitas dan kecerdasan manusia, bukan hanya sekadar penyedia informasi.
Pendidikan harus tetap berorientasi pada nilai, pemahaman yang mendalam, serta pengembangan karakter. Melalui literasi digital yang baik dan kesadaran akan peran teknologi dalam pendidikan, Indonesia diharapkan dapat mencetak generasi yang tidak hanya melek digital, tetapi juga memiliki karakter kuat dalam menghadapi tantangan era modern.
