Liputan6.com, Jakarta Laninka Siamiyono, seorang beauty vlogger penyandang disabilitas tak pernah menyangka dirinya akan terkena rheumatoid arthritis. Menurutnya, rheumatoid arthritis adalah salah satu jenis gangguan autoimun, di mana imun seseorang menyerang diri sendiri.
Penyakit ini mulai dirasakan Laninka pada saat ia duduk di kelas dua SMP tepatnya pada usia 13 tahun. Mulanya, ia merasakan sakit di bagian lutut kemudian menjalar ke sendi panggul dan pada akhirnya ke seluruh tubuh.
Advertisement
Baca Juga
“Waktu itu, aku sedang sholat, ketika mau rukuk tiba-tiba kakiku gak bisa ditekuk dan aku terjatuh,” kata Laninka ketika ditemui di Meruya, Jakarta Barat Jumat (3/1/2020).
Ia segera dilarikan ke rumah sakit untuk diperiksa. Lima dokter ia datangi namun semuanya memberi diagnosis yang tidak tepat. Mereka memberikan obat yang malah membuat penyakit baru di bagian perut Laninka, seperti radang lambung, ginjal, dan kantung kemih.
Penanganan kala itu lebih terfokus pada penyakit perut sehingga penyakit di lutut pun tidak tertangani. Ketika keadaan menjadi lebih parah, Laninka jadi tidak dapat bergerak. Saat itulah ia didiagnosis memiliki penyakit autoimun jenis rheumatoid arthritis.
“Secara sederhana penyakitnya seperti rematik, tapi kalau rematik kan di satu sendi biasanya, kalau aku sakitnya di seluruh tubuh,” ujarnya.
Bukan Bawaan Lahir
Akibat penyakit tersebut, ia merasakan sakit yang luar biasa di beberapa situasi. Misalnya, ketika di dalam mobil dan mobil yang ditumpangi melewati polisi tidur, guncangan dari polisi tidur itu dapat menghasilkan rasa sakit yang luar biasa.
“Yang lebih sederhana itu ketika di atas kasur kemudian ada orang lain duduk di salah satu sisi kasur, secara otomatis akan ada perubahan struktur kasur, hal itu saja bisa bikin saya kesakitan,” katanya.
Ia juga menerangkan, rasa sakit tersebut ia alami kurang lebih selama dua hingga tiga tahun. Kini, tubuhnya sudah tidak sesensitif itu karena imunnya tidak menyerang lagi.
Laninka berkisah, dulu ia adalah anak perempuan yang aktif bahkan suka bermain basket dan berenang.
Ketika ditanya mengenai penyebabnya, Laninka menyebutkan belum diketahui, bahkan bukan hanya dia yang tidak mengetahui penyebabnya tapi teman-temannya yang memiliki pengalaman yang sama pun belum mengetahuinya.
Advertisement
Tuna Daksa Bukan Hanya Cerebral Palsy
Sebelumnya, ia menerangkan, disabilitas ragam tuna daksa tidak selamanya berkaitan dengan cerebral palsy. Ada juga penyebab lain seperti amputasi akibat kecelakaan, stroke, dan yang dialaminya sendiri yaitu gangguan autoimun.
“Tuna daksa itu luas, identik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kekurangan fisik sehingga mobilitas terganggu. Setiap orang punya alasan khusus kenapa mereka menggunakan kursi roda,” kata Laninka.