Liputan6.com, Jakarta Mencari pendidikan yang sesuai untuk anak berkebutuhan khusus menjadi tantangan tersendiri bagi para orangtua.
Hal ini disampaikan oleh psikolog dari PION Clinician, Irma Afriyanti. Menurutnya, jangankan anak Tuli, anak disleksia pun kadang mengalami kesulitan, kata Irma.
“Kalau disleksia ini memang tampak non disabilitas secara fisik dan mental, tapi kalau masuk ke sekolah umum biasanya enggak naik kelas karena dia ada masalah fokus dan konsentrasi. Jadi kadang untuk anak-anak itu susah mendapatkan pendidikan yang sesuai,” ujar Irma dalam kongkow inklusif Konekin ditulis Sabtu (17/7/2021).
Advertisement
Dalam hal ini, orangtua dihadapkan dengan dua pilihan yakni sekolah luar biasa (SLB) atau sekolah umum.
Simak Video Berikut Ini
Pertimbangan Dua Sekolah
Menurut komunitas disabilitas Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin) hal-hal yang paling sering dipertimbangkan jika anaknya disekolahkan di SLB adalah:
-Ada tenaga pengajar yang memiliki keterampilan khusus.
-Aman dari bullying.
Namun, pelajarannya lebih tertinggal dari sekolah umum dan dari segi kualitas cenderung di bawah sekolah umum.
Sedang, pertimbangan sekolah umum adalah:
-Secara kualitas lebih baik dari SLB.
-Anak memiliki kesempatan untuk bergaul dengan murid non disabilitas.
Namun, sekolah umum cenderung minim infrastruktur dan tidak ada tenaga pengajar khusus serta anak akan rentan terkena bully.
Advertisement
Harus Pilih Mana?
Menurut Konekin, kedua sekolah tersebut sebenarnya baik, tergantung bagaimana orangtua menyikapi dan tujuan apa yang ingin dituju.
“Kalau menurut Mimin (admin) sendiri, sebagai pengguna kursi roda, Mimin lebih prefer bersekolah di sekolah umum. Karena pengetahuan yang diperoleh serta peluang untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lebih luas,” ujar admin Instagram Konekin (@konekindonesia) dikutip Kamis (15/7/2021).
“Apalagi jika sekolah umum tersebut sudah inklusif, maka lebih baik lagi,” tambahnya.
Walau demikian, banyak pula penyandang disabilitas yang bersekolah di SLB dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Untuk teman-teman dengan disabilitas daksa “mungkin” tidak menemui banyak kendala ketika bersekolah di sekolah umum. Namun, bagi penyandang disabilitas sensorik atau mental tantangan yang ditemui lebih banyak, terutama masalah komunikasi dan penerimaan materi pembelajaran, tutupnya.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement