Liputan6.com, Jakarta Sosok Yovania Asyifa Jami viral di media sosial karena penyintas gangguan jiwa (orang dengan gangguan jiwa/ODGJ) ini berhasil masuk perguruan tinggi idaman yakni Universitas Indonesia (UI).
Kini perempuan yang menyebut dirinya sebagai RSJ Survivor tercatat sebagai mahasiswa program studi Humas, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia. Tak hanya fokus kuliah, Yovania juga menjadi mahasiswi yang menyebarkan edukasi terkait pentingnya kesehatan jiwa bagi mahasiswa dan masyarakat.
Mahasiswi yang karib disapa Yova ini mengungkapkan kepedulian terhadap kesehatan mental dengan membentuk komunitas bernama Pasti ID.
Advertisement
Tentang Pasti ID
Pasti ID adalah platform kesehatan mental yang didirikan pada tahun 2021 dan aktif di kanal media sosial Instagram @pasti.id. Keberadaan dan kontribusi platform ini bertujuan untuk mematahkan stigma negatif terhadap isu kesehatan jiwa. Salah satu kegiatan yang dilakukan Pasti ID adalah mengadakan webinar nasional dengan judul “Break Stigma Negatif Kesehatan Mental”.
Acara yang diselenggarakan oleh Pasti ID tidak hanya dilakukan secara daring, tetapi juga secara hibrid. Pada 2022, Pasti ID mengadakan seminar di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3. Seminar bertajuk “Memanusiakan Manusia” ini menghadirkan dokter spesialis kedokteran jiwa Rika Wijayanti sebagai narasumber ahli dan didukung oleh Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
Para peserta banyak mendapat kisah pengalaman langsung dari ODGJ dan membuktikan bahwa ODGJ bisa berinteraksi dengan baik, bahkan bisa menghasilkan karya, seperti melansir laman resmi Vokasi UI, Kamis, (27/4/2023).
Pernah Jadi Pasien Rumah Sakit Jiwa
Sebagai individu yang pernah menjadi pasien di rumah sakit jiwa (RSJ), Yova merasa titik balik hidupnya terjadi setelah periode tersebut. Ia sadar bahwa masih banyak pandangan negatif masyarakat terhadap ODGJ.
Para ODGJ banyak mengalami penolakan sosial, sehingga penanganan gangguan jiwa seringkali terhambat oleh stigma tersebut.
“Saya yakin dengan Pasti ID, saya bisa mematahkan stigma negatif ini dengan menunjukkan kepada masyarakat bahwa penderita gangguan jiwa tetap bisa berkontribusi untuk masyarakat,” kata Yova mengutip Vokasi UI.
Advertisement
Sebarkan Kesadaran Kesehatan Mental di TikTok
Selain itu, Yova juga mulai menyebarkan kesadaran akan kesehatan mental di kanal media sosial TikTok @rsjsurvivor yang memiliki lebih dari 92 ribu pengikut.
Ia berharap konten yang diunggah di platform video pendek dapat membantu banyak ODGJ lain untuk bertahan dan mencoba menerima diri mereka sendiri.
“Keberanian yang saya ambil untuk bercerita di depan umum juga bisa dibagikan kepada teman-teman ODGJ lainnya. Tentunya dengan dukungan masyarakat sekitar terutama lingkungan terdekat akan menjadi faktor penting dalam penanganan gangguan kejiwaan orang tersebut.”
“Jadi, saya mengajak masyarakat untuk menghilangkan stigma negatif terhadap kesehatan jiwa dan gangguan jiwa yang dialami orang lain,” ajak Yova.
Kesehatan Mental Menurut Data Riskesdas
Kesehatan mental merupakan salah satu isu global yang masih dianggap sepele oleh banyak orang saat ini.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018, lebih dari 19 juta orang yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Dan lebih dari 12 juta orang mengalami depresi.
Data menunjukkan bahwa Indonesia masih dihantui oleh masalah kesehatan mental. Tidak hanya pada individu yang menyandang dan keluarganya, masalah kesehatan mental ini juga akan berdampak negatif pada perekonomian dan masyarakat.
Advertisement