Jadi Running Guide di Peparnas 2024, Begini Tantangan Pelari Sumut dalam Membangun Harmonisasi dengan Atlet Disabilitas Netra

Dalam mendampingi atlet disabilitas untuk mencapai kemenangan, running guide perlu membangun kerja sama dan harmoni yang baik.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Okt 2024, 15:03 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2024, 15:02 WIB
Jadi Running Guide di Peparnas 2024, Begini Tantangan Pelari Sumut dalam Membangun Harmonisasi dengan Atlet Disabilitas Netra
Jadi Running Guide di Peparnas 2024, Begini Tantangan Pelari Sumut dalam Membangun Harmonisasi dengan Atlet Disabilitas Netra, Solo (9/10/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Surakarta - Atlet lari dengan disabilitas netra total atau golongan T11 perlu memiliki pendamping atau runner guide saat bertanding.

Artinya, ketika di lapangan, atlet tunanetra akan berlari bersama seorang atlet lari lain yang non disabilitas.

Dalam mendampingi atlet disabilitas untuk mencapai kemenangan, running guide perlu membangun kerja sama dan harmoni yang baik.

Hal ini disampaikan oleh Rahmad Riyadi, atlet lari asal Sumatera Utara yang dalam Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024 ini memiliki kesempatan untuk mendampingi rekannya, Fransiskus Zebua

Fransiskus adalah atlet lari yang menyandang disabilitas netra sejak usia tiga. Pemuda usia 22 itu berkisah, disabilitas netra yang disandang berawal dari step yang memengaruhi saraf mata.

“Disabilitas dari umur tiga tahun karena step, kena saraf mata,” ujar Fransiskus kepada Disabilitas Liputan6.com saat ditemui di Stadion Sriwedari, Solo, Rabu (9/10/2024).

Dalam Peparnas 2024, Fransiskus masuk golongan T11 atau netra total sehingga wajib didampingi oleh runner guide yakni Rahmad.

“Saya kan mantan atlet juga, jadi karena ada yang butuh pendampingan tunanetra maka saya dipanggil, kebetulan tempat latihan kami sama,” jelas Rahmad.

Pemuda usia 26 itu menambahkan, untuk menjadi seorang running guide maka hal yang perlu diperhatikan adalah kekompakan, chemistry, dan harmonisasi.

“Ya kalau hubungan itu memang harus kita buat sendiri, karena chemistry dan harmoninya harus dibangun. Kalau enggak dapat chemistry-nya ya kita enggak dapat larinya,” ujar sang runner guide.

Tugas Penting Runner Guide

peparnas 2024
Jadi Running Guide di Peparnas 2024, Begini Tantangan Pelari Sumut dalam Membangun Harmonisasi dengan Atlet Disabilitas Netra, Solo (9/10/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Rahmad menjelaskan, dalam berlari maka antara atlet dan runner guide harus memiliki keseragaman baik dalam gerakan tangan maupun gerakan kaki.

Ini menjadi tugas penting dari seorang runner guide, yakni memastikan bahwa saat berlari, hal-hal yang disebutkan diatas bisa disamakan.

“Kalau larinya enggak sama antara tangan atau kakinya, iramanya juga enggak sama, ya itu sebenarnya tugas dari runner guide, harus menyamakan,” ucap Rahmad.

Cara Membangun Chemistry

Peparnas 2024
Jadi Running Guide di Peparnas 2024, Begini Tantangan Pelari Sumut dalam Membangun Harmonisasi dengan Atlet Disabilitas Netra, Solo (9/10/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Lantas, bagaimana cara Rahmad dan Fransiskus membangun chemistry?

“Paling cuman di latihan doang, ya pemanasan bareng, latihannya bareng gitu terus,” jelas Rahmad.

Bagi Rahmad, ini adalah sebuah tantangan karena sebagai runner guide ia memiliki andil besar untuk mengantarkan Fransiskus untuk meraih medali.

Sementara, tantangan menjadi seorang runner guide saat latihan adalah terkait bagaimana menerjemahkan sebuah gerakan ke dalam kata-kata.

“Tantangan pas latihan itu bagaimana kita harus men-translate-kan gerakan melalui kata-kata, itu sangat sulit karena si Frans ini dari kecil enggak bisa melihat, kalau dia enggak bisa melihatnya di umur 10 atau 15 tahun dia masih bisa membayangkan gerakan yang diarahkan itu seperti apa.”

Banyak Belajar Soal Disabilitas Netra

peparnas 2024
Jadi Running Guide di Peparnas 2024, Begini Tantangan Pelari Sumut dalam Membangun Harmonisasi dengan Atlet Disabilitas Netra, Solo (9/10/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Guna mengatasi tantangan tersebut, Rahmad pun berupaya untuk banyak membaca dan mempelajari soal disabilitas netra.

“Saya sih lebih perbanyak membaca artikel lagi, bagaimana kosa kata yang dimengerti oleh tunanetra. Lebih banyak belajar, belajar, dan belajar.”

Keduanya pun kini sedang mempersiapkan diri untuk bertanding di nomor 400 meter pada Kamis, 10 Oktober 2024 besok.

“Besok 400 meter dan lari estafet kami Sumut masuk final. Kalau event selanjutnya ya harapannya bisa ikut serta seleksi nasional untuk bertanding di Thailand, Sea Game,” harap Rahmad.

Di kesempatan yang sama, Fransiskus pun bersyukur karena bisa berlatih bersama Rahmad. Ia merasa bisa lebih berkembang ketimbang periode sebelumnya.

Selama latihan bersama, Frans pun mengatakan bahwa keduanya tidak pernah hingga emosi karena kesalahan latihan atau hal lainnya.

“Enggak sampai marah-marahan, paling diskusi agak debat-debat sedikit aja. Memang yang paling sulit itu memahami gerakan, karena saya tidak melihat jadi saya menganggap bahwa gerakan itu benar, itu yang paling sering bertentangan,” pungkas Frans.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya