Liputan6.com, Namibia Anda mungkin akan terheran-heran saat melihat rambut para wanita suku Himba di Namibia. Rambut dreadlocks (gimbal) yang dimiliki para wanita itu tak seperti biasanya.
Tiap sulur kumpulan rambut terbagi dengan jelas. Dari bagian pangkal hingga hampir ujung suluran itu seperti dibungkus tanah liat warna merah. Bagian bawahnya barulah terlihat rambut gimbal warna hitam.
Baca Juga
Fotografer Eric Lafforgue membagikan reportasenya pada Dailymail.co.uk mengenai kehidupan suku Himba seperti dilansir pada Rabu (23/4/2014). Ada berbagai hal yang dipakai oleh wanita suku Himba untuk membentuk rambut gimbal yang unik itu, mulai dari sedotan hingga rambut orang India yang dijual di kota.
Advertisement
Untuk mempertahankan gaya rambut seperti ini, wanita Himba menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari.
Selain itu, agar model rambutnya tidak rusak, wanita Himba tidur di bantal kayu. Rambut mereka dilapisi dengan campuran tanah warna merah dan lemak yang disebut sebagai otjize. Otjize berfungsi sebagai sunscreen rambut dan pengusir serangga.
“Warna merah dinilai sebagai simbol kecantikan dan wanita Himba membuat seluruh tubuhnya berwarna merah,bukan hanya rambutnya. Bahkan baju dan perhiasannya juga dibaluri dengan campuran merah itu," jelas Lafforgue.
Wanita Himba mengenakan kalung besar yang terbuat dari tempurung putih. Kalung itu disebut ohumba yang diwariskan dari ibu ke anak. Berat kalung tersebut dapat mencapai beberapa kilogram. Biji omangetti juga digunakan sebagai ornamen penghias karena wanita Himba suka dengan suara yang dihasilkan saat mereka berjalan.
Berbeda dengan rambut wanita Himba yang butuh ketelatenan untuk mengurusnya, para pria Himba hanya memiliki gaya rambut gimbal yang sederhana menyerupai tanduk domba. Ketika seorang pria Himba menikah, pria itu akan menutup kepalanya dengan turban.
Suku Himba tinggal di area Kaokoland yang terletak di utara Namibia, Afrika. Lokasinya berbatasan dengan negara Angola pada bagian utara dan pada bagian barat dengan samudra Atlantik. Seperti suku-suku lain yang tinggal di area itu, kehidupan masyarakat bergantung pada kepemilikan ternak.
Fotografer Lafforgue menjelaskan “Pernikahan adalah hal yang penting bagi suku Himba namun hubungan ekstramarital dianjurkan baik bagi pria maupun wanita Himba”. Garis keturunan Suku Himba bukan patrilineal (mengikuti ayah) atau matrilineal (mengikuti ibu). Garis keturunannya ditentukan dari pihak ayah dan ibu.
Meski demikian pembagian kuasa dalam kehidupan rumah tangga masih didominasi oleh suami. Terkhusus untuk urusan ekonomi rumah tangga, istri lah yang memegang peranan. Gaya hidup suku Himba kini semakin tergerus oleh budaya barat moderen. Hal ini terutama terjadi pada pria suku Himba. “Di setiap tempat, tradisi luntur karena masuknya gaya hidup moderen. Namun wanita Himba tampkanya lebih ingin mempertahankan tradisi. Berbeda dengan para prianya,” ucap Lafforgue.