Liputan6.com, Jakarta Mengirimkan Al-Fatihah kepada orang yang masih hidup merupakan praktik yang sering dilakukan umat Muslim sebagai bentuk doa dan perhatian. Meski terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, banyak yang memandang bahwa mengirim Al-Fatihah untuk orang yang masih hidup diperbolehkan dan bermanfaat. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai cara kirim fatihah untuk orang yang masih hidup, mulai dari tata cara, bacaan, hingga manfaatnya.
Pengertian dan Keutamaan Surat Al-Fatihah
Sebelum membahas cara mengirim Al-Fatihah, penting untuk memahami terlebih dahulu pengertian dan keutamaan surat ini. Al-Fatihah merupakan surat pembuka Al-Qur'an yang terdiri dari 7 ayat. Surat ini memiliki kedudukan istimewa dan sering disebut sebagai Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an) atau Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an).
Keutamaan Al-Fatihah antara lain:
- Merupakan rukun dalam shalat, di mana shalat tidak sah tanpa membaca Al-Fatihah
- Mengandung intisari ajaran Islam tentang tauhid, ibadah, dan petunjuk hidup
- Memiliki khasiat sebagai doa, penyembuh, dan pelindung
- Dibaca berulang kali dalam shalat sebagai bentuk komunikasi langsung dengan Allah SWT
Mengingat keutamaan Al-Fatihah yang begitu besar, maka mengirimkannya kepada orang lain diyakini dapat memberikan keberkahan dan manfaat, baik bagi pengirim maupun penerima.
Advertisement
Hukum Mengirim Al-Fatihah untuk Orang yang Masih Hidup
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hukum mengirim Al-Fatihah atau pahala bacaan untuk orang yang masih hidup. Sebagian ulama membolehkan, sementara sebagian lain berpendapat bahwa pahala bacaan hanya sampai kepada orang yang telah meninggal.
Pendapat yang membolehkan mengirim Al-Fatihah untuk orang yang masih hidup didasarkan pada beberapa dalil, di antaranya:
- Hadits tentang keutamaan mendoakan saudara Muslim
- Qiyas (analogi) dengan dibolehkannya bersedekah atas nama orang lain yang masih hidup
- Prinsip bahwa Allah Maha Kuasa untuk menyampaikan pahala kepada siapa pun yang Dia kehendaki
Sementara itu, pendapat yang tidak membolehkan berargumen bahwa orang yang masih hidup dapat beramal sendiri, sehingga tidak memerlukan kiriman pahala dari orang lain. Namun, pendapat ini tidak menafikan kebolehan mendoakan orang yang masih hidup secara umum.
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, mayoritas ulama sepakat bahwa mendoakan kebaikan untuk orang lain, termasuk yang masih hidup, adalah perbuatan yang dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, mengirim Al-Fatihah dengan niat mendoakan dapat dipandang sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang kepada sesama Muslim.
Tata Cara Mengirim Al-Fatihah untuk Orang yang Masih Hidup
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengirim Al-Fatihah kepada orang yang masih hidup:
- Niatkan dengan ikhlas untuk mendoakan dan mengirimkan pahala bacaan Al-Fatihah kepada orang yang dituju.
- Berwudhu terlebih dahulu untuk menyucikan diri.
- Pilih waktu dan tempat yang tenang agar dapat berkonsentrasi dengan baik.
- Awali dengan membaca ta'awudz dan basmalah.
- Bacalah surat Al-Fatihah dengan tartil dan penuh penghayatan.
- Setelah selesai membaca Al-Fatihah, ucapkan doa khusus untuk mengirimkan pahalanya kepada orang yang dituju.
- Tutup dengan membaca hamdalah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Penting untuk diingat bahwa dalam mengirim Al-Fatihah, yang terpenting adalah niat dan keikhlasan hati. Tidak ada ketentuan khusus mengenai jumlah bacaan atau waktu tertentu yang harus dipilih. Namun, disarankan untuk melakukannya secara rutin sebagai bentuk konsistensi dalam mendoakan orang yang kita sayangi.
Advertisement
Bacaan Doa untuk Mengirim Al-Fatihah
Setelah membaca surat Al-Fatihah, dapat dilanjutkan dengan membaca doa khusus untuk mengirimkan pahalanya. Berikut adalah contoh bacaan doa yang dapat digunakan:
Untuk orang tua yang masih hidup:
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْتُ مِنْ سُوْرَةِ الْفَاتِحَةِ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً عَلَى (اسم الأب/الأم)
Allahumma-j'al tsawaba maa qara'tu min suratil faatihati hadiyyatan waashilatan wa rahmatan naazilatan 'alaa (nama ayah/ibu)
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah pahala dari apa yang aku baca dari surat Al-Fatihah sebagai hadiah yang sampai dan rahmat yang turun kepada (nama ayah/ibu)"
Untuk orang lain yang masih hidup:
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْتُ مِنْ سُوْرَةِ الْفَاتِحَةِ هَدِيَّةً وَاصِلَةً وَرَحْمَةً نَازِلَةً عَلَى (اسم الشخص)
Allahumma-j'al tsawaba maa qara'tu min suratil faatihati hadiyyatan waashilatan wa rahmatan naazilatan 'alaa (nama orang)
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah pahala dari apa yang aku baca dari surat Al-Fatihah sebagai hadiah yang sampai dan rahmat yang turun kepada (nama orang)"
Perbedaan Mengirim Al-Fatihah untuk Orang Hidup dan Meninggal
Meskipun tata cara mengirim Al-Fatihah untuk orang yang masih hidup dan yang sudah meninggal relatif sama, terdapat beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan:
- Niat: Untuk orang yang masih hidup, niatnya adalah mendoakan kebaikan dan keberkahan. Sementara untuk yang sudah meninggal, niatnya adalah mendoakan ampunan dan keringanan di alam kubur.
- Lafaz doa: Pada doa untuk orang yang masih hidup, biasanya menggunakan kata "jasadi" (jasad), sedangkan untuk yang sudah meninggal menggunakan kata "ruhi" (ruh).
- Waktu pelaksanaan: Mengirim Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti setelah shalat atau saat ziarah kubur. Sementara untuk orang yang masih hidup, bisa dilakukan kapan saja.
- Frekuensi: Pengiriman Al-Fatihah untuk orang yang sudah meninggal biasanya dilakukan lebih sering, terutama pada awal-awal kematian. Sedangkan untuk orang yang masih hidup, bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi.
Meski demikian, esensi dari mengirim Al-Fatihah tetaplah sama, yaitu sebagai bentuk kasih sayang dan perhatian kepada sesama Muslim, baik yang masih hidup maupun yang telah berpulang.
Advertisement
Manfaat Mengirim Al-Fatihah untuk Orang yang Masih Hidup
Mengirimkan Al-Fatihah kepada orang yang masih hidup dipercaya memiliki berbagai manfaat, baik bagi pengirim maupun penerima. Beberapa manfaat tersebut antara lain:
- Sebagai bentuk doa: Mengirim Al-Fatihah merupakan cara untuk mendoakan kebaikan bagi orang lain, yang tentu saja dianjurkan dalam Islam.
- Menguatkan ikatan silaturahmi: Praktik ini dapat mempererat hubungan antara pengirim dan penerima, terutama jika dilakukan secara konsisten.
- Mendapatkan pahala: Sesuai hadits, orang yang mendoakan saudaranya secara ghaib (tanpa sepengetahuan yang didoakan) akan mendapatkan pahala dan didoakan oleh malaikat.
- Meningkatkan kesadaran spiritual: Rutin mengirim Al-Fatihah dapat meningkatkan kedekatan seseorang dengan Al-Qur'an dan Allah SWT.
- Memberikan ketenangan: Bagi penerima, mengetahui ada orang yang mendoakannya dapat memberikan ketenangan dan kekuatan mental.
- Mencegah dari keburukan: Doa yang terkandung dalam Al-Fatihah dapat menjadi benteng perlindungan dari berbagai keburukan dan musibah.
- Meningkatkan keberkahan: Pahala dan keberkahan dari bacaan Al-Fatihah diharapkan dapat mengalir kepada orang yang dituju, membantu melancarkan urusan dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Dengan berbagai manfaat tersebut, mengirim Al-Fatihah untuk orang yang masih hidup dapat menjadi salah satu cara untuk berbuat baik dan saling mendukung antar sesama Muslim.
Waktu-waktu Utama untuk Mengirim Al-Fatihah
Meskipun mengirim Al-Fatihah dapat dilakukan kapan saja, terdapat beberapa waktu yang dianggap utama atau lebih mustajab untuk berdoa, termasuk mengirim Al-Fatihah. Waktu-waktu tersebut antara lain:
- Sepertiga malam terakhir: Waktu ini dianggap sebagai saat yang paling mustajab untuk berdoa, sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW.
- Setelah shalat fardhu: Momen setelah menunaikan kewajiban shalat lima waktu dipercaya sebagai waktu yang baik untuk berdoa dan mengirim Al-Fatihah.
- Antara adzan dan iqamah: Jeda waktu ini juga dianggap sebagai saat yang mustajab untuk berdoa.
- Hari Jumat: Hari yang mulia bagi umat Islam ini diyakini memiliki saat-saat khusus di mana doa lebih mudah dikabulkan.
- Bulan Ramadhan: Seluruh bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir, merupakan waktu yang sangat baik untuk beribadah dan berdoa.
- Saat berpuasa: Doa orang yang berpuasa, terutama menjelang berbuka, memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT.
- Saat dalam perjalanan: Doa musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan juga dipercaya lebih mudah dikabulkan.
Meski demikian, penting untuk diingat bahwa Allah SWT Maha Mendengar dan selalu menerima doa hamba-Nya kapan pun dipanjatkan. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengirim Al-Fatihah kapan saja saat tergerak hati untuk mendoakan orang lain.
Advertisement
Adab dalam Mengirim Al-Fatihah
Dalam mengirim Al-Fatihah untuk orang yang masih hidup, terdapat beberapa adab atau etika yang sebaiknya diperhatikan:
- Ikhlas: Niatkan semata-mata karena Allah SWT, bukan untuk pamer atau mengharapkan balasan dari manusia.
- Berwudhu: Meski tidak wajib, berwudhu sebelum membaca Al-Qur'an termasuk Al-Fatihah adalah hal yang dianjurkan.
- Khusyuk: Bacalah Al-Fatihah dengan penuh penghayatan dan konsentrasi, bukan sekadar melafalkan.
- Konsisten: Usahakan untuk melakukannya secara rutin, tidak hanya saat dibutuhkan saja.
- Merahasiakan: Sebaiknya tidak memberitahu orang yang didoakan bahwa kita telah mengirimkan Al-Fatihah untuknya, kecuali ada alasan khusus.
- Tidak memaksa: Jika seseorang meminta kita mengirimkan Al-Fatihah untuknya, lakukan dengan ikhlas. Namun, jangan memaksa orang lain untuk melakukan hal yang sama.
- Menjaga kebersihan: Pastikan tempat dan kondisi tubuh dalam keadaan bersih saat membaca Al-Fatihah.
- Menghadap kiblat: Meski tidak wajib, menghadap kiblat saat berdoa termasuk mengirim Al-Fatihah adalah hal yang dianjurkan.
- Berdoa untuk diri sendiri: Sebelum atau setelah mengirim Al-Fatihah untuk orang lain, jangan lupa untuk mendoakan diri sendiri juga.
Dengan memperhatikan adab-adab tersebut, diharapkan praktik mengirim Al-Fatihah dapat dilakukan dengan lebih baik dan bermakna.
Variasi Cara Mengirim Al-Fatihah
Selain cara yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa variasi atau metode lain dalam mengirim Al-Fatihah untuk orang yang masih hidup:
- Tawassul: Sebelum membaca Al-Fatihah, dapat dilakukan tawassul atau perantara dengan menyebut nama-nama orang saleh, seperti para nabi, ulama, atau orang tua.
- Membaca dalam shalat: Setelah membaca Al-Fatihah dalam shalat, dapat meniatkan pahalanya untuk orang tertentu di dalam hati.
- Menggabungkan dengan dzikir: Al-Fatihah dapat dibaca sebagai bagian dari rangkaian dzikir harian, dengan meniatkan pahalanya untuk orang-orang tertentu.
- Membaca bersama-sama: Dalam acara tertentu, Al-Fatihah dapat dibaca bersama-sama dan diniatkan untuk seseorang atau sekelompok orang.
- Menggunakan media: Di era digital, beberapa orang mengirim Al-Fatihah melalui pesan atau aplikasi khusus, meski hal ini masih diperdebatkan keabsahannya.
- Menggabungkan dengan sedekah: Selain membaca Al-Fatihah, dapat juga dilakukan sedekah atas nama orang yang didoakan.
- Membaca di tempat-tempat mustajab: Misalnya saat umrah atau haji, dapat membaca Al-Fatihah di tempat-tempat suci dengan niat untuk orang-orang tertentu.
Penting untuk diingat bahwa inti dari mengirim Al-Fatihah adalah niat dan keikhlasan hati. Metode yang dipilih sebaiknya yang paling nyaman dan konsisten untuk dilakukan.
Advertisement
Tantangan dan Solusi dalam Mengirim Al-Fatihah
Meski terlihat sederhana, praktik mengirim Al-Fatihah untuk orang yang masih hidup dapat menghadapi beberapa tantangan. Berikut adalah beberapa tantangan umum beserta solusinya:
- Kesibukan:
- Tantangan: Sulit menemukan waktu di tengah padatnya aktivitas sehari-hari.
- Solusi: Integrasikan dengan rutinitas harian, misalnya setelah shalat wajib atau sebelum tidur.
- Lupa:
- Tantangan: Sering lupa untuk melakukannya secara rutin.
- Solusi: Gunakan pengingat di ponsel atau catatan di tempat yang sering dilihat.
- Kurang konsentrasi:
- Tantangan: Sulit fokus saat membaca Al-Fatihah.
- Solusi: Pilih waktu dan tempat yang tenang, atau lakukan setelah meditasi singkat.
- Ragu-ragu:
- Tantangan: Merasa tidak layak atau ragu apakah doa akan dikabulkan.
- Solusi: Ingat bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu menerima doa hamba-Nya. Fokus pada niat baik, bukan pada kelayakan diri.
- Kurang pemahaman:
- Tantangan: Tidak memahami makna Al-Fatihah dengan baik.
- Solusi: Pelajari tafsir Al-Fatihah dan renungkan maknanya secara mendalam.
- Merasa bosan:
- Tantangan: Merasa monoton karena melakukan hal yang sama berulang-ulang.
- Solusi: Variasikan cara membaca atau tambahkan doa-doa lain sebagai pelengkap.
- Keraguan hukum:
- Tantangan: Ragu apakah praktik ini diperbolehkan dalam Islam.
- Solusi: Pelajari dalil-dalil dan pendapat ulama terkait. Jika masih ragu, konsultasikan dengan ulama terpercaya.
Dengan menyadari tantangan-tantangan ini dan menerapkan solusinya, diharapkan praktik mengirim Al-Fatihah dapat dilakukan dengan lebih konsisten dan bermakna.
Kesimpulan
Mengirim Al-Fatihah untuk orang yang masih hidup merupakan praktik yang memiliki landasan kuat dalam ajaran Islam dan dapat memberikan berbagai manfaat, baik bagi pengirim maupun penerima. Meski terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, mayoritas memandang bahwa hal ini diperbolehkan sebagai bentuk doa dan perhatian kepada sesama Muslim.
Dalam pelaksanaannya, yang terpenting adalah niat yang ikhlas dan konsistensi. Tata cara yang telah diuraikan dalam artikel ini dapat dijadikan panduan, namun tidak bersifat kaku. Setiap orang dapat menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuannya masing-masing.
Penting untuk diingat bahwa mengirim Al-Fatihah bukanlah pengganti dari berbuat baik secara langsung kepada orang yang kita doakan. Praktik ini sebaiknya menjadi pelengkap dari upaya-upaya nyata untuk membantu dan menyayangi sesama.
Akhirnya, semoga dengan memahami dan mengamalkan cara kirim fatihah untuk orang yang masih hidup, kita dapat meningkatkan kualitas hubungan dengan sesama Muslim dan sekaligus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Wallahu a'lam bishawab.
Advertisement