Philanthropy Adalah: Memahami Konsep dan Praktik Kedermawanan Modern

Pelajari apa itu philanthropy, sejarah perkembangannya, jenis-jenis filantropi, dampaknya bagi masyarakat, serta praktik filantropi di Indonesia.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Nov 2024, 07:34 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2024, 07:34 WIB
philanthropy adalah
philanthropy adalah ©Ilustrasi dibuat oleh AI

Liputan6.com, Jakarta Philanthropy atau filantropi telah menjadi bagian penting dari upaya membangun masyarakat yang lebih baik. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan philanthropy dan bagaimana praktiknya di Indonesia? Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang konsep, sejarah, jenis, dampak, serta perkembangan filantropi di tanah air.

Definisi Philanthropy

Philanthropy adalah tindakan sukarela untuk memberikan bantuan kepada orang lain atau masyarakat demi kepentingan publik dan kesejahteraan sosial. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani "philein" yang berarti cinta dan "anthropos" yang berarti manusia. Jadi secara harfiah, philanthropy dapat diartikan sebagai "cinta kepada sesama manusia".

Berbeda dengan amal biasa, filantropi memiliki cakupan yang lebih luas dan terstruktur. Kegiatan filantropi tidak hanya berfokus pada pemberian bantuan jangka pendek, tetapi juga bertujuan untuk memberdayakan dan membangun kapasitas penerima manfaat dalam jangka panjang. Filantropi modern melibatkan perencanaan strategis, pengukuran dampak, serta upaya berkelanjutan untuk mengatasi akar permasalahan sosial.

Beberapa karakteristik utama philanthropy adalah:

  • Bersifat sukarela dan tidak mengharapkan imbalan
  • Bertujuan untuk kepentingan publik dan kesejahteraan bersama
  • Melibatkan pemberian sumber daya (uang, waktu, keahlian)
  • Memiliki visi jangka panjang untuk perubahan sosial
  • Terencana dan terstruktur dengan baik
  • Berupaya mengatasi akar permasalahan, bukan hanya gejala

Sejarah Perkembangan Filantropi

Praktik filantropi sebenarnya telah ada sejak zaman kuno. Di era Yunani dan Romawi kuno, para bangsawan sering menyumbangkan harta benda mereka untuk kepentingan publik seperti pembangunan perpustakaan dan fasilitas pendidikan. Begitu pula di Mesir Kuno, terdapat tradisi mewakafkan tanah untuk dimanfaatkan oleh para pemuka agama.

Namun filantropi modern mulai berkembang pesat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, terutama di Amerika Serikat. Tokoh-tokoh seperti Andrew Carnegie dan John D. Rockefeller mempelopori pembentukan yayasan filantropi berskala besar yang bertujuan mengatasi masalah-masalah sosial secara sistematis.

Di Indonesia sendiri, perkembangan filantropi dapat ditelusuri dari tradisi gotong royong dan nilai-nilai keagamaan yang mengajarkan pentingnya berbagi kepada sesama. Namun filantropi modern di tanah air baru mulai tumbuh pesat sejak era 1980-an, ditandai dengan munculnya berbagai yayasan dan lembaga swadaya masyarakat.

Beberapa tonggak penting dalam sejarah filantropi di Indonesia antara lain:

  • 1980-an: Mulai bermunculan yayasan dan LSM yang aktif dalam kegiatan filantropi
  • 2001: Disahkannya UU Yayasan yang menjadi landasan hukum bagi lembaga filantropi
  • 2010: Terbitnya PP No. 93/2010 tentang sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
  • 2012: UU No. 47/2012 tentang tanggung jawab sosial perusahaan
  • 2013: Disahkannya UU Ormas yang turut mengatur kegiatan filantropi

Perkembangan regulasi tersebut semakin mendorong pertumbuhan sektor filantropi di Indonesia hingga saat ini.

Jenis-Jenis Filantropi

Kegiatan filantropi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan sumber dana, bentuk bantuan, serta model pengelolaannya. Berikut adalah beberapa jenis utama filantropi:

1. Berdasarkan Sumber Dana

  • Filantropi Keluarga: Diinisiasi dan didanai oleh keluarga tertentu, biasanya tokoh masyarakat atau pengusaha. Contoh: Yayasan Hadji Kalla.
  • Filantropi Perusahaan: Mendapatkan pendanaan utama dari perusahaan, baik melalui yayasan terpisah maupun program CSR. Contoh: Yayasan Adaro Bangun Negeri.
  • Filantropi Independen: Mendapatkan dana dari donor institusi atau publik secara luas. Contoh: Yayasan PLUS.
  • Filantropi Agama: Bersumber dari aktivitas keagamaan seperti zakat, infaq, dan sedekah. Contoh: Lazismu, YASKI, BAKKAT, Yayasan Buddha Tzu Chi.

2. Berdasarkan Bentuk Bantuan

  • Filantropi Finansial: Memberikan bantuan dalam bentuk uang atau dana.
  • Filantropi Waktu: Menyumbangkan waktu dan tenaga sebagai relawan.
  • Filantropi Keahlian: Memberikan bantuan dalam bentuk keahlian atau pengetahuan khusus.
  • Filantropi Barang: Menyumbangkan barang-barang yang dibutuhkan.

3. Berdasarkan Model Pengelolaan

  • Filantropi Tradisional: Berfokus pada pemberian bantuan langsung untuk mengatasi gejala masalah.
  • Filantropi Strategis: Berupaya mengatasi akar permasalahan melalui program jangka panjang.
  • Venture Philanthropy: Menerapkan prinsip-prinsip investasi dalam kegiatan filantropi.
  • Filantropi Kolaboratif: Melibatkan kerjasama antar berbagai pihak untuk mencapai dampak yang lebih besar.

Dampak Filantropi bagi Masyarakat

Kegiatan filantropi telah terbukti memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat. Beberapa manfaat utama dari praktik filantropi antara lain:

1. Pengentasan Kemiskinan

Program-program filantropi yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi dapat membantu mengentaskan kemiskinan. Melalui pelatihan keterampilan, pemberian modal usaha, serta pendampingan, masyarakat kurang mampu diberdayakan untuk meningkatkan taraf hidupnya.

2. Peningkatan Akses Pendidikan

Banyak lembaga filantropi yang menyediakan beasiswa, membangun fasilitas pendidikan, serta meningkatkan kualitas pengajaran. Hal ini membuka akses pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat, terutama di daerah terpencil.

3. Perbaikan Layanan Kesehatan

Filantropi di bidang kesehatan membantu menyediakan layanan medis gratis, membangun fasilitas kesehatan, serta mengedukasi masyarakat tentang pola hidup sehat. Ini berkontribusi pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

4. Pelestarian Lingkungan

Program-program filantropi yang berfokus pada isu lingkungan membantu melestarikan alam, mengurangi polusi, serta mendorong praktik-praktik ramah lingkungan di masyarakat.

5. Penguatan Kohesi Sosial

Kegiatan filantropi mendorong rasa kebersamaan dan gotong royong di masyarakat. Ini membantu memperkuat ikatan sosial antar warga.

6. Inovasi Sosial

Filantropi sering menjadi pendorong inovasi dalam mengatasi masalah-masalah sosial. Pendekatan-pendekatan baru yang dikembangkan melalui program filantropi dapat menjadi model solusi yang efektif.

Praktik Filantropi di Indonesia

Indonesia memiliki tradisi filantropi yang kuat, berakar pada nilai-nilai agama dan budaya gotong royong. Dalam perkembangannya, praktik filantropi di tanah air semakin terstruktur dan profesional. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait praktik filantropi di Indonesia:

1. Fokus Program

Berdasarkan Indonesia Philanthropy Outlook 2024, terdapat lima tema utama yang menjadi fokus program filantropi di Indonesia:

  • Pemberdayaan ekonomi (11,2%)
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Iklim dan lingkungan
  • Kemiskinan

2. Sebaran Wilayah

Program-program filantropi telah menjangkau 31 provinsi di Indonesia. Namun konsentrasi terbesar masih berada di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Diperlukan upaya pemerataan agar wilayah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur mendapat akses yang setara.

3. Pelaku Filantropi

Berdasarkan perannya, lembaga filantropi di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kategori:

  • Pemberi hibah (grantmaker): Memiliki sumber daya dan mendistribusikan dana hibah kepada lembaga filantropi yang lebih kecil.
  • Perantara (intermediary): Menggalang sumberdaya dari berbagai pihak dan menyalurkannya kembali kepada lembaga filantropi yang lebih kecil.
  • Pelaksana (implementing): Melakukan penggalangan dana dan menggunakannya langsung dalam program.

4. Regulasi Pendukung

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa regulasi yang mendukung perkembangan sektor filantropi, antara lain:

  • UU Yayasan tahun 2001
  • PP No. 93/2010 tentang sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
  • UU No. 47/2012 tentang tanggung jawab sosial perusahaan
  • UU Ormas tahun 2013

5. Tantangan dan Peluang

Beberapa tantangan yang dihadapi sektor filantropi di Indonesia antara lain:

  • Pemerataan program ke seluruh wilayah Indonesia
  • Peningkatan transparansi dan akuntabilitas
  • Penguatan kolaborasi antar pemangku kepentingan
  • Pengembangan inovasi dalam penggalangan dana dan pelaksanaan program

Namun di sisi lain, terdapat peluang besar bagi perkembangan filantropi di tanah air, seperti:

  • Potensi penggalangan dana yang masih besar
  • Pemanfaatan teknologi digital untuk efisiensi program
  • Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya filantropi
  • Dukungan pemerintah melalui regulasi yang kondusif

Tips Menjadi Filantropis

Menjadi seorang filantropis tidak harus menunggu kaya atau memiliki dana besar. Setiap orang dapat berkontribusi dalam kegiatan filantropi sesuai kemampuannya. Berikut beberapa tips untuk mulai terlibat dalam praktik filantropi:

1. Identifikasi Minat dan Passion

Tentukan bidang atau isu sosial yang paling menarik minat Anda. Apakah itu pendidikan, kesehatan, lingkungan, atau yang lainnya. Fokus pada area yang sesuai passion akan membuat keterlibatan Anda lebih bermakna.

2. Mulai dari Hal Kecil

Tidak perlu langsung memberikan sumbangan besar. Mulailah dari hal-hal kecil seperti menyisihkan sebagian uang jajan atau menjadi relawan di acara sosial. Yang terpenting adalah konsistensi dan komitmen jangka panjang.

3. Pelajari Lembaga Filantropi

Cari tahu tentang berbagai lembaga filantropi yang ada. Pelajari visi misi, program, serta track record mereka. Pilih lembaga yang sesuai dengan minat dan nilai-nilai yang Anda anut.

4. Manfaatkan Keahlian

Selain uang, Anda juga bisa menyumbangkan keahlian atau pengetahuan khusus yang dimiliki. Misalnya mengajar, menulis, atau memberikan konsultasi pro bono.

5. Libatkan Orang Lain

Ajak teman, keluarga, atau rekan kerja untuk ikut terlibat dalam kegiatan filantropi. Ini akan memperbesar dampak yang bisa dihasilkan.

6. Evaluasi Dampak

Pantau perkembangan program yang Anda dukung. Tanyakan tentang hasil dan dampaknya. Ini akan membantu memastikan kontribusi Anda benar-benar bermanfaat.

7. Terus Belajar

Pelajari terus perkembangan di dunia filantropi. Ikuti seminar, baca artikel, atau bergabung dengan komunitas filantropis untuk memperluas wawasan.

Perbedaan Filantropi, CSR, dan Charity

Meski seringkali dianggap sama, sebenarnya terdapat perbedaan antara filantropi, Corporate Social Responsibility (CSR), dan charity. Berikut penjelasan singkatnya:

Filantropi

  • Bersifat jangka panjang dan berkelanjutan
  • Bertujuan mengatasi akar permasalahan
  • Melibatkan perencanaan strategis
  • Dilakukan secara terorganisir dan terukur
  • Cakupannya luas, tidak terbatas pada bidang tertentu
  • Pelaku: Yayasan, lembaga, organisasi, perusahaan, atau individu

CSR (Corporate Social Responsibility)

  • Bersifat jangka panjang dan berkelanjutan
  • Bertujuan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar perusahaan
  • Melibatkan perencanaan strategis
  • Dilakukan secara terorganisir dan terukur
  • Cakupannya terbatas pada ruang lingkup bisnis perusahaan
  • Pelaku: Perusahaan

Charity

  • Bersifat jangka pendek dan spontan
  • Bertujuan mengatasi gejala atau kebutuhan mendesak
  • Tidak selalu melibatkan perencanaan strategis
  • Biasanya berupa pemberian langsung
  • Cakupannya luas dan fleksibel
  • Pelaku: Individu atau komunitas

Pertanyaan Umum (FAQ) Seputar Filantropi

1. Apakah filantropi hanya untuk orang kaya?

Tidak. Filantropi dapat dilakukan oleh siapa saja sesuai kemampuan masing-masing. Yang terpenting adalah niat dan komitmen untuk berkontribusi pada kesejahteraan bersama.

2. Apa perbedaan filantropi dengan sedekah?

Filantropi memiliki cakupan yang lebih luas dan terstruktur dibanding sedekah. Filantropi melibatkan perencanaan strategis dan bertujuan mengatasi akar permasalahan, sementara sedekah lebih bersifat spontan untuk memenuhi kebutuhan mendesak.

3. Bagaimana cara memilih lembaga filantropi yang tepat?

Pelajari visi misi, program, serta track record lembaga tersebut. Pastikan mereka transparan dalam pengelolaan dana dan memiliki dampak yang terukur. Pilih lembaga yang sesuai dengan minat dan nilai-nilai yang Anda anut.

4. Apakah sumbangan untuk filantropi bisa mengurangi pajak?

Di Indonesia, berdasarkan PP No. 93/2010, sumbangan untuk kegiatan filantropi tertentu dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Namun ada syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi.

5. Bagaimana cara mengukur dampak filantropi?

Dampak filantropi dapat diukur melalui berbagai indikator seperti jumlah penerima manfaat, perubahan kondisi sosial ekonomi, peningkatan kualitas hidup, serta keberlanjutan program. Lembaga filantropi profesional biasanya memiliki sistem pengukuran dampak yang terstruktur.

Kesimpulan

Filantropi memainkan peran penting dalam upaya membangun masyarakat yang lebih baik. Melalui berbagai program yang terencana dan berkelanjutan, filantropi berkontribusi dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial. Di Indonesia, praktik filantropi terus berkembang dengan dukungan regulasi dan kesadaran masyarakat yang meningkat.

Setiap orang dapat berperan dalam kegiatan filantropi, tidak harus dengan dana besar. Yang terpenting adalah niat tulus untuk berbagi dan berkontribusi bagi kesejahteraan bersama. Dengan kolaborasi berbagai pihak, filantropi diharapkan dapat menjadi kekuatan positif yang mendorong perubahan sosial yang bermakna di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya