Tujuan Bank Dunia, Sejarah, Fungsi, dan Perannya dalam Pembangunan Global

Pelajari tujuan Bank Dunia, sejarah pendiriannya, serta peran penting lembaga ini dalam mendukung pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan global.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Des 2024, 12:16 WIB
Diterbitkan 12 Des 2024, 12:16 WIB
tujuan bank dunia
tujuan bank dunia ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia merupakan lembaga keuangan internasional yang memainkan peran vital dalam upaya pembangunan ekonomi global dan pengentasan kemiskinan. Didirikan pada tahun 1944, organisasi ini telah berkembang menjadi salah satu institusi multilateral terpenting dalam mendukung negara-negara berkembang melalui penyediaan dana pinjaman, bantuan teknis, dan berbagai program pembangunan. Artikel ini akan mengulas secara komprehensif tentang tujuan Bank Dunia, sejarah pendiriannya, struktur organisasi, fungsi utama, serta berbagai proyek dan inisiatif yang dijalankannya di seluruh dunia.

Sejarah Pendirian Bank Dunia

Cikal bakal Bank Dunia dapat ditelusuri ke masa akhir Perang Dunia II. Pada Juli 1944, perwakilan dari 44 negara berkumpul di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat untuk menghadiri Konferensi Moneter dan Keuangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konferensi ini bertujuan untuk merancang sistem keuangan internasional baru pasca perang dan membahas upaya rekonstruksi ekonomi global.

Hasil utama dari Konferensi Bretton Woods adalah pembentukan dua lembaga keuangan internasional:

  • International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), yang kemudian dikenal sebagai Bank Dunia
  • International Monetary Fund (IMF)

IBRD secara resmi mulai beroperasi pada 27 Desember 1945 setelah 28 negara meratifikasi Perjanjian Bretton Woods. Tujuan awal IBRD adalah membantu rekonstruksi negara-negara Eropa yang terkena dampak perang dengan menyediakan pinjaman untuk pembangunan infrastruktur.

Prancis menjadi negara pertama yang menerima pinjaman dari Bank Dunia pada tahun 1947 sebesar $250 juta untuk rekonstruksi pasca perang. Seiring waktu, fokus Bank Dunia beralih ke negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Pada dekade 1950-an, Bank Dunia mulai mendanai proyek-proyek infrastruktur besar seperti pembangunan bendungan, jalan raya, dan pembangkit listrik di negara berkembang. Tahun 1960 menandai perluasan mandat Bank Dunia dengan dibentuknya International Development Association (IDA) yang berfokus memberikan pinjaman lunak dan hibah kepada negara-negara termiskin.

Di bawah kepemimpinan Robert McNamara (1968-1981), Bank Dunia semakin memperluas cakupan kegiatannya ke sektor-sektor seperti pertanian, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan. Periode ini juga menandai dimulainya fokus pada konsep pembangunan berkelanjutan.

Struktur Organisasi Bank Dunia

Bank Dunia bukanlah entitas tunggal, melainkan terdiri dari lima lembaga yang saling terkait dan dikenal sebagai Grup Bank Dunia:

  1. International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) - memberikan pinjaman kepada pemerintah negara berpenghasilan menengah dan negara berpenghasilan rendah yang layak kredit.
  2. International Development Association (IDA) - menyediakan pinjaman bebas bunga dan hibah kepada pemerintah negara-negara termiskin.
  3. International Finance Corporation (IFC) - berfokus pada sektor swasta di negara berkembang.
  4. Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) - mempromosikan investasi asing langsung ke negara berkembang.
  5. International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) - menyediakan fasilitas arbitrase untuk sengketa investasi internasional.

Struktur tata kelola Bank Dunia terdiri dari:

  • Dewan Gubernur - badan pengambil keputusan tertinggi yang terdiri dari perwakilan dari setiap negara anggota, biasanya menteri keuangan atau gubernur bank sentral.
  • Dewan Direktur Eksekutif - bertanggung jawab atas operasional sehari-hari dan persetujuan pinjaman serta kebijakan.
  • Presiden - dipilih oleh Dewan Direktur Eksekutif untuk masa jabatan 5 tahun yang dapat diperpanjang.

Saat ini, Bank Dunia memiliki lebih dari 10.000 karyawan dari berbagai negara yang bekerja di kantor pusat di Washington D.C. dan lebih dari 120 kantor di seluruh dunia.

Tujuan dan Fungsi Utama Bank Dunia

Tujuan utama Bank Dunia adalah mengentaskan kemiskinan ekstrem dan meningkatkan kesejahteraan bersama secara berkelanjutan. Secara spesifik, Bank Dunia telah menetapkan dua target ambisius yang ingin dicapai pada tahun 2030:

  1. Mengakhiri kemiskinan ekstrem dengan mengurangi persentase orang yang hidup dengan kurang dari $1,90 per hari menjadi tidak lebih dari 3% dari populasi global.
  2. Meningkatkan kesejahteraan bersama dengan mendorong pertumbuhan pendapatan 40% penduduk termiskin di setiap negara.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, Bank Dunia menjalankan berbagai fungsi penting, antara lain:

  • Menyediakan pinjaman berbunga rendah, kredit tanpa bunga, dan hibah kepada negara-negara berkembang untuk mendukung investasi di berbagai sektor.
  • Memberikan bantuan teknis dan berbagi pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas negara-negara anggota dalam mengatasi tantangan pembangunan.
  • Melakukan penelitian, analisis, dan pengumpulan data ekonomi untuk mendukung pengambilan kebijakan berbasis bukti.
  • Memobilisasi investasi swasta melalui jaminan, pembiayaan bersama, dan instrumen mitigasi risiko lainnya.
  • Memfasilitasi kerjasama internasional dalam isu-isu pembangunan global seperti perubahan iklim, pandemi, dan migrasi.

Bank Dunia bekerja di berbagai sektor pembangunan termasuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pertanian, tata kelola pemerintahan, dan sektor keuangan. Pendekatan Bank Dunia berfokus pada pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Proyek dan Inisiatif Utama Bank Dunia

Bank Dunia terlibat dalam ribuan proyek pembangunan di seluruh dunia setiap tahunnya. Beberapa contoh inisiatif dan program berskala besar yang dijalankan Bank Dunia antara lain:

1. Human Capital Project

Diluncurkan pada tahun 2017, proyek ini bertujuan mendorong investasi yang lebih besar dan efektif dalam sumber daya manusia. Bank Dunia mengembangkan Human Capital Index untuk mengukur kontribusi kesehatan dan pendidikan terhadap produktivitas generasi pekerja berikutnya. Proyek ini membantu negara-negara memprioritaskan investasi di bidang kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial untuk meningkatkan hasil pembangunan jangka panjang.

2. Climate Change Action Plan

Bank Dunia berkomitmen untuk meningkatkan pendanaan terkait iklim dan membantu negara-negara beradaptasi dengan dampak perubahan iklim serta beralih ke ekonomi rendah karbon. Rencana Aksi Perubahan Iklim 2021-2025 berfokus pada lima area prioritas: energi, pertanian/pangan/air/tanah, kota, transportasi, dan manufaktur. Bank Dunia juga mendukung implementasi Perjanjian Paris dan Sustainable Development Goals (SDGs) terkait iklim.

3. Pandemic Emergency Financing Facility (PEF)

Dibentuk sebagai respons terhadap wabah Ebola 2014, PEF menyediakan pendanaan cepat kepada negara-negara berpenghasilan rendah untuk mengatasi wabah penyakit dan pandemi. Fasilitas ini menggunakan mekanisme asuransi inovatif untuk memobilisasi dana dari pasar modal global. PEF memainkan peran penting dalam mendukung respons negara-negara berkembang terhadap pandemi COVID-19.

4. Debt Service Suspension Initiative (DSSI)

Diluncurkan bersama IMF pada 2020, inisiatif ini bertujuan membantu negara-negara termiskin mengatasi dampak ekonomi pandemi COVID-19. DSSI memberikan penangguhan pembayaran utang bilateral resmi, memungkinkan negara-negara mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk mengatasi krisis. Bank Dunia juga mendorong kreditor swasta untuk berpartisipasi dalam inisiatif ini.

5. Global Partnership for Education (GPE)

Bank Dunia adalah mitra implementasi terbesar GPE, sebuah kemitraan multi-stakeholder yang bertujuan memperkuat sistem pendidikan di negara-negara berpenghasilan rendah. Melalui GPE, Bank Dunia menyalurkan hibah untuk mendukung rencana sektor pendidikan nasional, dengan fokus pada akses yang setara, kualitas pembelajaran, dan penguatan sistem pendidikan.

Peran Bank Dunia dalam Pembangunan Indonesia

Indonesia telah menjadi mitra penting Bank Dunia sejak bergabung sebagai anggota pada tahun 1954. Selama lebih dari enam dekade, Bank Dunia telah memberikan dukungan signifikan bagi pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia melalui berbagai program pinjaman, bantuan teknis, dan penelitian kebijakan.

Beberapa contoh kontribusi Bank Dunia terhadap pembangunan Indonesia antara lain:

  • Mendukung pembangunan infrastruktur besar seperti proyek Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Madura.
  • Membantu pengembangan Program Keluarga Harapan (PKH), program bantuan tunai bersyarat yang telah berhasil mengurangi kemiskinan dan meningkatkan indikator kesehatan serta pendidikan.
  • Memberikan dukungan teknis dan finansial untuk reformasi tata kelola pemerintahan, termasuk desentralisasi dan peningkatan pelayanan publik.
  • Mendukung upaya Indonesia dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+).
  • Membantu penguatan sistem keuangan dan inklusi keuangan melalui berbagai program reformasi sektor keuangan.

Saat ini, kemitraan Bank Dunia dengan Indonesia berfokus pada tiga area prioritas sesuai dengan Country Partnership Framework (CPF) 2021-2025:

  1. Memperkuat ketahanan ekonomi dan daya saing
  2. Meningkatkan modal manusia dan inklusi sosial
  3. Mendorong pertumbuhan hijau dan ketahanan terhadap bencana

Bank Dunia terus berperan penting dalam mendukung agenda pembangunan Indonesia, termasuk upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Kritik dan Kontroversi Seputar Bank Dunia

Meskipun Bank Dunia telah memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan global, lembaga ini juga tidak luput dari kritik dan kontroversi. Beberapa kritik utama yang sering dilontarkan terhadap Bank Dunia antara lain:

1. Dominasi negara-negara maju

Struktur pengambilan keputusan Bank Dunia yang memberikan hak suara lebih besar kepada negara-negara penyumbang dana terbesar (terutama AS dan negara-negara Eropa) dianggap tidak mencerminkan kesetaraan antar negara anggota. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan Bank Dunia lebih menguntungkan kepentingan negara-negara maju.

2. Pendekatan "one-size-fits-all"

Bank Dunia kerap dikritik karena menerapkan pendekatan pembangunan yang seragam tanpa mempertimbangkan konteks lokal yang beragam. Kebijakan seperti program penyesuaian struktural di masa lalu dianggap telah memperburuk kondisi ekonomi dan sosial di beberapa negara berkembang.

3. Dampak sosial dan lingkungan proyek-proyek besar

Beberapa proyek infrastruktur berskala besar yang didanai Bank Dunia telah menuai kritik karena dampak negatifnya terhadap masyarakat lokal dan lingkungan. Contohnya adalah kasus pemindahan paksa penduduk akibat pembangunan bendungan atau kerusakan ekosistem akibat proyek pertambangan.

4. Beban utang negara berkembang

Pinjaman Bank Dunia, meskipun dengan bunga rendah, tetap menambah beban utang negara-negara berkembang. Kritikus berpendapat bahwa hal ini dapat menciptakan ketergantungan dan membatasi ruang fiskal pemerintah untuk investasi pembangunan.

5. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas

Bank Dunia juga menghadapi tuntutan untuk meningkatkan transparansi dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi proyek. Beberapa pihak menilai mekanisme pertanggungjawaban Bank Dunia masih belum memadai, terutama dalam menangani keluhan dari masyarakat yang terdampak proyek.

6. Bias ideologis

Beberapa kritikus menganggap Bank Dunia terlalu condong pada pendekatan ekonomi neoliberal yang menekankan privatisasi, deregulasi, dan liberalisasi perdagangan. Hal ini dianggap dapat mengabaikan peran penting negara dalam pembangunan dan perlindungan sosial.

Menanggapi berbagai kritik tersebut, Bank Dunia telah melakukan sejumlah reformasi internal dan penyesuaian kebijakan. Beberapa langkah yang diambil antara lain:

  • Meningkatkan representasi negara berkembang dalam struktur pengambilan keputusan
  • Memperkuat safeguards sosial dan lingkungan dalam proyek-proyek yang didanai
  • Meningkatkan transparansi dengan membuka akses publik terhadap dokumen dan data proyek
  • Memperkuat mekanisme akuntabilitas seperti Inspection Panel untuk menangani keluhan terkait proyek
  • Mengadopsi pendekatan pembangunan yang lebih inklusif dan partisipatif
  • Meningkatkan fokus pada isu-isu seperti tata kelola pemerintahan, anti-korupsi, dan pemberdayaan masyarakat

Meskipun masih menghadapi berbagai tantangan, Bank Dunia terus berupaya menyesuaikan perannya untuk lebih efektif dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan global di tengah dinamika ekonomi dan geopolitik yang terus berubah.

Kesimpulan

Bank Dunia telah memainkan peran vital dalam upaya pembangunan global dan pengentasan kemiskinan selama lebih dari tujuh dekade. Melalui penyediaan sumber daya keuangan, bantuan teknis, dan berbagi pengetahuan, lembaga ini telah berkontribusi signifikan dalam membantu negara-negara berkembang mengatasi berbagai tantangan pembangunan.

Tujuan utama Bank Dunia untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dan mendorong kemakmuran bersama mencerminkan komitmennya terhadap pembangunan inklusif dan berkelanjutan. Melalui berbagai proyek dan inisiatif di bidang-bidang kunci seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan perubahan iklim, Bank Dunia terus berupaya menciptakan dampak positif bagi masyarakat di seluruh dunia.

Meskipun menghadapi berbagai kritik dan tantangan, Bank Dunia telah menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dan melakukan reformasi internal. Ke depan, peran Bank Dunia akan tetap penting dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan membantu negara-negara mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, ketimpangan, dan pemulihan pasca pandemi.

Bagi Indonesia, kemitraan dengan Bank Dunia telah memberikan manfaat nyata dalam mendukung agenda pembangunan nasional. Dengan terus memperkuat kolaborasi dan memastikan bahwa bantuan Bank Dunia selaras dengan prioritas pembangunan dalam negeri, Indonesia dapat mengoptimalkan peran lembaga ini untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunannya.

Pada akhirnya, efektivitas Bank Dunia dalam mencapai tujuannya akan bergantung pada kemampuannya untuk terus berinovasi, merespons kebutuhan negara-negara anggota, dan beradaptasi dengan tantangan pembangunan yang terus berubah. Dengan pendekatan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berfokus pada hasil, Bank Dunia dapat terus menjadi mitra penting bagi negara-negara berkembang dalam upaya mereka mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh warga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya