Fungsi Bangunan Candi, Peninggalan Bersejarah yang Sarat Makna

Pelajari fungsi candi sebagai warisan budaya Indonesia, dari tempat ibadah hingga simbol keagungan. Temukan makna mendalam di balik arsitektur megahnya.

oleh Shani Ramadhan Rasyid Diperbarui 24 Feb 2025, 17:16 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2025, 17:15 WIB
fungsi candi
fungsi candi ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Candi merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang paling megah dan menakjubkan. Bangunan-bangunan kuno ini bukan sekadar struktur batu yang indah, namun menyimpan berbagai fungsi dan makna mendalam bagi masyarakat pada zamannya. Mari kita telusuri lebih jauh tentang fungsi candi yang beragam dan sarat nilai sejarah.

Definisi dan Asal-usul Candi

Candi adalah bangunan kuno yang umumnya berasal dari masa Hindu-Buddha di Indonesia, sekitar abad ke-7 hingga ke-15 Masehi. Istilah "candi" sendiri berasal dari kata Sanskerta "candika", yang merujuk pada salah satu perwujudan Dewi Durga sebagai dewi kematian. Meski demikian, penggunaan istilah ini di Indonesia lebih luas, mencakup berbagai jenis bangunan suci peninggalan era klasik.

Candi-candi di Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kuil-kuil di India. Arsitektur candi Indonesia merupakan perpaduan antara konsep kosmologi Hindu-Buddha dengan unsur-unsur budaya lokal Nusantara. Hal ini terlihat dari bentuk dasar candi yang menyerupai gunung, yang dalam kepercayaan lokal dianggap sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan roh leluhur.

Perkembangan arsitektur candi di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode dan gaya, seperti gaya Jawa Tengah (abad 8-10 M) dan gaya Jawa Timur (abad 11-15 M). Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri, baik dari segi bentuk, ornamen, maupun tata letaknya.

Fungsi Utama Candi sebagai Tempat Ibadah

Salah satu fungsi utama candi adalah sebagai tempat ibadah atau pemujaan. Bagi pemeluk agama Hindu, candi berfungsi sebagai "devasthanam" atau tempat suci yang menghubungkan antara manusia dengan dewa. Candi Hindu umumnya dipersembahkan untuk dewa-dewa utama seperti Siwa, Wisnu, atau Brahma.

Sementara itu, dalam tradisi Buddha, candi seringkali berfungsi sebagai stupa, yaitu bangunan suci yang menyimpan relik Buddha atau para bhiksu terkemuka. Candi-candi Buddha juga sering digunakan sebagai tempat meditasi dan pembelajaran ajaran Buddha.

Beberapa candi bahkan memadukan unsur Hindu dan Buddha, mencerminkan sinkretisme keagamaan yang berkembang pada masa itu. Contohnya adalah Candi Borobudur yang memiliki unsur-unsur ajaran Buddha Mahayana, namun juga menampilkan relief-relief yang terinspirasi dari mitologi Hindu.

Dalam praktik ibadahnya, para pemuja akan melakukan ritual-ritual tertentu di candi, seperti:

  • Mempersembahkan sesaji berupa bunga, dupa, atau makanan
  • Melantunkan mantra-mantra suci
  • Melakukan pradaksina (berjalan mengelilingi candi searah jarum jam)
  • Bermeditasi di depan arca dewa atau Buddha

Kegiatan-kegiatan ibadah ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat umum, tetapi juga oleh para raja dan bangsawan sebagai bagian dari upacara-upacara kerajaan.

Candi sebagai Makam dan Tempat Penghormatan Leluhur

Selain sebagai tempat ibadah, banyak candi di Indonesia juga berfungsi sebagai makam atau tempat penghormatan bagi raja-raja dan tokoh penting yang telah wafat. Fungsi ini terutama terlihat pada candi-candi Hindu, di mana seorang raja yang telah meninggal dianggap telah bersatu dengan dewa pelindungnya.

Dalam konsep ini, candi tidak hanya menjadi tempat penyimpanan abu jenazah raja, tetapi juga sebagai sarana untuk "mendewakan" sang raja. Arca utama di dalam candi seringkali merupakan perwujudan raja yang telah meninggal dalam bentuk dewa tertentu. Misalnya, Raja Anusapati dari Kerajaan Singasari dipercaya didharmakan (diabadikan) di Candi Kidal dalam wujud Dewa Siwa.

Beberapa contoh candi yang berfungsi sebagai tempat pendharmaan raja antara lain:

  • Candi Jago: diduga sebagai tempat pendharmaan Raja Wisnuwardhana dari Kerajaan Singasari
  • Candi Rimbi: diyakini sebagai tempat pendharmaan Ratu Tribhuwana Tunggadewi dari Kerajaan Majapahit
  • Candi Surawana: kemungkinan merupakan tempat pendharmaan Bhre Wengker, seorang pangeran Majapahit

Praktik pendharmaan ini memiliki makna spiritual dan politis yang dalam. Secara spiritual, hal ini dianggap sebagai cara untuk memudahkan perjalanan roh raja menuju alam dewa. Sementara secara politis, candi pendharmaan menjadi simbol legitimasi kekuasaan dinasti tertentu dan memperkuat hubungan antara kerajaan dengan para dewa pelindungnya.

Candi sebagai Pusat Pendidikan dan Kebudayaan

Fungsi candi tidak terbatas pada aspek keagamaan dan penghormatan leluhur saja. Banyak kompleks percandian juga berperan sebagai pusat pendidikan dan pengembangan kebudayaan. Hal ini terutama terlihat pada candi-candi besar yang memiliki area yang luas dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas.

Sebagai pusat pendidikan, candi menjadi tempat para biksu, pendeta, atau cendekiawan berkumpul untuk mempelajari dan mendiskusikan ajaran-ajaran agama, filsafat, seni, dan ilmu pengetahuan. Beberapa candi bahkan memiliki ruangan-ruangan khusus yang diduga berfungsi sebagai tempat belajar atau perpustakaan.

Contoh nyata dari fungsi pendidikan ini dapat dilihat pada kompleks Candi Plaosan di Jawa Tengah. Di sini ditemukan prasasti-prasasti pendek yang berisi kutipan-kutipan dari kitab-kitab suci Buddha, yang kemungkinan digunakan sebagai bahan pembelajaran.

Dari segi kebudayaan, candi menjadi tempat berkembangnya berbagai bentuk seni, seperti:

  • Seni pahat: terlihat dari relief-relief yang menghiasi dinding candi
  • Seni arsitektur: tercermin dari desain dan struktur candi yang rumit
  • Seni sastra: banyak kisah-kisah dalam relief candi diambil dari karya sastra kuno
  • Seni pertunjukan: candi sering menjadi tempat digelarnya upacara-upacara yang melibatkan tarian dan musik

Dengan demikian, candi tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat peradaban yang memelihara dan mengembangkan kekayaan intelektual dan artistik masyarakat pada masanya.

Candi sebagai Simbol Kekuasaan dan Keagungan Kerajaan

Pembangunan candi seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek politik dan kekuasaan. Bagi kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia, candi berfungsi sebagai simbol kekuasaan dan keagungan. Semakin besar dan megah sebuah candi, semakin tinggi pula prestise kerajaan yang membangunnya.

Beberapa contoh candi yang mencerminkan keagungan kerajaan antara lain:

  • Candi Borobudur: dibangun oleh Dinasti Sailendra, menunjukkan kejayaan Kerajaan Mataram Kuno
  • Candi Prambanan: dibangun oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, menjadi simbol kebangkitan kembali Hindu di Jawa Tengah
  • Candi Penataran: kompleks candi terbesar di Jawa Timur, mencerminkan kebesaran Kerajaan Majapahit

Pembangunan candi-candi besar ini tentunya membutuhkan sumber daya yang sangat besar, baik dari segi material, tenaga kerja, maupun keahlian. Hal ini menunjukkan kemampuan organisasi dan manajemen yang tinggi dari kerajaan-kerajaan tersebut.

Selain itu, candi juga sering menjadi tempat dilangsungkannya upacara-upacara kerajaan yang penting, seperti penobatan raja, perayaan kemenangan perang, atau upacara kesuburan. Dengan demikian, candi menjadi pusat legitimasi kekuasaan raja dan kerajaannya di mata rakyat dan kerajaan-kerajaan tetangga.

Fungsi Astronomis dan Kalender Candi

Beberapa candi di Indonesia juga memiliki fungsi astronomis yang menarik. Para arsitek dan pembangun candi kuno ternyata telah memiliki pengetahuan yang mendalam tentang perbintangan dan pergerakan matahari. Pengetahuan ini mereka terapkan dalam desain dan orientasi candi.

Contoh paling terkenal dari fungsi astronomis candi adalah Candi Borobudur. Penelitian menunjukkan bahwa tata letak candi ini memiliki kaitan erat dengan posisi rasi bintang tertentu. Selain itu, pada tanggal-tanggal tertentu, matahari terbit tepat di antara dua stupa di puncak candi, menciptakan pemandangan yang spektakuler.

Candi Sukuh di Jawa Tengah juga dikenal memiliki fungsi astronomis. Bentuk candi yang menyerupai piramida terpancung ini diyakini berkaitan dengan pengamatan matahari dan perhitungan kalender pertanian.

Fungsi astronomis candi tidak hanya untuk kepentingan spiritual, tetapi juga praktis. Pengamatan terhadap benda-benda langit membantu masyarakat kuno dalam:

  • Menentukan waktu yang tepat untuk menanam dan memanen
  • Memprediksi musim dan perubahan cuaca
  • Menghitung penanggalan untuk upacara-upacara keagamaan
  • Navigasi dalam pelayaran

Dengan demikian, candi tidak hanya menjadi pusat spiritual, tetapi juga pusat ilmu pengetahuan yang memadukan antara astronomi, matematika, dan kepercayaan religius.

Candi sebagai Pusat Ekonomi dan Perdagangan

Meskipun fungsi utamanya adalah keagamaan, banyak kompleks percandian juga berperan sebagai pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan. Hal ini terutama terlihat pada candi-candi besar yang menjadi tempat ziarah atau pusat keagamaan yang penting.

Beberapa cara candi berfungsi sebagai pusat ekonomi antara lain:

  • Pasar: Area di sekitar candi sering digunakan sebagai tempat berlangsungnya pasar, di mana para pedagang menjual berbagai barang kebutuhan para peziarah.
  • Penginapan: Untuk mengakomodasi para peziarah yang datang dari jauh, di sekitar candi biasanya terdapat penginapan atau pesanggrahan.
  • Industri kerajinan: Kebutuhan akan benda-benda ritual dan suvenir mendorong berkembangnya industri kerajinan di sekitar candi.
  • Pusat distribusi: Beberapa candi besar memiliki lumbung padi atau gudang yang berfungsi sebagai pusat penyimpanan dan distribusi hasil bumi.

Contoh nyata dari fungsi ekonomi candi dapat dilihat pada kompleks Candi Prambanan. Prasasti Siwagrha menyebutkan bahwa di sekitar candi terdapat pasar dan berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan perdagangan.

Selain itu, candi juga sering menjadi titik pertemuan jalur-jalur perdagangan penting. Misalnya, Candi Muara Takus di Riau diduga memiliki kaitan erat dengan jalur perdagangan di Selat Malaka.

Dengan demikian, candi tidak hanya menjadi pusat spiritual, tetapi juga berperan penting dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat di sekitarnya.

Fungsi Candi dalam Sistem Irigasi Kuno

Beberapa candi di Indonesia memiliki fungsi yang unik terkait dengan sistem irigasi dan pengelolaan air. Fungsi ini terutama terlihat pada candi-candi yang dibangun di dekat sumber air atau sungai. Para arsitek kuno ternyata telah memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hidrolik dan mampu mengintegrasikannya dengan arsitektur candi.

Beberapa contoh candi dengan fungsi irigasi antara lain:

  • Candi Tikus di Trowulan: Memiliki sistem saluran air yang rumit dan diduga berfungsi sebagai tempat penyucian air sekaligus pengatur distribusi air untuk pertanian.
  • Candi Jolotundo di lereng Gunung Penanggungan: Merupakan petirtaan (pemandian suci) yang juga berfungsi sebagai penampung dan penyalur air untuk daerah di bawahnya.
  • Candi Penataran: Memiliki kolam-kolam yang diduga berperan dalam sistem irigasi untuk area pertanian di sekitarnya.

Fungsi irigasi candi ini memiliki beberapa tujuan:

  • Menyediakan air bersih untuk kebutuhan ritual dan masyarakat sekitar
  • Mengatur aliran air untuk mencegah banjir pada musim hujan
  • Menyimpan dan mendistribusikan air untuk pertanian pada musim kemarau
  • Menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar candi

Keberadaan sistem irigasi ini juga menunjukkan bahwa masyarakat kuno memahami pentingnya pengelolaan sumber daya air. Mereka mampu memadukan aspek spiritual dengan kebutuhan praktis masyarakat dalam satu sistem yang terintegrasi.

Candi sebagai Sumber Informasi Sejarah dan Arkeologi

Dalam konteks modern, candi memiliki fungsi yang sangat penting sebagai sumber informasi sejarah dan objek penelitian arkeologi. Melalui studi terhadap candi, para ahli dapat memperoleh berbagai informasi berharga tentang kehidupan masyarakat Indonesia kuno.

Beberapa aspek yang dapat dipelajari dari candi antara lain:

  • Sistem kepercayaan dan praktik keagamaan
  • Struktur sosial dan politik
  • Perkembangan teknologi dan arsitektur
  • Hubungan perdagangan dan pertukaran budaya dengan wilayah lain
  • Kehidupan sehari-hari masyarakat melalui relief-relief yang menggambarkan berbagai aktivitas

Candi juga sering menjadi sumber penemuan artefak-artefak berharga seperti arca, prasasti, atau benda-benda ritual. Misalnya, penemuan Prasasti Sangguran di dekat Candi Penataran telah memberikan informasi penting tentang sistem pemerintahan Kerajaan Majapahit.

Selain itu, studi terhadap teknik konstruksi dan bahan bangunan candi dapat memberikan wawasan tentang kemajuan teknologi pada masa itu. Misalnya, teknik penyusunan batu di Candi Borobudur yang tidak menggunakan perekat menunjukkan keahlian yang sangat tinggi dalam bidang arsitektur.

Dengan demikian, candi menjadi "buku sejarah" yang terpahat dalam batu, memberikan gambaran yang kaya tentang peradaban Indonesia kuno dan menjadi sumber pembelajaran yang tak ternilai bagi generasi sekarang dan masa depan.

Fungsi Candi dalam Pariwisata dan Pelestarian Budaya

Di era modern, candi memiliki fungsi baru yang tidak kalah pentingnya, yaitu sebagai objek wisata dan sarana pelestarian budaya. Keindahan arsitektur dan nilai sejarah yang terkandung dalam candi menjadikannya daya tarik wisata yang sangat potensial.

Beberapa manfaat candi dalam konteks pariwisata dan pelestarian budaya antara lain:

  • Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar melalui industri pariwisata
  • Menjadi sarana edukasi tentang sejarah dan budaya Indonesia
  • Memperkuat identitas nasional dan kebanggaan terhadap warisan budaya
  • Mendorong upaya pelestarian dan pemugaran situs-situs bersejarah
  • Menjadi objek penelitian yang berkelanjutan bagi para ahli dari berbagai disiplin ilmu

Beberapa candi bahkan telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO, seperti Candi Borobudur dan Prambanan. Pengakuan ini semakin meningkatkan nilai dan daya tarik candi-candi tersebut di mata dunia internasional.

Namun, fungsi pariwisata ini juga membawa tantangan tersendiri. Diperlukan keseimbangan antara upaya menjadikan candi sebagai objek wisata dengan upaya pelestariannya. Beberapa langkah yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan ini antara lain:

  • Pembatasan jumlah pengunjung untuk mencegah kerusakan
  • Edukasi kepada pengunjung tentang pentingnya menjaga kelestarian candi
  • Penggunaan teknologi dalam pemantauan dan perawatan candi
  • Melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian dan pengelolaan candi

Dengan pengelolaan yang tepat, fungsi candi sebagai objek wisata dapat berjalan selaras dengan upaya pelestariannya, sehingga warisan budaya ini dapat terus dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.

Kesimpulan

Candi, sebagai warisan budaya Indonesia yang tak ternilai, memiliki beragam fungsi yang mencerminkan kompleksitas dan kecanggihan peradaban kuno Nusantara. Dari tempat ibadah dan simbol kekuasaan hingga pusat ilmu pengetahuan dan ekonomi, candi telah memainkan peran vital dalam membentuk sejarah dan identitas bangsa Indonesia.

Di era modern, fungsi candi terus berkembang. Kini, selain menjadi objek penelitian sejarah dan arkeologi yang tak ternilai, candi juga berperan penting dalam industri pariwisata dan upaya pelestarian budaya. Keberadaan candi menjadi pengingat akan kejayaan masa lalu sekaligus inspirasi bagi generasi sekarang untuk terus membangun dan memajukan bangsa.

Memahami dan menghargai berbagai fungsi candi ini tidak hanya penting bagi pelestarian warisan budaya, tetapi juga untuk memperkuat identitas nasional dan mempromosikan pemahaman lintas budaya. Dengan terus mempelajari dan melestarikan candi-candi ini, kita tidak hanya menghormati pencapaian leluhur, tetapi juga membangun jembatan antara masa lalu, kini, dan masa depan Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya