Liputan6.com, Jakarta - Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan peristiwa bersejarah yang menjadi tonggak penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perundingan ini dilatarbelakangi oleh serangkaian konflik dan perundingan antara Indonesia dan Belanda pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Belanda berupaya untuk kembali menguasai wilayah bekas jajahannya. Hal ini memicu terjadinya konflik bersenjata dan perundingan-perundingan diplomatik yang alot antara kedua pihak. Beberapa perundingan penting yang mendahului KMB antara lain:
- Perjanjian Linggarjati (1947)
- Perjanjian Renville (1948)
- Perjanjian Roem-Royen (1949)
Meskipun telah dilakukan beberapa perundingan, konflik antara Indonesia dan Belanda belum juga terselesaikan secara tuntas. Belanda bahkan melancarkan dua kali agresi militer pada tahun 1947 dan 1948 yang mendapat kecaman keras dari dunia internasional.
Advertisement
Tekanan internasional, terutama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat, akhirnya mendorong Belanda untuk kembali ke meja perundingan. PBB mengeluarkan resolusi yang mendesak kedua pihak untuk menghentikan permusuhan dan melakukan perundingan damai.
Dalam konteks inilah Konferensi Meja Bundar akhirnya diselenggarakan sebagai upaya terakhir untuk menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda secara damai dan menyeluruh. KMB menjadi arena diplomasi yang sangat krusial bagi Indonesia untuk memperjuangkan pengakuan kedaulatannya secara de jure dari pihak Belanda.
Tujuan Utama Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar memiliki beberapa tujuan utama yang ingin dicapai, antara lain:
-
Menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda secara damai
KMB bertujuan untuk mengakhiri permusuhan dan konflik bersenjata antara Indonesia dan Belanda yang telah berlangsung sejak proklamasi kemerdekaan. Melalui perundingan damai, diharapkan dapat dicapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.
-
Memperoleh pengakuan kedaulatan Indonesia
Tujuan terpenting KMB adalah mendapatkan pengakuan resmi dari Belanda atas kedaulatan Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Hal ini akan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.
-
Menentukan bentuk negara Indonesia pasca-kemerdekaan
KMB juga bertujuan untuk menyepakati bentuk negara Indonesia setelah pengakuan kedaulatan, apakah akan berbentuk negara kesatuan atau federal.
-
Menyelesaikan masalah-masalah yang belum tuntas
Ada beberapa isu yang belum terselesaikan dari perundingan-perundingan sebelumnya, seperti masalah utang Hindia Belanda dan status Irian Barat. KMB diharapkan dapat menuntaskan persoalan-persoalan tersebut.
-
Mengatur hubungan Indonesia-Belanda pasca-pengakuan kedaulatan
KMB juga bertujuan untuk merumuskan bentuk hubungan antara Indonesia dan Belanda setelah pengakuan kedaulatan, termasuk dalam bidang ekonomi, militer, dan sosial-budaya.
Dengan tujuan-tujuan tersebut, KMB menjadi arena diplomasi yang sangat penting dan menentukan bagi masa depan Indonesia sebagai negara merdeka. Delegasi Indonesia berupaya keras untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan memastikan tercapainya pengakuan kedaulatan yang penuh dari pihak Belanda.
Advertisement
Pelaksanaan Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949. Perundingan ini melibatkan tiga pihak utama:
- Delegasi Republik Indonesia
- Delegasi Kerajaan Belanda
- Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) yang mewakili negara-negara federal bentukan Belanda
Konferensi dibuka secara resmi pada 23 Agustus 1949 di Gedung Ridderzaal (Balai Ksatria) dengan pidato sambutan dari beberapa tokoh penting:
- Perdana Menteri Belanda Dr. Willem Drees
- Ketua Delegasi RI Drs. Mohammad Hatta
- Ketua Delegasi BFO Sultan Hamid II
- Menteri Wilayah Seberang Lautan Belanda Mr. J.H van Maarseveen
- Ketua Komisi PBB untuk Indonesia Merle Cochran
Selama lebih dari dua bulan, delegasi dari ketiga pihak terlibat dalam perundingan intensif untuk membahas berbagai isu krusial. Beberapa tahapan penting dalam pelaksanaan KMB antara lain:
-
Pembahasan masalah politik dan ketatanegaraan
Ini meliputi diskusi tentang bentuk negara, konstitusi, dan pengakuan kedaulatan.
-
Pembahasan masalah ekonomi dan keuangan
Termasuk di dalamnya adalah persoalan utang Hindia Belanda dan kerja sama ekonomi di masa depan.
-
Pembahasan masalah militer
Membahas penarikan pasukan Belanda dan pembentukan angkatan bersenjata Indonesia.
-
Pembahasan masalah sosial-budaya
Termasuk kerja sama di bidang pendidikan dan kebudayaan.
-
Pembahasan status Irian Barat
Ini menjadi salah satu isu paling alot dalam perundingan.
Meskipun terjadi perdebatan sengit dalam beberapa isu, delegasi dari ketiga pihak berupaya keras untuk mencapai kesepakatan. Peran mediasi dari Komisi PBB untuk Indonesia juga cukup signifikan dalam membantu proses perundingan.
Setelah melalui proses panjang, akhirnya pada 2 November 1949 tercapai kesepakatan final yang ditandatangani oleh ketiga pihak. Ini menandai berakhirnya Konferensi Meja Bundar yang bersejarah tersebut.
Hasil dan Kesepakatan Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar menghasilkan beberapa kesepakatan penting yang menjadi tonggak bersejarah bagi Indonesia. Berikut adalah hasil-hasil utama dari KMB:
-
Pengakuan kedaulatan Indonesia
Belanda setuju untuk mengakui kedaulatan Indonesia secara penuh, tidak bersyarat dan tidak dapat dicabut. Pengakuan ini akan dilakukan selambat-lambatnya pada 30 Desember 1949.
-
Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS)
Indonesia akan berbentuk negara federal dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang terdiri dari 16 negara bagian termasuk Republik Indonesia sebagai salah satu negara bagian terbesar.
-
Uni Indonesia-Belanda
Dibentuk Uni Indonesia-Belanda yang bersifat longgar dengan Ratu Belanda sebagai kepala simbolis. Uni ini lebih merupakan wadah kerja sama daripada entitas politik.
-
Pengambilalihan utang Hindia Belanda
RIS setuju untuk mengambil alih utang Hindia Belanda sebesar 4,3 miliar gulden, meskipun hal ini menimbulkan kontroversi di kalangan nasionalis Indonesia.
-
Penarikan pasukan Belanda
Disepakati penarikan bertahap pasukan Belanda dari wilayah Indonesia, serta pembubaran KNIL (tentara kolonial Hindia Belanda) yang anggotanya dapat bergabung dengan Angkatan Perang RIS.
-
Penundaan status Irian Barat
Status Irian Barat (Papua) akan ditentukan melalui perundingan antara RIS dan Belanda dalam waktu setahun setelah pengakuan kedaulatan.
-
Kerja sama ekonomi
Disepakati berbagai bentuk kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Belanda, termasuk perlindungan investasi Belanda di Indonesia.
Meskipun beberapa poin kesepakatan KMB mengundang kritik dari kalangan nasionalis Indonesia, secara keseluruhan hasil KMB dianggap sebagai kemenangan diplomasi bagi Indonesia. Pengakuan kedaulatan yang diperoleh menjadi langkah penting bagi Indonesia untuk memantapkan kemerdekaannya di mata dunia internasional.
Kesepakatan KMB kemudian diratifikasi oleh parlemen kedua negara. Di Indonesia, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) meratifikasi hasil KMB pada 14 Desember 1949. Sementara parlemen Belanda meratifikasinya pada 21 Desember 1949.
Puncak dari proses KMB adalah upacara pengakuan kedaulatan yang dilaksanakan secara bersamaan di Amsterdam dan Jakarta pada 27 Desember 1949. Momen ini menandai berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda atas Indonesia dan lahirnya Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh.
Advertisement
Dampak dan Pengaruh Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar membawa dampak dan pengaruh yang sangat signifikan, tidak hanya bagi Indonesia dan Belanda, tetapi juga bagi konstelasi politik internasional. Berikut adalah beberapa dampak penting dari KMB:
-
Pengakuan internasional atas kemerdekaan Indonesia
Dengan pengakuan kedaulatan dari Belanda, posisi Indonesia sebagai negara merdeka semakin kuat di mata dunia internasional. Hal ini membuka jalan bagi Indonesia untuk menjalin hubungan diplomatik dengan lebih banyak negara dan berpartisipasi aktif dalam forum-forum internasional.
-
Perubahan bentuk negara
Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) mengubah struktur ketatanegaraan Indonesia dari negara kesatuan menjadi negara federal. Meskipun RIS hanya bertahan singkat (hingga Agustus 1950), periode ini menjadi bagian penting dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.
-
Beban ekonomi
Pengambilalihan utang Hindia Belanda sebesar 4,3 miliar gulden menjadi beban berat bagi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. Hal ini mempengaruhi kebijakan ekonomi Indonesia di tahun-tahun awal kemerdekaannya.
-
Masalah Irian Barat
Penundaan penyelesaian status Irian Barat menjadi sumber ketegangan berkepanjangan antara Indonesia dan Belanda. Konflik ini baru terselesaikan pada tahun 1969 setelah melalui berbagai perundingan dan konfrontasi.
-
Transformasi hubungan Indonesia-Belanda
KMB mengubah hubungan Indonesia-Belanda dari hubungan kolonial menjadi hubungan antar negara yang setara. Meskipun masih ada ketegangan, kedua negara mulai membangun kerja sama di berbagai bidang.
-
Konsolidasi internal Indonesia
Pasca-KMB, Indonesia menghadapi tantangan untuk mengkonsolidasi kekuatan internal dan membangun negara yang baru merdeka. Proses ini diwarnai berbagai gejolak politik dan pemberontakan di beberapa daerah.
-
Pengaruh pada gerakan dekolonisasi global
Keberhasilan Indonesia memperoleh kedaulatan melalui KMB menjadi inspirasi bagi gerakan kemerdekaan di negara-negara terjajah lainnya, terutama di Asia dan Afrika.
-
Perkembangan hukum internasional
Proses dan hasil KMB memberikan kontribusi penting dalam perkembangan hukum internasional, terutama terkait proses dekolonisasi dan pengakuan kedaulatan negara baru.
Meskipun ada beberapa aspek kontroversial, secara keseluruhan KMB dianggap sebagai tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Konferensi ini menandai berakhirnya era penjajahan dan dimulainya era baru Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat penuh.
Tokoh-Tokoh Penting dalam Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar melibatkan sejumlah tokoh penting dari berbagai pihak. Berikut adalah beberapa tokoh kunci yang berperan dalam KMB:
Delegasi Republik Indonesia:
- Mohammad Hatta - Ketua delegasi RI, wakil presiden RI
- Mohammad Roem - Wakil ketua delegasi
- Prof. Dr. Soepomo - Ahli hukum tata negara
- Dr. J. Leimena - Menteri Kesehatan RI
- Ali Sastroamidjojo - Diplomat dan tokoh PNI
- Sutan Sjahrir - Mantan Perdana Menteri RI
- Dr. Sumitro Djojohadikusumo - Ahli ekonomi
- Kolonel T.B. Simatupang - Perwakilan militer
Delegasi Belanda:
- J.H. van Maarseveen - Ketua delegasi, Menteri Wilayah Seberang Lautan
- Dr. J.H. van Roijen - Diplomat senior Belanda
- Mr. T. Elink Schuurman - Ahli hukum
- Dr. J.P. Bannier - Pejabat Kementerian Luar Negeri
Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg):
- Sultan Hamid II - Ketua delegasi, Sultan Pontianak
- Anak Agung Gde Agung - Wakil ketua, perwakilan Negara Indonesia Timur
- T. Dzulkarnain - Perwakilan Sumatera Timur
Komisi PBB untuk Indonesia (UNCI):
- Merle Cochran - Ketua UNCI, perwakilan Amerika Serikat
- Raymond Herremans - Perwakilan Belgia
- Thomas K. Critchley - Perwakilan Australia
Tokoh Lainnya:
- Dr. Willem Drees - Perdana Menteri Belanda
- Ratu Juliana - Ratu Belanda
- Sukarno - Presiden RI (tidak hadir langsung dalam KMB)
Masing-masing tokoh membawa peran dan kontribusi penting dalam proses perundingan. Mohammad Hatta, sebagai ketua delegasi RI, memainkan peran krusial dalam memperjuangkan kepentingan Indonesia. Sementara itu, tokoh-tokoh seperti Soepomo dan Sumitro Djojohadikusumo memberikan masukan penting dalam aspek hukum dan ekonomi.
Di pihak Belanda, van Maarseveen dan van Roijen menjadi figur kunci dalam proses negosiasi. Sementara peran mediasi dari Komisi PBB, terutama Merle Cochran, sangat penting dalam memfasilitasi tercapainya kesepakatan.
Meskipun tidak hadir langsung dalam KMB, Presiden Sukarno tetap memainkan peran penting di balik layar dalam mengarahkan strategi diplomasi Indonesia. Keputusan-keputusan penting tetap dikonsultasikan dengannya.
Interaksi dan negosiasi antara tokoh-tokoh ini selama lebih dari dua bulan akhirnya menghasilkan kesepakatan yang menjadi tonggak penting dalam sejarah Indonesia.
Advertisement
Perbandingan dengan Perundingan Sebelumnya
Konferensi Meja Bundar merupakan puncak dari serangkaian perundingan antara Indonesia dan Belanda. Berikut adalah perbandingan KMB dengan beberapa perundingan sebelumnya:
1. Perjanjian Linggarjati (1947)
- Persamaan: Sama-sama membahas pengakuan de facto atas wilayah Republik Indonesia.
-
Perbedaan:
- Linggarjati hanya mengakui kedaulatan RI atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
- KMB membahas pengakuan kedaulatan atas seluruh bekas Hindia Belanda (kecuali Irian Barat).
- Linggarjati masih menempatkan Indonesia dalam struktur Kerajaan Belanda, sementara KMB mengakui Indonesia sebagai negara merdeka sepenuhnya.
2. Perjanjian Renville (1948)
- Persamaan: Keduanya membahas gencatan senjata dan penarikan pasukan.
-
Perbedaan:
- Renville lebih fokus pada aspek militer dan penentuan garis demarkasi.
- KMB lebih komprehensif, mencakup aspek politik, ekonomi, dan sosial-budaya.
- Renville masih menempatkan RI dalam struktur federal bentukan Belanda, sementara KMB mengakui kedaulatan penuh RI.
3. Perjanjian Roem-Royen (1949)
- Persamaan: Keduanya merupakan langkah menuju pengakuan kedaulatan Indonesia.
-
Perbedaan:
- Roem-Royen lebih bersifat persiapan untuk KMB, sementara KMB adalah perundingan final.
- Roem-Royen berfokus pada pemulihan pemerintahan RI di Yogyakarta dan persiapan KMB.
- KMB membahas secara detail pengaturan pasca-pengakuan kedaulatan.
Keunggulan KMB dibanding perundingan sebelumnya:
- Lebih komprehensif: KMB membahas hampir semua aspek hubungan Indonesia-Belanda.
- Pengakuan kedaulatan penuh: KMB menghasilkan pengakuan kedaulatan yang tidak bersyarat.
- Keterlibatan internasional: Adanya mediasi PBB memberi legitimasi lebih kuat.
- Posisi tawar lebih kuat: Indonesia berada dalam posisi diplomatik yang lebih kuat dibanding perundingan sebelumnya.
- Bersifat final: KMB dimaksudkan sebagai penyelesaian akhir konflik Indonesia-Belanda.
Meskipun perundingan-perundingan sebelumnya memiliki peran penting dalam proses diplomasi Indonesia, KMB menjadi yang paling signifikan karena menghasilkan pengakuan kedaulatan yang menjadi tujuan utama perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tantangan dan Kontroversi Seputar Konferensi Meja Bundar
Meskipun KMB dianggap sebagai keberhasilan diplomasi Indonesia, proses dan hasilnya tidak lepas dari berbagai tantangan dan kontroversi. Beberapa di antaranya adalah:
-
Masalah utang Hindia Belanda
Keputusan Indonesia untuk mengambil alih utang Hindia Belanda sebesar 4,3 miliar gulden menuai kritik keras dari kalangan nasionalis. Mereka menganggap ini sebagai beban yang tidak adil, mengingat sebagian utang tersebut digunakan Belanda untuk memerangi kemerdekaan Indonesia.
-
Status Irian Barat
Penundaan penyelesaian status Irian Barat dianggap sebagai kelemahan hasil KMB. Hal ini menjadi sumber ketegangan berkepanjangan antara Indonesia dan Belanda hingga tahun 1960-an.
-
Bentuk negara federal
Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara federal menimbulkan perdebatan di kalangan nasionalis Indonesia yang lebih menginginkan bentuk negara kesatuan.
-
Uni Indonesia-Belanda
Pembentukan Uni Indonesia-Belanda dianggap oleh sebagian pihak sebagai bentuk neokolonialisme dan membatasi kedaulatan Indonesia.
-
Perbedaan interpretasi
Beberapa poin dalam kesepakatan KMB memiliki rumusan yang ambigu, sehingga menimbulkan perbedaan interpretasi antara Indonesia dan Belanda di kemudian hari.
-
Kritik terhadap delegasi Indonesia
Beberapa pihak mengkritik delegasi Indonesia yang dianggap terlalu banyak memberikan konsesi kepada Belanda.
-
Masalah ekonomi
Kesepakatan ekonomi dalam KMB dianggap lebih menguntungkan Belanda dan membatasi ruang gerak ekonomi Indonesia.
-
Ketegangan internal
Proses dan hasil KMB menimbulkan ketegangan internal di Indonesia, terutama antara kelompok yang mendukung dan menentang hasil perundingan.
-
Peran PBB
Beberapa pihak mengkritisi peran Komisi PBB yang dianggap tidak cukup netral dan cenderung berpihak pada kepentingan Barat.
-
Masalah militer
Proses integrasi mantan anggota KNIL ke dalam Angkatan Perang RIS menimbulkan berbagai persoalan teknis dan politis.
Tantangan dan kontroversi ini mewarnai proses implementasi hasil KMB di tahun-tahun berikutnya. Beberapa isu, seperti masalah Irian Barat dan bentuk negara, bahkan memicu gejolak politik yang cukup serius di Indonesia.
Meskipun demikian, secara keseluruhan KMB tetap dianggap sebagai pencapaian diplomatik yang signifikan bagi Indonesia dalam upaya memperoleh pengakuan internasional atas kemerdekaannya.
Advertisement
Warisan dan Signifikansi Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar meninggalkan warisan dan signifikansi yang mendalam, tidak hanya bagi Indonesia dan Belanda, tetapi juga bagi perkembangan politik internasional. Beberapa aspek penting dari warisan KMB antara lain:
-
Tonggak diplomasi Indonesia
KMB menjadi bukti keberhasilan diplomasi Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Ini menjadi inspirasi bagi upaya-upaya diplomasi Indonesia di masa depan.
-
Pengakuan internasional
Hasil KMB membuka jalan bagi pengakuan internasional yang lebih luas terhadap kemerdekaan Indonesia. Ini memperkuat posisi Indonesia di kancah global.
-
Pembelajaran sejarah
Proses dan hasil KMB menjadi bahan pembelajaran penting dalam sejarah diplomasi dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
-
Transformasi hubungan Indonesia- Belanda
KMB mengubah hubungan Indonesia-Belanda dari hubungan kolonial menjadi hubungan antar negara yang setara. Meskipun masih ada ketegangan, ini menjadi dasar bagi pengembangan hubungan bilateral di masa depan.
-
Pengaruh pada gerakan dekolonisasi global
Keberhasilan Indonesia dalam KMB menjadi inspirasi bagi gerakan kemerdekaan di negara-negara terjajah lainnya, terutama di Asia dan Afrika. Ini mempercepat proses dekolonisasi global pasca Perang Dunia II.
-
Perkembangan hukum internasional
Proses dan hasil KMB memberikan kontribusi penting dalam perkembangan hukum internasional, terutama terkait proses dekolonisasi dan pengakuan kedaulatan negara baru. Beberapa aspek dari KMB menjadi preseden dalam penyelesaian sengketa internasional serupa.
-
Warisan ekonomi
Meskipun kontroversial, pengambilalihan utang Hindia Belanda oleh Indonesia menjadi bagian dari warisan ekonomi KMB. Ini mempengaruhi kebijakan ekonomi Indonesia di tahun-tahun awal kemerdekaannya dan menjadi pelajaran penting dalam manajemen utang negara.
-
Pembentukan identitas nasional
Proses KMB dan implementasi hasilnya berperan dalam pembentukan identitas nasional Indonesia sebagai negara merdeka. Perdebatan seputar bentuk negara dan hubungan dengan Belanda pasca-KMB menjadi bagian dari proses pembentukan konsensus nasional Indonesia.
-
Pembelajaran politik
Dinamika internal Indonesia selama dan setelah KMB menjadi pembelajaran penting dalam politik Indonesia. Ini mencakup proses pengambilan keputusan, manajemen perbedaan pendapat, dan konsolidasi kekuatan nasional.
-
Warisan militer
Kesepakatan KMB terkait penarikan pasukan Belanda dan pembentukan angkatan bersenjata Indonesia menjadi dasar bagi pengembangan militer Indonesia di masa depan.
Signifikansi KMB juga terlihat dalam cara peristiwa ini diingat dan diperingati. Di Indonesia, KMB sering dijadikan referensi dalam diskusi tentang diplomasi dan perjuangan kemerdekaan. Sementara di Belanda, KMB menjadi bagian dari proses introspeksi dan rekonsiliasi dengan masa lalu kolonialnya.
Meskipun beberapa aspek dari KMB masih menjadi bahan perdebatan hingga kini, tidak dapat dipungkiri bahwa konferensi ini merupakan momen penting dalam sejarah Indonesia dan hubungan internasional. KMB menjadi simbol transisi Indonesia dari negara terjajah menjadi negara merdeka yang berdaulat, sekaligus menandai perubahan dalam tatanan dunia pasca-kolonial.
Pertanyaan Umum Seputar Konferensi Meja Bundar
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan terkait Konferensi Meja Bundar beserta jawabannya:
1. Mengapa disebut Konferensi Meja Bundar?
Nama "Konferensi Meja Bundar" berasal dari bentuk meja yang digunakan dalam perundingan tersebut. Meja bundar dipilih untuk menyimbolkan kesetaraan antara pihak-pihak yang berunding. Tidak ada "ujung" meja yang biasanya menandakan posisi lebih dominan, sehingga semua pihak dianggap setara dalam perundingan.
2. Berapa lama Konferensi Meja Bundar berlangsung?
KMB berlangsung selama lebih dari dua bulan, tepatnya dari 23 Agustus hingga 2 November 1949. Selama periode ini, berbagai isu dibahas secara intensif oleh delegasi dari Indonesia, Belanda, dan BFO.
3. Siapa saja yang hadir dalam Konferensi Meja Bundar?
KMB dihadiri oleh delegasi dari tiga pihak utama: Republik Indonesia (dipimpin oleh Mohammad Hatta), Kerajaan Belanda (dipimpin oleh J.H. van Maarseveen), dan BFO atau Bijeenkomst voor Federaal Overleg (dipimpin oleh Sultan Hamid II). Selain itu, hadir pula Komisi PBB untuk Indonesia sebagai mediator.
4. Apa hasil utama dari Konferensi Meja Bundar?
Hasil utama KMB adalah kesepakatan Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia secara penuh dan tidak bersyarat. Selain itu, disepakati pula pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS), pengambilalihan utang Hindia Belanda oleh Indonesia, dan pembentukan Uni Indonesia-Belanda.
5. Mengapa masalah Irian Barat tidak terselesaikan dalam KMB?
Masalah Irian Barat menjadi isu yang sangat alot dalam perundingan. Belanda bersikeras mempertahankan kontrolnya atas wilayah tersebut, sementara Indonesia menginginkan Irian Barat menjadi bagian dari wilayahnya. Karena tidak tercapai kesepakatan, akhirnya diputuskan untuk menunda penyelesaian masalah ini selama satu tahun pasca-pengakuan kedaulatan.
6. Apa dampak KMB terhadap bentuk negara Indonesia?
Salah satu hasil KMB adalah pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS), yang mengubah Indonesia dari negara kesatuan menjadi negara federal. Namun, bentuk federal ini hanya bertahan singkat. Pada Agustus 1950, Indonesia kembali menjadi negara kesatuan.
7. Bagaimana reaksi masyarakat Indonesia terhadap hasil KMB?
Reaksi masyarakat Indonesia terhadap hasil KMB beragam. Sebagian besar menyambut positif pengakuan kedaulatan yang diperoleh. Namun, ada pula kritik terhadap beberapa aspek kesepakatan, terutama terkait pengambilalihan utang Hindia Belanda dan status Irian Barat yang belum terselesaikan.
8. Apakah semua pihak di Indonesia mendukung KMB?
Tidak semua pihak di Indonesia mendukung KMB. Beberapa kelompok, terutama dari kalangan kiri dan nasionalis radikal, menentang perundingan ini karena dianggap terlalu banyak memberikan konsesi kepada Belanda. Namun, mayoritas tokoh politik utama Indonesia mendukung proses KMB.
9. Bagaimana peran PBB dalam KMB?
PBB memainkan peran penting dalam KMB melalui Komisi PBB untuk Indonesia (UNCI). UNCI bertindak sebagai mediator dan fasilitator dalam perundingan, membantu menengahi perbedaan pendapat antara pihak Indonesia dan Belanda.
10. Kapan pengakuan kedaulatan Indonesia secara resmi dilakukan?
Pengakuan kedaulatan Indonesia secara resmi dilakukan pada 27 Desember 1949. Upacara pengakuan kedaulatan dilaksanakan secara bersamaan di Amsterdam dan Jakarta, menandai berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda atas Indonesia.
11. Apa yang dimaksud dengan Uni Indonesia-Belanda?
Uni Indonesia-Belanda adalah bentuk kerja sama longgar antara Indonesia dan Belanda yang disepakati dalam KMB. Uni ini dipimpin secara simbolis oleh Ratu Belanda, namun tidak memiliki kekuasaan politik riil atas Indonesia. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi kerja sama bilateral di berbagai bidang.
12. Mengapa Indonesia setuju mengambil alih utang Hindia Belanda?
Keputusan Indonesia untuk mengambil alih utang Hindia Belanda merupakan hasil kompromi dalam perundingan. Meskipun kontroversial, langkah ini dianggap sebagai "harga" yang harus dibayar untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda. Selain itu, ada pertimbangan untuk menjaga kredibilitas Indonesia di mata internasional.
13. Bagaimana nasib KNIL (tentara kolonial Hindia Belanda) pasca-KMB?
Sesuai kesepakatan KMB, KNIL akan dibubarkan dan anggotanya diberi pilihan untuk bergabung dengan Angkatan Perang RIS, kembali ke Belanda, atau demobilisasi. Proses ini menimbulkan berbagai persoalan teknis dan politis dalam implementasinya.
14. Apakah KMB menyelesaikan semua masalah antara Indonesia dan Belanda?
Meskipun KMB berhasil menyelesaikan banyak isu penting, beberapa masalah tetap belum terselesaikan sepenuhnya. Masalah utama yang tersisa adalah status Irian Barat, yang terus menjadi sumber ketegangan antara Indonesia dan Belanda hingga tahun 1960-an.
15. Bagaimana pengaruh KMB terhadap hubungan Indonesia dengan negara-negara lain?
Pengakuan kedaulatan Indonesia melalui KMB membuka jalan bagi Indonesia untuk menjalin hubungan diplomatik dengan lebih banyak negara. Ini memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional dan memungkinkan partisipasi aktif Indonesia dalam berbagai forum global.
Advertisement
Kesimpulan
Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan peristiwa bersejarah yang menjadi tonggak penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Diselenggarakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949, KMB berhasil mencapai tujuan utamanya yaitu pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.
Melalui perundingan yang alot dan kompleks, KMB menghasilkan beberapa kesepakatan penting, termasuk pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS), pengambilalihan utang Hindia Belanda, dan pembentukan Uni Indonesia-Belanda. Meskipun beberapa aspek dari hasil KMB menuai kontroversi, seperti masalah Irian Barat yang belum terselesaikan, secara keseluruhan konferensi ini dianggap sebagai kemenangan diplomasi bagi Indonesia.
KMB tidak hanya mengubah hubungan Indonesia-Belanda, tetapi juga membawa dampak signifikan pada konstelasi politik internasional. Keberhasilan Indonesia dalam memperoleh pengakuan kedaulatannya menjadi inspirasi bagi gerakan kemerdekaan di negara-negara terjajah lainnya, mempercepat proses dekolonisasi global.
Warisan KMB masih terasa hingga kini, baik dalam konteks hubungan Indonesia-Belanda maupun dalam pembentukan identitas nasional Indonesia. Konferensi ini menjadi simbol transisi Indonesia dari negara terjajah menjadi negara merdeka yang berdaulat, sekaligus menandai perubahan dalam tatanan dunia pasca-kolonial.
Meskipun ada kritik dan kontroversi seputar beberapa aspek KMB, tidak dapat dipungkiri bahwa konferensi ini merupakan pencapaian diplomatik yang signifikan bagi Indonesia. KMB menjadi bukti bahwa diplomasi dan negosiasi dapat menjadi alat yang efektif dalam menyelesaikan konflik internasional dan memperjuangkan kepentingan nasional.
Pembelajaran dari KMB tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam hal pentingnya keterampilan diplomasi, kemampuan bernegosiasi, dan pentingnya mencari solusi damai dalam menyelesaikan perselisihan internasional. Bagi Indonesia, KMB akan selalu menjadi bagian penting dari narasi perjuangan kemerdekaan dan pembentukan negara bangsa.
