Liputan6.com, California - Penembakan massal di pusat fasilitas penyandang cacat di San Bernardino, California Selatan pada Rabu 2 Desember menjadi sorotan, di tengah banyaknya aksi 'hujan peluru' di berbagai belahan dunia belakangan ini, khususnya di Amerika Serikat. Dua orang tersangka -- pria dan wanita tewas oleh timah panas polisi. Sementara 1 orang masih dalam pengejaran.
Di tempat kejadian, ditemukan kartu identitas atas nama Syed Farook. Beberapa media di Amerika Serikat seperti LA Times dan New York Times menuliskan, bahwa Farook adalah salah satu pelaku penembakan massal kali ini.
Namun, Reuters dan The Guardian belum bisa memverifikasi kebenaran itu. Polisi AS diperkirakan akan memberikan pernyataan pada pukul 22.00 waktu San Bernardino.
Advertisement
Komunitas Islam di Los Angeles (Cair) mengatakan mereka mengenal nama itu. Dalam keterangannya, Direktur Eksekutif Cair, Hussam Ayloush menyampaikan ia turut berduka atas apa yang terjadi di Inland Regional Center.Â
"Kami mengutuk serangan ini. Semoga para korban dan keluarga yang ditinggalkan kuat," ujarnya, seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (3/12/2015).
Baca Juga
Sementara itu, kakak ipar Farook turut berbicara kepada media.
"Saya kaget.... saya kaget ini bisa terjadi. Saya tidak tahu mengapa Syed melakukan itu," kata Farhan Khan kakak ipar Syed.
Khan mengatakan bahwa ia tak bisa memberikan detail adik iparnya itu. Namun sangat bersedih dan berduka untuk keluarga korban. Ia juga mengatakan pertemuan terakhirnya dengan Farook terjadi minggu lalu.
Syed Farook dilaporkan menikahi adiknya, Saira Khan -- keduanya disebut-sebut oleh media-media AS sebagai penembak.
Menurut Reuters, mengutip Hussam Ayloush, Direktur Eksekutif Cair, keberadaan Farook dan istrinya tak diketahui semenjak Rabu 2 Desember 2015 pagi. Ia dikabarkan menitipkan buah hati berusia 6 bulannya kepada ibunda Farook dan mengatakan keduanya ada janji dengan dokter.
Farook diketahui sebagai warga AS dan bekerja di Departemen Kesehatan AS.
Aksi Berbeda dan Terencana
Aksi penembakan masal kali ini menewaskan 14 orang dinilai berbeda dengan aksi sebelumnya.
Sebab aksi penembakan yang dilakukan oleh setidaknya 3 tersangka pelaku ini melibatkan banyak orang. Para pelaku juga sepertinya telah mempersiapkan rute melarikan diri yang terencana dengan baik.
Polisi menjabarkan para pelaku dilengkapi pakaian anti peluru dan dipersenjatai dengan senapan laras panjang AR-15. Dua pelaku tewas dalam baku tembak dengan polisi, sementara tersangka ketiga kini berada dalam tahanan. FBI tengah mempertimbangkan kemungkinan serangan ini serangan teroris.
Serangan yang terjadi di San Bernardino, kota berpenduduk 200 ribu jiwa dan berjarak sekitar 100 km timur Los Angeles begitu sangat mengejutkan. Polisi masih berusaha menentukan motif dan menemukan para pelaku lainnya yang melarikan diri, dengan mobil SUV berwarna hitam
Menurut data dari shootingtracker.com, situs yang mencatat setiap aksi penembakan massal--menewaskan empat orang atau lebih, sepanjang tahun 2015, terdapat sekitar 342 penembakan massal di AS.
Namun, sebagian besar insiden penembakan hanya melibatkan satu penembak. Sang penembak pun kerap kali melakukan bunuh diri setelah melakukan aksinya, atau ditembak mati oleh polisi dalam aksi pengejaran.
Sebuah penelitian dari 160 situasi penembakan aktif antara tahun 2000 dan 2013 oleh Biro Investigasi Federal (FBI) menunjukkan, 1 dari 2 insiden dilakukan oleh penembak tunggal. 6 di antaranya melibatkan wanita.