Liputan6.com, Gaza - Seorang pejabat Hamas mengatakan pada Senin (14/4/2025), mereka akan mengirim delegasi ke Qatar untuk melanjutkan pembicaraan gencatan senjata tidak langsung dengan Israel terkait perang di Jalur Gaza. Pernyataan ini muncul bersamaan dengan laporan otoritas kesehatan setempat yang menyatakan 38 orang tewas dalam 24 jam terakhir.
Pejabat Hamas yang tidak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara kepada media itu mengungkapkan bahwa tim negosiasi sebelumnya telah membahas syarat-syarat gencatan senjata baru di Kairo. Proposal termasuk pembebasan 8-10 sandera yang ditahan Hamas. Namun, poin perselisihan utama adalah apakah perang benar-benar akan diakhiri dalam kesepakatan ini.
Baca Juga
Menurut laporan AP, negosiasi di Qatar dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini atau pekan depan. Pemerintah Israel dan Qatar belum memberikan tanggapan.
Advertisement
Gencatan senjata teranyar pada Januari lalu hanya bertahan delapan minggu sebelum Israel melanjutkan serangannya ke Jalur Gaza pada 18 Maret. Kesepakatan itu seharusnya menjadi landasan perdamaian, namun Israel menolak bernegosiasi sampai mengalahkan Hamas lebih dulu.
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Sejak gencatan senjata runtuh, Israel memblokade bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza sambil memperluas kontrol teritorial. PBB memperingatkan situasi kini mungkin "yang terburuk" dalam 18 bulan terakhir, dengan seluruh pasokan bahan pokok terhenti sejak 2 Maret.
"Tidak ada bahan bakar, makanan, atau obat-obatan yang masuk," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
Perang di Jalur Gaza saat ini dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menurut data Israel menewaskan 1.200 orang. Sebanyak 250 orang disandera, dengan 59 masih tertahan dan 24 di antaranya diperkirakan hidup.
Otoritas Kesehatan Jalur Gaza melaporkan lebih dari 50.000 warga Palestina tewas dalam serangan balasan Israel, termasuk 1.600 jiwa sejak gencatan senjata batal.
Palang Merah Konfirmasi Penahanan Paramedis Palestina
Dalam perkembangan lainnya, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada Senin juga mengonfirmasi bahwa seorang paramedis Palestina ditahan dalam operasi militer Israel yang menewaskan 15 petugas medis di Jalur Gaza pada 23 Maret. Ini merupakan konfirmasi pertama tentang nasib paramedis tersebut sejak kejadian.
ICRC menyatakan belum diizinkan mengunjungi tahanan tersebut, tanpa merinci bagaimana mereka mendapatkan konfirmasi penahanan. Militer Israel belum memberikan tanggapan.
Awalnya militer Israel menyatakan pasukannya menembak kendaraan yang mencurigakan karena melintas tanpa lampu. Klaim ini ditarik kembali setelah beredar rekaman ponsel yang menunjukkan ambulans dengan identitas jelas dan sirine menyala justru tetap menjadi sasaran tembak.
Militer Israel mengklaim menewaskan sembilan militan di dalam ambulans tanpa menyertakan bukti. Satu nama militan yang disebutkan ternyata tidak cocok dengan identitas paramedis yang tewas dalam serangan tersebut, sementara tidak ada jenazah lain yang ditemukan. Militer Israel mengatakan sedang melakukan investigasi lebih lanjut.
Advertisement
