Misterius, 6 Orang Ini 'Mempecundangi Maut' tapi Meninggal Tak Lama Kemudian

Sejumlah orang di kehidupan nyata berhasil lolos dari insiden maut, namun meninggal tak lama kemudian. Kisah mereka terlalu aneh untuk dianggap sebagai sebuah kebetulan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 17 Jul 2018, 11:31 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2018, 11:31 WIB
Ilustrasi Kecelakaan Pesawat
Ilustrasi Kecelakaan Pesawat

Liputan6.com, Jakarta - Ini adalah jalan cerita film Final Destination yang dirilis pada tahun 2000: Seorang pemuda bernama Alex Browning mendapat semacam 'penglihatan' yang menunjukkan pesawat yang akan dinaikinya Volee Air Penerbangan 180 bakal celaka.

Ia pun sengaja memancing keributan di pesawat hingga diusir dari Boeing 747 itu. Seorang guru dan sejumlah rekannya juga diminta keluar untuk menjaga Browning.

Benar saja, hanya beberapa saat pesawat yang seharusnya mereka tumpangi pun meledak, menewaskan seluruh penumpang yang ada di dalamnya.

Meski lolos dari kematian, hal aneh kemudian terjadi pada mereka yang selamat. Satu per satu dari mereka tewas secara misterius.

Mirip dengan alur dalam kisah tersebut, sejumlah orang di kehidupan nyata berhasil lolos dari insiden maut, kecelakaan pesawat maupun tragedi lainnya, namun meninggal tak lama kemudian.

Kisah-kisah mereka dianggap terlalu aneh untuk dianggap sebagai sebuah kebetulan. Seperti dikutip dari Listverse, Senin (16/7/2018), ini enam di antaranya:

1. Hilda Yolanda Mayol

United Airlines Penerbangan 175 menabrak Menara Selatan WTC
United Airlines Penerbangan 175 menabrak Menara Selatan WTC (Wikipedia)

Hilda Yolanda Mayol bekerja di sebuah restoran di menara kembar World Trade Center. Untungnya, ia sedang berada di lantai dasar ketika teror 9/11 terjadi. Perempuan itu sempat meloloskan diri.

Namun, keberuntungannya tak berlangsung lama. Ia menjadi salah satu dari 265 orang yang tewas dalam kecelakaan American Airlines Penerbangan 587 di Queens, New York pada 12 November 2001 -- hanya dua bulan setelah tragedi 9/11.

Kala itu, Mayol yang berusia 26 tahun terbang menuju Republik Dominika, kampung halamannya, untuk menghabiskan waktu bersama ibu dan anak-anaknya.

Tragisnya ia pergi ke negara kepulauan itu untuk memulihkan mentalnya pascateror 9/11.

2. Ye Meng Yuan

Ilustrasi Kecelakaan Pesawat (2)
Ilustrasi Kecelakaan Pesawat

Ye Meng Yuan masih berusia 16 tahun saat ia menjadi penumpang Asiana Airlines Penerbangan 214 pada 2013.

Ia dalam perjalanan dari China menuju Southern California untuk mengikuti perkemahan musim panas. Namun, tragedi terjadi.

Pesawat yang terbang dari Seoul, Korea Selatan itu, diduga terhempas di ujung landasan dengan sangat keras.

"Semua terjadi dalam 10 detik. Kami mendengar ledakan yang sangat keras dan kemudian berakhir," kata Vedpa Singh, salah satu penumpang yang mengalami patah tulang, seperti dikutip USA Today.

Pesawat yang mengangkut 291 penumpang dan 16 kru itu juga terbakar. Bagian ekornya patah. Yuan berhasil selamat dari kecelakaan itu, tetapi dia terluka. Setelah keluar dari pesawat, ia tergeletak di jalan dan tertabrak sebuah truk pemadam kebakaran yang bergegas menuju lokasi untuk memadamkan api.

Tiga orang meninggal dunia dalam tragedi tersebut, termasuk Ye Meng Yuan.

Petugas koroner San Mateo County, Robert Foucrault mengaku, dia mendapat informasi dugaan bahwa salah satu korban menderita cedera fatal dari sumber lain, "yang bukan kecelakaan pesawat".

Foucrault mengatakan, pejabat senior Pemadam Kebakaran San Francisco juga mengatakan pada dia dan stafnya di TKP Sabtu lalu bahwa seorang gadis diduga tertabrak di landasan pesawat. Korban ditemukan di sayap kiri, sekitar 30 kaki atau 9 meter dari badan pesawat.

Ia mengaku tiba di TKP, 35 menit setelah kecelakaan, dan ditunjukkan ke lokasi dua korban tewas oleh petugas pemadam kebakaran.

"Yang pertama di temukan di depan pesawat, sementara lainnya ditemukan lebih dekat ke lokasi kecelakaan pertama, di mana pesawat menghantam dinding laut," kata dia.

Orangtua Yuan sempat melayangkan gugatan pada pihak maskapai, namun dua tahun kemudian mencabutnya. ""Para pihak telah mencapai penyelesaian rahasia dengan syarat yang disetujui bersama."

3. Fagilyu Mukhametzyanov

Jenazah
Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Pada 2011, Fagilyu Mukhametzyanov dinyatakan meninggal dunia. Perempuan yang kala itu berusia 49 tahun dinyatakan tutup usia setelah terjatuh akibat serangan jantung.

Namun, ia sejatinya belum tamat. Mukhametzyanov terbangun di tengah upacara pemakamannya.

Dari dalam peti mati, ia berteriak dan kemudian kolaps setelah kembali mengalami serangan jantung.

Mukhametzyanov segera dilarikan ke rumah sakit, namun 12 menit kemudian, ia kembali dinyatakan meninggal dunia. Kali itu, ia tak bangun lagi.

"Matanya bergerak dan kami cepat-cepat membawanya ke rumah sakit. Namun, ia hanya sempat hidup selama 12 menit di ICU sebelum akhirnya meninggal dunia," kata sang suami. "Saya marah bukan main dan menuntut jawaban."

4. David Furr

Ilustrasi Kecelakaan Mobil
Ilustrasi Kecelakaan Mobil (iStockPhoto)

Pada 13 Desember 1977, tim basket Purple Aces dari University of Evansville bertolak ke Middle Tennessee State University di Murfreesboro, Tennessee. Mereka akan bertanding di sana.

Sesaat setelah lepas landas, pesawat bermesin ganda yang membawa mereka kehilangan kendali dan jatuh di sebuah lapangan. Sebanyak 29 orang yang ada di dalamnya tewas.

Seluruh anggota tim Purple Aces meninggal dunia, kecuali satu pemain. Dia adalah David Furr.

Nyawanya selamat gara-gara tak ikut dalam penerbangan akibat mengalami cedera pada pergelangan kaki.

Namun, keberuntungannya tak lama. Dua pekan setelahnya, David Furr dan saudaranya tewas tertabrak pengemudi yang mabuk.

Kematiannya berarti bahwa semua anggota tim basket Purple Aces telah meninggal pada akhir 1977.

5. Jessica Ghawi

Penembakan Senjata Api
Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Jessica Ghawi atau Jessica Redfield adalah seorang komentator olahraga yang sedang merintis karier.

Pada Juni 2012, ia lolos dari penembakan di food court Eaton Centre di Toronto pada Juni 2012. Ia memesan makanan dan memutuskan untuk membawanya pergi, bukannya menyantapnya di tempat.

Hanya beberapa menit kemudian, orang bersenjata melepas tembakan di sana, menyebabkan dua orang tewas dan lainnya luka-luka.

Jessica mengaku mengalami perasaan aneh yang membuatnya meninggalkan food court. Ternyata, itu adalah firasat yang menyelamatkan hidupnya.

Pengalaman mengerikan itu ditulis Ghawi dalam blognya. "Aku tak mampu mengeluarkan perasaan aneh di dadaku ini," tulis dia, 5 Juni 2012. "Perasaan kosong, memuakkan ini tak bisa pergi. Perasaan yang sama ketika aku berada di Eaton Center, Toronto, hanya beberapa detik sebelum seorang pria melepaskan tembakan di food court."

"Sebuah perasaan aneh yang menuntunku pergi dan tanpa sadar, keluar dari bahaya. Sulit bagiku untuk memikirkan bagaimana perasaan aneh itu menyelamatkanku dari pengalaman berada di tengah adegan penembakan."

Ghawi kembali menulis, "Sabtu itu aku menyaksikan bagaimana rentannya hidup. Aku diingatkan bahwa kita tak tahu kapan dan di mana kehidupan kita menemui titik akhir. Kapan dan di mana kita akan menghembuskan napas terakhir."

Namun, sebukan kemudian, Jessica menjadi salah satu korban tewas dalam tragedi penembakan di Aurora, Colorado. Kala itu, James Eagen Holmes melepas tembakan memberondong penonton bioskop yang sedang menyaksikan pemutaran perdana Film Batman "The Dark Knight Rises".

 

6. Johanna Ganthaler

Ucapan terakhir pilot (3)
Pihak Angkatan Laut Brasil mengangkat bagian pesawat Air France 447 di Samudra Atlantik. (Sumber AP)

Johanna Ganthaler, seorang warga Italia, sedang bersama sang suami di Brasil. Mereka telah memesan penerbangan ke Paris pada 31 Mei 2009 menggunakan Air France Penerbangan  447.

Namun, kapal terbang itu tak pernah sampai tujuan. Pesawat Air France Penerbangan 447 yang membawa 228 orang celaka di Lautan Atlantik pada 1 Juni 2009. 

Untungnya, Ganthaler dan suaminya ketinggalan pesawat saat tiba di Bandara Rio de Janeiro pada 31 Mei 2009. Keduanya pun memutuskan untuk balik kanan.

Mereka terbang ke Eropa sehari kemudian dan menyewa mobil untuk pulang ke rumahnya yang terletak di Provinsi Bolzano-Bozen.

Ketika berada di jalanan di Kufstein, Austria, mobil mereka membelok ke jalur yang berlawanan dan menabrak truk. Ganthaler meninggal di rumah sakit tak lama kemudian. Sementara, suaminya menderita luka serius namun berhasil selamat. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya